Rumah itu lumayan luas, memiliki tiga kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, selasar dan dapur serta dua kamar mandi. Halaman samping juga asih luas. Selama dua tahun itu, kegiatan Jemaat terutama yang daerah, biasanya dilaksanakan disana. Tetapi karena telah memiliki shalat centre sendiri di Amban, maka kegiatan di rumah kontrakan tidak terlalu sering.
Memasuki tahun ketiga di Papua Barat, Mubalig Daerah Papua Barat pun akhirnya memutuskan pindah rumah kontrakan. Pertimbangannya, selain untuk suasana baru juga karena faktor lainnya. Apalagi, kini Mubalig Daerah Papua Barat akan fokus pada pengembangan daerah dan tidak lagi menangani Cabang Manokwari.
Rumah kontrakan yang ditempati saat ini difungsikan sebagai Rumah Dinas Mubalig (RDM) dan bukan murni rumah missi. Sehingga, hanya kegiatan Jemaat tertentu yang masih bisa dilaksanakan disini. Di antaranya untuk menerima para tetamu (rabtah dan tablig) serta rapat dan pertemuan terbatas tingkat daerah. Untuk kegiatan pra madrasah, ijtima atau pengajian, semuanya dipusatkan di shalat centre di Amban atau lokasi lainnya.
Rumah kontrakan yang difungsikan sebagai Rumah Dinas Mubalig (RDM) Mubalig Daerah Papua Barat memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar mandi, satu dapur serta ruang keluarga yang difungsikan juga sebagai ruang makan. Lokasinya berada di Perumahan KPR Bersubsidi Arfai Indah Permai, Jl. Trikora Arfai II, Anday, Manokwari Selatan, Manokwari.
Ruang Tamu ditata sedemikian rupa sehingga menjadi nyaman untuk menerima tetamu dan berdiskusi. Buku-buku pribadi disimpan dalam rak partikel di tiga lokasi. Ada yang sebagai partisi, ada juga yang menjadi aksesoris ruangan. Kemanapun mata memandang, maka akan tertumbuk pada koleksi buku-buku tersebut. Ini untuk mengkondisikan para tetamu secara psikologis.
TV yang tersambung dengan parabola dan tayangan Muslim TV Ahmadiyya (MTA) 3 Al-Arabiyya dipasang pada bagian dinding Ruang Keluarga, bersebelahan dan dapat dilihat dari Ruang Tamu. Para tetamu yang duduk di Ruang Tamu akan dapat melihat langsung tayangan itu. Kanal MTA berbahasa Arab dan Programa Bahasa Indonesia akan menjadi contoh TV Dakwah Ahmadiyah yang non-stop tanpa iklan niaga.
Untuk keperluan ibadah, Shalat Centre “Jang-e-Muqaddas” berada di Ruang Kerja Mubalig Daerah Papua Barat di sebelah Ruang Keluarga. Di dalamnya, selain karpet shalat, lemari mukena dan kopiah, juga terdapat meja kerja. Shalat Centre ini dapat menampung hanya sebanyak 6-7 orang. Ruang Shalat ini juga dipakai sebagai tempat anak-anak mengaji bakda shalat lima waktu.
Karena baru sekitar dua mingguan menempati rumah kontrakan ini, maka penataan pun masih sedang berjalan. Mubalig Daerah Papua Barat tetap menatanya untuk mencari posisi yang tepat atas semua barang yang ada di dalam dan luar rumah. Teras depan, meskipun agak sempit, dapat menampung satu buah kendaraan roda empat (garasi) dan atau motor secara bersamaan.
Sebagai penanda alamat rumah ini, parabola adalah salah satunya. Di rumah kontrakan ini, Mubalig Daerah Papua Barat memasang parabola lebar yang tampak mencolok. Posisinya yang tinggi dan paling besar, berbeda sekali dengan parabola mini di rumah-rumah sekitarnya. []
Prosepek Jemaat Ahmadiyah Papua Barat
Sebagaimana Mln. Rahmat Ali, H.A., O.T. yang tidak selamanya akan mengontrak rumah terus, begitu juga Mubalig Daerah Papua Barat. Setelah paviliun Masjid Hidayat di Jl. Balikpapan, Petojo Udik rampung (1937), maka Mln. Rahmat Ali pun mulai tinggal disana. Ada kenyamanan tersendiri tinggal di tempat sendiri.
Lima tahun kemudian, saat pecah Perang Dunia II (1942-1945) –di tempat sendiri itu– Mln. Rahmat Ali banyak menulis atau menterjemahkan buku-buku. Apalagi saat itu, proses pertabligan menjadi terhenti karena situasi perang. Fokus Mln. Rahmat Ali adalah membuat naskah terkait Islam dan Jemaat. Keperluan kertas yang langka saat itu dipenuhi oleh Kopral Habiburrahman yang ditugaskan menjadi tentara (Gurka?) di Indonesia.
Begitu juga Jemaat Papua Barat, khususnya Cabang Manokwari, sejak 2011 telah memiliki sebidang tanah berukuran sekitar 1000 (seribu) meter persegi. Hanya tinggal selangkah lagi memiliki masjid atau rumah missi. Bila komunikasi dengan Pusat lancar dan menjadi prioritas Nasional, maka dalam waktu tidak lama, Manokwari pun akan memiliki masjid dan rumah missi sendiri. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts

Pengalaman Bertabligh di Kalangan Sastrawan

Mutasi : Antara Kebutuhan, Penyegaran dan Pengkhidmatan

Mutasi: Momen Mengukur Kuantitas dan Kualitas Rabtah Serta Merekatkan Silaturahmi

Kembali ke Papua Barat Dengan Segudang Pengalaman Berat

Dua Agenda Berdekatan di Bulan Mei Sebagaimana Dikabarkan Dalam Mimpi



No Responses