“Banyak pengalaman yang didapat selama berada di Pulau Jawa dalam dua minggu itu. Selain pengalaman terkait perjalanan, juga mengenai masalah wawasan keilmuan dan juga kerohanian. Sebagai tabaruk, manuskrip asli tulisan tangan Hadhrat Masih Mau’udAS pun akhirnya dapat dipegang dan dilihat secara langsung. Ini merupakan suatu karunia yang sangat langka.”
PENGALAMAN DALAM PERJALANAN PULANG DARI RCM 2023
Perasaan mencekam dan takut hampir merata menyelimuti perasaan penumpang pesawat Lion Air dengan kode penerbangan JT 784 dari Makassar tujuan Manokwari itu. Pesawat yang terbang membawa Mubalig Daerah Papua Barat itu gagal mendarat di Bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat pada Kamis (1/6/23) pagi. Sontak, para penumpang menjadi sedikit panik dan khawatir. Kepanikan itu memang sangat beralasan.
Setelah melewati cuaca buruk selama penerbangan tiga jam lamanya dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, pesawat itu pun gagal mendarat dan terbang kembali. Angin kencang menjadi faktor penyebabnya. Saat sudah mau mendarat di landasan, angin kencang menghadang di depan. Pesawat itupun mengudara kembali dan menunggu angin reda lagi.
Para penumpang khawatir, pesawat akan tidak bisa mendarat atau mendarat di bandara terdekat. Bila ini terjadi, maka waktu yang diperlukan akan menjadi bertambah panjang. Bila mendarat darurat di Bandara Internasional Frans Kaisiepo Kota Biak (Papua) atau Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong (Papua Barat Daya), maka diperlukan waktu sekitar tiga jam lamanya untuk bisa mendarat kembali di Bandara Rendani Manokwari (Papua Barat).
Bagi Mubalig Daerah Papua Barat sendiri, ini akan menjadi penerbangan terlama yang pernah dialami. Bila sebelumnya penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar diperlukan waktu tiga jam lamanya. Maka, diperlukan waktu sekitar enam jam lagi untuk bisa mendarat dan tiba di Bandara Rendani Manokwari. Bila dikalkulasi seluruh perjalanan, itu artinya menghabiskan sekitar sembilan jam penerbangan. Belum perjalanan darat ke dan dari bandara.
PENGALAMAN KHUSUS DALAM MENGIKUTI RCM 2023
Namun, semua pengalaman selama perjalanan tersebut tidak dapat menyamai pengalaman berharga yang didapat selama mengikuti Refresher Course Muballighin (RCM) 2023 yang memiliki visi “Mewujudkan Muballighin yang Tangguh, Handal, Profesional dan Berintegritas” itu. Banyak wawasan baru yang diterima dari para pemateri atau fasilitator. Meskipun waktunya singkat, namun semua itu seakan menjadi alat ungkit untuk meningkatkan kualitas.
Nilai terbesar dan yang menjadi dasar keimanan adalah pada saat tabaruk dari Hadhrat Khalifatul Masih IIRA diperlihatkan kepada seluruh peserta RCM. Tabaruk berupa tulisan tangan asli (manuskrip/kodek) Hadhrat Masih Mau’udAS Pendiri Jemaat Ahmadiyah itu mungkin baru pertama kali dilihat oleh mereka. Kehebatan tabaruk itu adalah, ini merupakan satu-satunya tulisan tangan dari seorang Nabi yang masih bisa kita saksikan sekarang ini.
Manuskrip atau naskah tulisan tangan asli yang masih bisa kita baca dan kaji sekarang ini, salah satunya adalah tulisan tangan Imam Al-Ghazaly. Buku karyanya, Al-Radd al-Jamiyl li-Ilaahiyyati ‘Iysa bi-shariyh al-Injiyl, menjadi salah satu buku yang ditulis oleh tangan beberkat Mujadid bernama lengkap Abu Muhammad Hamid al-Ghazali al-Thusi.
Bagi Mubalig Daerah Papua Barat sendiri, ada semacam tantangan dan keharuan tersendiri akan manuskrip tulisan tangan tersebut. Sebagai seorang Filolog dan Kodikolog, Mubalig Daerah Papua Barat telah membaca tuntas delapan halaman dari kitab Haqiqatul Wahyu tersebut. Pembacaan terhadap manuskrip itu bukan hanya sekedar fisiknya, tetapi juga dari segi Filologi dan Kodikologi.
MENGENAL FILOLOGI DAN KODIKOLOGI
Sebagai pendiri dan pengulik dari Pusat Kajian Manuskrip Islam dan Filologi (Centre of the Study of the Islamic Manuscripts and Philology) Maluku dan Papua Barat, Mubalig Daerah Papua Barat telah melakukan berbagai kajian terhadap berbagai manuskrip kuno tulisan tangan yang tersebar di Maluku dan Papua Barat. Kabupaten Maluku Tengah di Maluku dan Kab. Kaimana dan Kab. Fak Fak di Papua Barat menjadi lokus manuskrip terbanyak.
Secara Filologi, kesemua manuskrip di Maluku dan Papua Barat itu membahas sedikitnya mengenai 14 tema. Tema tersebut di antaranya mengenai Sejarah, Keagamaan, Kebahasaan, Filsafat dan Folklore, Mistik Rahasia, Ajaran Moral, Silsilah, Bangunan dan Arsitektur, Obat-obatan dan Ketabiban, Falaq, Pemerintahan, Ramalan dan Perhitungan Waktu.
Sedangkan secara Kodikologi, semua naskah itu berasal dari beberapa abad dan menggunakan medium tulis (kertas) Eropa. Ada naskah yang ditulis pada beberapa ratus tahun lalu, namun ditulis ulang pada tahun 1929 dan setelahnya. Ada yang menggunakan kertas Eropa, ada juga yang kertas lokal (daluwang). Ada yang pernah terbakar atau tercebur ke dalam air.
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Pengalaman Bertabligh di Kalangan Sastrawan
Mutasi : Antara Kebutuhan, Penyegaran dan Pengkhidmatan
Mutasi: Momen Mengukur Kuantitas dan Kualitas Rabtah Serta Merekatkan Silaturahmi
Dua Agenda Berdekatan di Bulan Mei Sebagaimana Dikabarkan Dalam Mimpi
Ngontrak Rumah di Kawasan Timur Indonesia dari Orang Lain Seolah Menjadi Keluarga Sendiri
No Responses