I. Pengantar
Kitab Suci Al-Qur’an menyebutkan bahwa kitab suci-kitab suci sebelumnya telah menubuatkan mengenai kedatangan Nabi Muhammad saw. Di antaranya adalah dalam kitab Taurat dan Injil.
Salah satunya adalah dalam Qs. Al-A’raf : 157 yang berbunyi:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ –
Artinya:
“Yaitu orang-orang yang mengikuti seorang Rasul, yaitu Nabi yang ummi (tidak bisa baca-tulis) itu yang mereka dapati namanya tertulis di dalam Taurat dan Injil di sisi mereka ….”
Dalam catatan sejarah, Alkitab (Taurat dan Injil) paling awal diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-9 Masehi. Sumber lainnya lagi mengatakan sekitar abad ke-12 atau akhir abad ke-13. Sebelum itu, artinya Alkitab masih dalam bahasa aslinya, Ibrani.
Lalu, bila tidak melalui wahyu, dengan cara apa Rasulullah SAW mengetahui nubuatan itu ada terdapat dalam Taurat dan Injil? Apakah ada seseorang yang mengajari beliau saw mengenai nubuatan tersebut? Dalam bahasa Ibrani pula?
Nama Waraqah ibn Naufal, tentu tidak asing lagi. Sementara penulis sejarah biasa menisbatkan bahwa sebagai seorang Nashrani Muwahhid (monoteis), Waraqah pernah mengajarkan Taurat dalam bahasa Ibrani kepada Nabi Muhammad saw. Pertanyaannya, seberapa efektinyakah hal itu?
Atau, dalam kisah lain diceritakan, bahwa ketika dalam perjalanan kafilah dagang ke Syam / Syiria, Muhammad kecil berjumpa dengan seorang pendeta bernama Buhaira. Pendeta inilah yang setelah melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad kecil kemudian mengatakan bahwa dia akan menjadi seorang Nabi.
Apapun alasannya, yang jelas wahyu Tuhan telah menyatakan bahwa dalam kitab suci-kitab suci sebelum Kitab Suci Al-Qur’an terdapat nubuatan (prophecy) mengenai kedatangan seorang utusan Tuhan setelah Nabi Musa as dan Nabi Isa AS. Nabi itu begitu agungnya sehingga persamaannya dianggap mirip Nabi Musa AS.
Sebagai muslim kita dituntut agar mampu menjelaskan hakikat nubuatan ini. Sebab bila kita tidak bisa menjelaskannya, akibat buruknya bukan hanya kepada diri kita tetapi juga kepada Kitab Suci Al-Qur’an itu sendiri. Sebab, mereka (orang-orang Yahudi atau Kristen) akan menuntut pembuktian mengenai hal itu. “Dimanakah terdapat nubuatan (prophecy) mengenai Nabi Muhammad di dalam kitab kami?”
Oleh sebab itu, secara berkesinambungan akan disampaikan Nubuatan Nabi Muhammad SAW dalam Kitab Taurat menurut teks / nats aslinya berbahasa Ibrani.
II. Mengenal Nubuatan Dalam Taurat (Perjanjian Lama)
Dalam bahasa Arab, kata Nubuatan berasal dari kata “naba-a” (نبأء) yang artinya kabar, kabar gembira, yang disampaikan oleh ALLAH SWT kepada para nabi-Nya. Dari kata ini juga berasal istilah “Nabi”. Terkadang, kata nubuatan diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan bermacam-macam pengertian. Bahasa Inggris menyebut dengan kata “prophecy” yang bisa juga diartikan sebagai perkiraan/prediksi atau ramalan.
Prophecy sendiri berasal dari kata prophetos (Yunani) yaitu “pro” dan “pethos/phemmos” artinya “di dalam / luar mulut” atau “sesuatu ucapan yang disampaikan untuk menggambarkan peristiwa di masa mendatang” (something is going to happen in the future). Prophetos ini bila ditelusuri merupakan kata dalam bahasa Arab, yaitu “wara-a” (ورأء artinya: di depan/belakang) dan “fammun” (فمّ artinya: mulut).
Menurut Kamus Alkitab, arti asal Taurat (טורה) adalah “pengajaran oleh Allah”. Pada awalnya kata ini diterapkan pada Kesepuluh Hukum (Ten Commandements), kemudian pada segala hukum dan peraturan dari Tuhan, khususnya pada kelima kitab Musa atau Kitab Taurat. (Alkitab Terjemahan Baru ©LAI Jakarta, 1979, hlm. 345).
Sedangkan menurut Xavier-Leon Dufour, yang dimaksud dengan Taurat (dari Ibrani, ירא: “menunjukkan”, “petunjuk” atau “pengajaran”) adalah kelima kitab Musa (Pentateukh) yang dibedakan dengan “Nabi-nabi” (Mat. 5:17; 7:12; 22:40; Luk. 16:16; 24:44; Yoh. 1:45; Kis. 13:15; 24:14; 28:23; Rm. 3:21) yang berfungsi bukan hanya sebagai suatu ajaran atau hukum, melainkan suatu patokan praktis: ajaran normatif bagi perbuatan/karya.” (Ensiklopedia Perjanjian Baru: Kanisius, Cet. IV, 1995, hlm. 539).
Dalam Yudaisme, kata ini tidak berarti Alkitab dalam keseluruhannya saja (Yoh. 10:34) melainkan juga hukum lisan yang sederajat wibawanya: yang lisan itu melengkapi dan mengartikan hukum tertulis (Mat. 15:6); dengan demikian terbentuklah Talmud. Talmud adalah kumpulan teks-teks yuridis dan hagada dalam Taurat.
Berkenaan dengan siapa penulis Taurat, Dr. D.C. Mulder, seorang teolog Barat memberikan komentar sebagai berikut:
“Sampai abad ke-18, umum diterima oleh kalangan orang Yahudi dan orang Kristen, bahwa Pentateuch itu dikarang oleh Nabi Musa sendiri. Hanya tentang ulangan 34:5-12 (Wafat Musa) kadang-kadang diterangkan bahwa bagian ini dikarang oleh Yusak (Yosia), tetapi terdapat juga keterangan bahwa Musa sendiri menubuatkan hal wafatnya sendiri. Akan tetapi, sejak abad ke-18, tradisi mengenai Musa sebagai pengarangnya mulai diragukan.” ( Pembimbing ke Dalam Perjanjian Lama, BPK Jakarta, 1963, hlm. 40-41 ).
III. Nubuatan Nabi Muhammad SAW Dalam Kitab Taurat
A. Nubuatan Pertama (Kitab Ulangan 18:18)
Kitab Ulangan atau Devarim (דברים) adalah kitab kelima dari Taurat (Pentateukh, חמיש ה-חמישה) yang dinisbatkan kepada Nabi Musa AS sebagai pengarangnya. Kitab ini disebut sebagai “Ulangan” atau Deuteronomy sebab isinya hanya mengulang apa-apa yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya dalam Taurat: Kejadian (בראשית), Keluaran (ויקרא), Imamat (שמות) dan Bilangan (במדבר).
Dalam Kitab Ulangan ini ada satu nubuatan agung (the grand prophecy) yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi Musa AS mengenai “Nabi itu” atau “Nabi yang akan Datang” yang seperti Musa (כָּמוֹךָ), yang berasal dari saudara-saudaranya Bani Ishak (Israil) yaitu Bani Ismail.
Adapun bunyi nubuatan Kitab Ulangan 18:18 tersebut adalah sebagai berikut:
{יח} נָבִיא אָקִים לָהֶם מִקֶּרֶב אֲחֵיהֶם כָּמוֹךָ וְנָתַתִּי דְבָרַי בְּפִיו וְדִבֶּר אֲלֵיהֶם אֵת כָּל אֲשֶׁר אֲצַוֶּנּוּ:
1. Transliterasi:
{18} NAVI AQIM LAHEM MIQQEREV AKHEIHEM KAMOK WENATATTI DEVAREI BEPIU WEDIBBER ALEIHEM ET KOL ASYER ATSAWWENNU.
2. Terjemah per Kata:
{18}
Navi [נָבִיא]: Nun-Bet-Yod-Alef = Seorang Nabi
Aqim [אָקִים]: Alef-Qaf-Yod-Mim final = Aku akan bangkitkan
Lahem [לָהֶם]: Lamed-He-Mim final = Bagi mereka
Miqqerev [מִקֶּרֶב]: Mim-Qaf-Resy-Bet = Dari antara
Akheihem [אֲחֵיהֶם]: Alef-Khet-Yod-He-Mim final = Saudara mereka
Kamok [כָּמוֹךָ]: Kaf-Mim-Wau-Kaf final = Seperti kamu
Wenatatti [וְנָתַתִּי]: Wau-Nun-Taw-Taw-Yod = Dan Aku akan menaruh
Devarei [דְבָרַי]: Dalet-Bet-Resy-Yod = Firman-Ku
Bepiu [בְּפִיו]: Bet-Pe-Yod-Wau = Di mulutnya
Wedibber [וְדִבֶּר]: Wau-Dalet-Bet-Resy = Dan dia akan mengatakan
Aleihem [אֲלֵיהֶם]: Alef-Lamed-Yod-He-Mim final = Kepada mereka
Et [אֵת]: Alef-Taw = Apa
Kol [כָּל]: Kaf-Lamed = Semua
Asyer [אֲשֶׁר]: Alef-Syin-Resy = Yang
Atsawwennu [אֲצַוֶּנּוּ]: Alef-Tsadde-Wau-Nun-Wau = Aku perintahkan kepadanya
3. Kaidah Penulisan Ibrani:
a. Huruf hidup Alef dan He (א dan ה) pada akhir suatu kata selalunya tidak pernah dibaca alias sukun / jazm kecuali ada tanda baca (vowel-signs) khusus.
Itulah sebabnya, pada kata “Navi” (נָבִיא) kenapa tidak dibaca “Navia”. Begitu juga pada huruf Bet (ב), apabila tidak ada tanda titik di dalamnya maka dibaca “v” dan bukan “b” (Nabi / Nabia).
b. Pada kata “Aqim” (אָקִים), huruf Mim (מ) berada pada akhir kata dan bentuknya mengalami perubahan menjadi (ם).
Ada 5 (lima) huruf Ibrani yang apabila posisinya terletak pada akhir kata, maka bentuknya akan mengalami perubahan dan disingkat menjadi KaMiNePeTs, yaitu:
Kaf : (כ) ===> (ך)
Mim : (מ) ===> (ם)
Nun : (נ) ===> (ן)
Pe : (פ) ===> (ף)
Tsadde : (צ) ===> (ץ)
c. Pada kata “Miqqerev” (מִקֶּרֶב), huruf “Qaf” (ק) ada tanda titik. Oleh sebab itu, huruf “qaf” diduakalikan/dibaca tebal (qq) dalam penulisan transliterasinya.
Ada 6 (enam) huruf Ibrani yang apabila mendapat tanda titik di tengah hurufnya, maka akan dibaca tebal, yaitu: Bet (ב), Gimmel (ג), Dalet (ד), Kaf (כ), Pe (פ) dan Taw (ת) dan disingkat BeGaDKePaT.
4. Terjemah Utuh:
{18} “Aku akan membangkitkan seorang nabi dari antara saudara mereka, sama seperti engkau. Dan Aku akan menaruh firman-Ku di dalam mulutnya. Dan dia akan mengatakan kepada mereka, apa yang telah Aku perintahkan kepadanya.”
5. Penjelasan Nubuatan:
Dalam nats ini terdapat beberapa kata yang perlu mendapat penjelasan:
1. Bahwa, Tuhan telah menjanjikan kedatangan seorang Nabi kepada dan sama seperti Nabi Musa as sendiri yaitu Pembawa Syari’at.
Gambaran ini sangat tepat ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. ALLAH Ta’ala berfirman dalam Qs. Al-Muzzamil: 15 yang berbunyi:
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا –
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul kepadamu sebagai saksi atasmu sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir’aun seorang Rasul.”
2. Bahwa, Nabi yang akan datang itu berasal dari antara saudara mereka. Musa as berasal dari Bani Ishak (Israil), artinya Nabi yang akan datang itu akan berasal dari kalangan Bani Ismail.
Dalam nubuatan Taurat lainnya disebutkan (akan dibahas dalam kajian berikutnya), bahwa Nabi yang akan datang itu berasal dari keturunan Qedar dan Teman. Kedar (קדר) adalah putra kedua Nabi Ismail as. Arti nama aslinya sendiri adalah “Unta” yaitu (גמל) atau (جمل). Sedangkan Teman adalah putra kesembilan Nabi Ismail AS.
3. Bahwa, Tuhan akan menurunkan firman-Nya kepada Nabi itu.
Sangat jelas, bahwa Nabi yang akan datang itu akan menerima firman Tuhan, dan dia bukanlah Tuhan itu sendiri. Kitab Suci Al-Qur’an dengan tegas menyebutkan dalam Qs. Al-An’am: 106 sebagai berikut:
اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ –
Artinya:
“Maka ikutilah apa-apa yang telah diwahyukan kepada engkau dari Tuhanmu. Tiada Tuhan selain Dia. Dan, berpalinglah dari orang-orang yang menyekutukan-Nya.”
4. Bahwa, Nabi itu akan menyampaikan apa-apa yang diterima dari Tuhan dan bukan atas hawa-nafsunya sendiri.
Selain Qs. Al-An’am: 106 di atas, gambaran yang sangat tepat diberikan oleh Kitab Suci Al-Qur’an terhadap Nabi Muhammad saw dalam Qs. Al-Najm: 3-4 sebagai berikut:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ – إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ –
Artinya:
“Dan tidaklah ia berkata-kata menurut hawa nafsunya melainkan melalui wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
B. Nubuatan Kedua (Kitab Ulangan 33:2)
Kitab Ulangan atau Devarim (דברים) adalah kitab kelima dari Taurat (Pentateukh) yang dinisbatkan kepada Nabi Musa as sebagai pengarangnya. Kitab ini disebut sebagai “Ulangan” atau Deuteronomy sebab isinya hanya mengulang apa-apa yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya dalam Taurat: Kejadian (בראשית), Keluaran (ויקרא), Imamat (שמות) dan Bilangan (במדבר).
Dalam Kitab Ulangan ini ada satu lagi nubuatan agung (the grand prophecy) yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi Musa AS mengenai “Nabi itu” atau “Nabi yang akan Datang” yang berasal dari Paran (פָּארָן), disertai oleh sepuluh ribu pengikutnya yang suci (מֵרִבְבֹת קֹדֶש) dan membawa hukum yang berapi-api (אֵשׁ דָּת).
Adapun bunyi nubuatan Kitab Ulangan 33:2 tersebut adalah sebagai berikut:
{ב} וַיֹּאמַר יְהוָה מִסִּינַי בָּא וְזָרַח מִשֵּׂעִיר לָמוֹ הוֹפִיעַ מֵהַר פָּארָן וְאָתָה מֵרִבְבֹת קֹדֶשׁ מִימִינוֹ (אשדת) אֵשׁ דָּת לָמוֹ:
1. Transliterasi:
{2} “WAY-YO’MER YEHWA MIS-SINAI BA WEZARAKH MI-SYE’IR LAMU HOPI’A ME-HAR PARAN WEATA MERIBBOT QODESY MIMINU ESY DAT LAMU.”
2. Terjemah per Kata:
Way-Yo’mer [וַיֹּאמַר]: Wau-Yod-Alef-Mim-Resy = Dan Dia berfirman
Yehwa [יְהוָה]: Yod-He-Wau-He = Yehwa (Tuhan)
Mis-Sinai [מִסִּינַי]: Mim-Samekh-Yod-Nun-Yod = Dari Sinai
Ba [בָּא]: Bet-Alef = Datang
Wezarakh [וְזָרַח]: Wau-Zayin-Resy-Khet = Terbit
Mi-Sye’ir [מִשֵּׂעִיר]: Mim-Shin-Ain-Yod-Resy = Dari Seir
Lamu [לָמוֹ]: Lamed-Mim-Wau = Bagi mereka
Hopi’a [הוֹפִיעַ]: He-Wau-Pe-Yod-Ain = Dia bersinar terang
Me-Har Paran [מֵהַר פָּארָן]: Mim-He-Resy-Pe-Alef-Resy-Nun final = Dari Gunung Paran
We Ata [וְאָתָה]: Wau-Alef-Tau-He = Dan dia datang
Meribbot [מֵרִבְבֹת]: Mim-Resy-Bet-Bet-Wau-Tau = Dari Sepuluh Ribu
Qodesy [קֹדֶשׁ]: Qaf-Dalet-Syin = Orang suci
Miminu [מִימִינוֹ]: Mim-Yod-Mim-Yod-Nun-Wau = Di tangan kanannya
Esydat [אֵשׁ דָּת]: Alef-Syin-Dalet-Tau = Hukum berapi-api
Lamu [לָמוֹ]: Lamed-Mim-Wau = Bagi mereka
3. Kaidah Penulisan Ibrani:
a. Huruf hidup Alef dan He (א dan ה) pada akhir suatu kata selalunya tidak pernah dibaca alias sukun / jazm kecuali ada tanda baca (vowel-signs) khusus.
Itulah sebabnya, pada kata “Yehwa” (יְהוָה) kenapa tidak dibaca “Yehwah”. Keempat huruf tersebut dikenal sebagai Tetragrammaton, yaitu empat huruf sakral yang tidak boleh diucapkan sembarangan. Biasanya, bila kita jumpai bacaan huruf tersebut dalam suatu teks, maka bacaannya akan berubah menjadi Adonai (אדוני) atau Elohim (אלוהים) atau Adonai-Elohim (אדוני-אלוהים).
Begitu juga pada kata “Ba” (בָּא) tidak dibaca “Baa” atau “Va/Vaa” karena huruf Bet memiliki titik di tengah yang mengharuskan dibaca tebal (daggesy forte).
b. Pada kata “Mis-Sinai” (מִסִּינַי), huruf Mi (מִ) berasal dari Min-Sinai (מן-סיני).
Apabila kata Min (מן) bertemu dengan huruf-huruf tertentu yang menunjukkan nama tempat atau orang atau keadaan, maka tanda bacanya akan berubah sesuai dengan kaidahnya: Mi, Me dan lain-lain.
Misalnya, kata Miminu (מִימִינוֹ) yang berasal dari Min (מן) dan Yaminu (ימינו). Tidak dibaca Min-Yaminu (מן-ימינו), melainkan nasal menjadi Miminu (מִימִינוֹ).
c. Pada kata “Esy Dat” (אֵשׁ דָּת), bisa dipisah atau pun disambung. Dalam kaidah bahasa Ibrani, itu disebut sebagai kaidah Ketiv-Qere (כתב-קרא). Maksudnya, antara tulisan dan pengucapan kadang berbeda.
4. Terjemah Utuh:
{2} “Dan dia berkata, “TUHAN datang dari Sinai dan bangkit dari Seir bagi mereka. Dia bersinar terang dari gunung Paran, dan Dia datang dari puluhan ribu orang kudus. Pada tangan kanan-Nya terdapat sumber hukum yang berapi bagi mereka.”
5. Penjelasan Nubuatan:
Dalam nats ini terdapat beberapa kata yang perlu mendapat penjelasan:
1. Bahwa, kedatangan Tuhan yang dimaksud adalah kedatangan seorang Nabi.
Ini adalah gaya bahasa Ibrani dalam Kitab Taurat. Kadang-kadang para Malaikat dan Nabi juga disamakan dengan Tuhan itu sendiri. Sebagaimana Tuhan telah datang di Sinai, yaitu dalam wujud kemunculan Nabi Musa as. Tuhan juga telah datang di Seir, yaitu kemunculan Nabi Daud as dan Nabi Isa AS. Begitu juga Tuhan (akan) datang dari Gunung Paran, yaitu Nabi Muhammad saw.
Simaklah apa yang dikatakan Kitab Keluaran 7:1 terkait hal ini:
{א} וַיֹּאמֶר יְהוָה אֶל מֹשֶׁה רְאֵה נְתַתִּיךָ אֱלֹהִים לְפַרְעֹה וְאַהֲרֹן אָחִיךָ יִהְיֶה נְבִיאֶךָ:
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.”
Menurut Ilmu Bumi (Geografi), Paran atau Faran (فاران) artinya “dua orang pelarian” yaitu Siti Hajar RHA dan Nabi Ismail AS terletak di kawasan Arabia. Paran adalah tempat dimana Nabi Ibrahim AS meninggalkan Siti Hajar RHA dan Nabi Ismail AS.
2. Bahwa, Nabi itu akan muncul bersama sepuluh ribu orang suci.
Sangat jelas, bahwa Nabi yang akan datang itu akan memimpin suatu rombongan atau lasykar yang terdiri dari ribuan orang suci (kudus), sedangkan dia bukanlah Tuhan itu sendiri. Peristiwa itu adalah Fathu Makkah (فتح مكة).
Kitab Suci Al-Qur’an dengan tegas menyebutkan dalam Qs. Ali Imran: 146 sebagai berikut:
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Dan betapa banyak nabi, telah berperang dengan sejumlah besar pengikut bersamanya, maka mereka tidak merasa lesu disebabkan kesusahan yang menimpanya di jalan Allah, dan mereka tidak merasa lemah dan tidak pula merasa rendah diri di hadapan musuh. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
Kitab Suci Al-Qur’an juga menggunakan kata “Ribbiyyuwn” (رِبِّيُّونَ) yang sama artinya dengan kata yang dipergunakan Kitab Taurat bahasa Ibrani “Meribbot” (מֵרִבְבֹת) yang artinya “dari antara ribuan”.
3. Bahwa, Nabi itu akan menyampaikan hukum (syari’at) yang berapi-api.
Ini sangat cocok dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. Sebagaimana Nabi Musa as membawa syari’at baru, begitu juga Nabi Muhammad saw datang dengan membawa syari’at baru (al-Nabi al-Tasyri’). Sedangkan nabi-nabi yang datang setelah Nabi Musa as hanya akan mengikuti syari’at beliau as. Kitab Suci Al-Qur’an Surah Al-Maidah: 44 menyatakan:
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Taurat, di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, dengan itulah para nabi yang patuh kepada Kami menghakimi orang-orang Yahudi dengannya, dan juga oleh para rabbaniy, ahbar karena mereka diperintahkan menjaga Kitab Allah dan mereka menjadi pengawas atasnya. Maka janganlah kamu takut kepada manusia tetapi takutlah kepadaKu, dan janganlah kamu memperjualbelikan Ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Dan barangsiapa tidak memutuskan suatu perkara dengan apa yang telah diturunkan Allah maka mereka itulah orang-orang yang kafir.”
Ini termasuk Nabi Isa as yang tidak membawa syari’at baru dan hanya meneruskan dan melaksanakan syari’at Nabi Musa as. Demikian Nabi Isa as menyatakan sendiri dalam kata-kata yang sangat tegas dalam Injil Matius 5:17 sebagai berikut:
“Janganlah kalian menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat dan Kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan Kitab para Nabi tetapi untuk menggenapinya ….“
C. Nubuatan Ketiga (Kitab Habakuk 3:3)
Habakuk (הבקוק) berarti “pergumulan” atau “pelukan”. Dalam dua pasal pertama dari kitab ini kita menyaksikan Habakuk bergumul dengan Tuhan. Dalam pasal tiga sepertinya Habakuk mengalami pelukan Tuhan dan bersukacita dalam-Nya. Kitab ini membangkitkan iman dalam Tuhan yang sanggup menjawab pertanyaan, membela umat-Nya dan membalas musuh-Nya.
Habakuk sudah berdialog dengan Tuhan (Hab. 1), sudah mendengar pesan-Nya (Hab. 2), sekarang responnya adalah nyanyian pujian dan penyembahan (Hab. 3).
Pasal tiga ditulis sebagai mazmur doa seperti yang dinyanyikan Daud. Nadanya disebut sebagai “ratapan” (Hab. 3:1). Ditujukan kepada pemimpin biduan untuk dimainkan dengan permainan kecapi (Hab. 3:19). Nyanyian ini dapat dibandingkan dengan nyanyian Musa (Ulangan 33), nyanyian Deborah (Hakim 5) dan nyanyian Daud (Mazmur 18).
Habakuk menjadi takut akan Tuhan. Dia bermohon supaya Tuhan hidupkan dan nyatakan pekerjaan-Nya. Dia bermohon bahwa di tengah murka-Nya, Tuhan akan mengingat kasih sayang. Nyanyian ini menjadi penghiburan dan kekuatan untuk orang Yahudi dalam masa 70 tahun menjadi tawanan di Babel dan masa sukarnya yang berikut.
Nyanyian ini didasarkan ingatan masa lalu, ingatan sejarah Israel. “Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran.” (Pada masa lalu Tuhan sudah datang ke Bukit Sinai dan menyatakan kemuliaan-Nya dan kuasa-Nya). Teman dan Paran terletak pada daerah Edom dan sering disebut sebagai arah kedatangan Tuhan.
Ini juga merupakan nubuatannya tentang kedatangan Tuhan. Tuhan akan datang dari timur, yaitu dari Teman dan Paran, daerah padang pasir yang didiami Ishmael dan Esau. Akan ada hukuman dasyat dan juga kegerakan rohani yang dasyat di daerah itu mendahului kedatangan Tuhan (3:3).
Kitab Habakuk ditulis sebelum tawanan kerajaan Yehuda di Babel, mungkin pada zaman raja Yoyakim memerintah di Yehuda (609–598 BC) seorang raja yang melakukan kejahatan. Pada waktu itu umat Tuhan sudah penuh ketidakadilan dan kekerasan, Karena itu nabi Habakuk berseru kepada Tuhan dengan bertanya mengapa dan berapa lama keadaan itu yang begitu menyedihkan akan diizinkan berlangsung di negeri itu. Tuhan memberi jawaban bahwa bangsa Yehuda akan diserang oleh Babel dan akan dihukum dan ditawan.
Dalam Kitab Habakuk ini ada satu nubuatan agung (the grand prophecy) yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi Habakuk as mengenai “Nabi itu” atau “Nabi yang akan Datang” yang berasal dari Teman (מִתֵּימָן), disertai oleh sepuluh ribu pengikutnya yang suci (מֵרִבְבֹת קֹדֶש) dan pujian namanya akan memenuhi segenap penjuru langit dan bumi (מָלְאָה הָאָרֶץ).
Adapun bunyi nubuatan Kitab Habakuk 3:3 tersebut adalah sebagai berikut:
{ג} אֱלוֹהַ מִתֵּימָן יָבוֹא וְקָדוֹשׁ מֵהַר פָּארָן סֶלָה כִּסָּה שָׁמַיִם הוֹדוֹ וּתְהִלָּתוֹ מָלְאָה הָאָרֶץ:
1. Transliterasi:
{3}“ELOHA MIT-TEMAN YAVO WE QADOSY ME-HAR PARAN – SELA – KISSA SYAMAYIM HUDU UTEHILLATU MALEA HA-ARETS.”
2. Terjemah per Kata:
Eloha [ אֱלוֹהַ ]: Alef-Lamed-Wau-He = Tuhan
Mit-Teman [ מִתֵּימָן ]: Mim-Taw-Yod-Mim-Nun final = Dari Teman
Yavo [ יָבוֹא ]: Yod-Bet-Wau-Alef = Dia datang
We Qadosy [ וְקָדוֹשׁ ]: Wau-Qaf-Dalet-Waw-Syin = Dan orang-orang suci
Me Har-Paran [ מֵהַר פָּארָן ]: Mim-He-Resy-Pe-Alef-Resy-Nun final = Dari Gunung Paran
Sela [ סֶלָה ]: Samekh-Lamed-He = Berhenti
Kissa [ כִּסָּה ]: Kaf-Samekh-He = Menutupi/Melingkupi
Syamayim [ שָׁמַיִם ]: Syin-Mim-Yod-Mim final = Langit
Hudu [ הוֹדוֹ ]: He-Waw-Dalet-Waw = Pujian
Utehillatu [ וּתְהִלָּתוֹ ]: Waw-Taw-He-Lammed-Taw-Waw = Dan sanjungan kepadanya
Malea [ מָלְאָה ]: Mim-Lamed-Alef-He = Memenuhi
Ha-Arets [ הָאָרֶץ ]: He-Alef-Resy-Tsadde = Bumi itu
3. Kaidah Penulisan Ibrani:
a. Huruf hidup Alef dan He (א dan ה) pada akhir suatu kata selalunya tidak pernah dibaca alias sukun/jazm kecuali ada tanda baca (vowel-signs) khusus.
Itulah sebabnya, pada kata “Eloha” (אֱלוֹהַ) kenapa huruf “h” (ה) dibaca menjadi “ha” (ֹהַ), karena huruf itu memiliki tanda baca pathah (garis bawah).
Begitu juga pada kata “Yavo” (יָבוֹא) tidak dibaca “Yavoa” atau “Yaboa” karena huruf Bet (ב) tidak memiliki titik di tengah yang mengharuskan dibaca tebal (daggesy forte).
b. Pada kata “Mit-Teman” (מִתֵּימָן), huruf Mi (מִ) berasal dari Min-Teman (מן-תימן).
Apabila kata Min (מן) bertemu dengan huruf-huruf tertentu yang menunjukkan nama tempat atau orang atau keadaan, maka tanda bacanya akan berubah sesuai dengan kaidahnya: Mi-, Me-, Mit-, Mik-, Mis- dan lain-lain.
c. Pada kata “Utehillatu” (וּתְהִלָּתוֹ), huruf sambung “Wa” (ו) menjadi nasal alias lebur ke dalam huruf di depannya dan dibaca “U”. Dalam kaidah bahasa Ibrani, perubahan itu sudah biasa. Misalnya, bila bertemu dengan kata “Yehuda” (יהודה) maka akan menjadi “Wihuda” (ויהודה) dan bukan “Wa Yehuda” (ויהודה).
d. Pada kata “Ha-Arets” (הָאָרֶץ) juga terjadi perubahan bunyi karena huruf “Ha” bertemu dengan huruf berikutnya yang bertanda baca syegol. Awalnya dibaca “Ha-Erets”, namun karena bertemu “Ha” maka menjadi “Ha-Arets” (הָאָרֶץ).
4. Terjemah Utuh:
{2} “Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari pegunungan Paran. Sela. Keagungan-Nya menutupi segenap langit, dan bumipun penuh dengan pujian kepada-Nya.”
5. Penjelasan Nubuatan:
Dalam nats ini terdapat beberapa kata yang perlu mendapat penjelasan:
1. Bahwa, kedatangan Tuhan yang dimaksud adalah kedatangan seorang Nabi (אֱלוֹהַ מִתֵּימָן יָבוֹא).
Ini adalah gaya bahasa Ibrani dalam Kitab Taurat. Kadang-kadang para Malaikat dan Nabi juga disamakan dengan Tuhan itu sendiri. Sebagaimana Tuhan telah datang di Sinai, yaitu dalam wujud kemunculan Nabi Musa as. Tuhan juga telah datang di Seir, yaitu kemunculan Nabi Daud AS dan Nabi Isa AS. Begitu juga Tuhan (akan) datang dari Gunung Paran, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Simaklah apa yang dikatakan Kitab Keluaran 7:1 terkait hal ini:
{א} וַיֹּאמֶר יְהוָה אֶל מֹשֶׁה רְאֵה נְתַתִּיךָ אֱלֹהִים לְפַרְעֹה וְאַהֲרֹן אָחִיךָ יִהְיֶה נְבִיאֶךָ:
“Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.”
Menurut Ilmu Bumi (Geografi), Paran atau Faran (فاران) artinya “dua orang pelarian” yaitu Siti Hajar RHA dan Nabi Ismail AS terletak di kawasan Arabia. Paran adalah tempat dimana Nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar RHA dan Nabi Ismail AS.
2. Bahwa, Nabi itu akan muncul dari Paran bersama sepuluh ribu orang suci (וְקָדוֹשׁ מֵהַר פָּארָן).
Sangat jelas, bahwa Nabi yang akan datang itu akan memimpin suatu rombongan atau lasykar yang terdiri dari ribuan orang suci (kudus), sedangkan dia bukanlah Tuhan itu sendiri. Peristiwa itu adalah Fathu Makkah (فتح مكة).
Kitab Suci Al-Qur’an dengan tegas menyebutkan dalam Qs. Ali Imran: 146 sebagai berikut:
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Dan betapa banyak nabi, telah berperang dengan sejumlah besar pengikut bersamanya, maka mereka tidak merasa lesu disebabkan kesusahan yang menimpanya di jalan Allah, dan mereka tidak merasa lemah dan tidak pula merasa rendah diri di hadapan musuh. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
Kitab Suci Al-Qur’an juga menggunakan kata “Ribbiyyuwn” (رِبِّيُّونَ) yang sama artinya dengan kata yang dipergunakan Kitab Taurat bahasa Ibrani “Meribbot” (מֵרִבְבֹת) yang artinya “dari antara ribuan”.
3. Bahwa, nama Nabi itu akan memenuhi seluruh penjuru langit dan bumi dengan puji-sanjung (כִּסָּה שָׁמַיִם הוֹדוֹ וּתְהִלָּתוֹ מָלְאָה הָאָרֶץ).
Ini sangat cocok dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. Qs. Al-Insyirah (Alam Nasyrah): 4 melukiskan demikian:
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
Artinya:
“Dan Kami telah tinggikan sebutan namamu.”
Nama asli “Nabi yang akan Datang” itu sendiri dengan tepat menggambarkan hal tersebut. Muhammad artinya “yang banyak dipuji” atau “pujian”. Oleh sebab itu, dalam sejarah Islam tercatat bahwa ketika orang-orang Yahudi enggan menyebut beliau saw dengan nama itu dan menggantinya dengan sebutan “Mudhammam”, maka para sahabat menjadi marah dan geram.
Namun, dengan tenang Hadhrat Rasulullah SAW mengatakan bahwa mereka tidak sedang memanggil nama beliau tetapi orang lain yang bernama “Mudhammam” artinya “wahai yang celaka” atau “wahai yang nista”. Barulah para sahabat menjadi tenang.
Secara sains, hal ini juga dapat dibuktikan, bahwa sebutan nama Muhammad saw itu akan menempati posisi yang begitu tingginya. Sebab, bila 24 jam atau sehari-semalam terdapat perbedaan waktu, maka tiap menit bahkan tiap detik, nama beliau saw disanjung-puji oleh pengikut beliau yang tersebar di seluruh pelosok dunia.
D. Nubuatan Keempat (Kitab Yesaya 21:13)
Yesaya berarti “Tuhan adalah keselamatan” dan dia adalah nabi keselamatan. Namun, keselamatan dan penghakiman selalu bersama-sama dalam Alkitab; jika tidak mau diselamatkan, maka akan dihakimi. Oleh karena itu, Yesaya menggabungkan kedua tema ini: penghakiman (Yes 1:1-35:10) dan keselamatan (Yes 40:1-66:24). Kedua tema utama ini dipadukan dengan adanya bagian bersejarah tentang Raja Hizkia (Yes 36:1-39:8).
Yesaya menerima visinya pada masa pemerintahan empat orang raja yaitu Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia (Yes 1:1). Raja Uzia wafat pada tahun 740 sebelum Masehi (lihat Yes 6:1), dan Hizkia pada tahun 687 sebelum Masehi, dengan demikian visi-visi Yesaya mencakup kurun waktu setengah abad.
Yesaya adalah seorang nabi, bukan semata-mata seorang pengkhotbah dan Kitab Yesaya merupakan buku nubuatan, bukan hanya buku sejarah. Yesaya tidak hanya mampu menganalisis keadaan, tetapi juga mempunyai banyak visi. Nubuatan mengatakan bahwa ada Allah yang mengetahui hari depan dan yang mengungkapkan sebagian rencana-Nya kepada para nabi.
Pada masa Yesaya, Israel sedang berada di ambang kehancuran. Dalam tahun 722 sebelum Masehi kerajaan utara dengan kesepuluh sukunya dikalahkan oleh bangsa Asyur (2Raj 17). Tetapi kerajaan selatan, Yehuda, sedang menuju nasib yang sama. Secara sosial, politis mereka sudah rusak, demikian juga iman percaya mereka. Kerajaan utama telah dihukum dan musnah.
Tetapi, Yehuda berbeda. Negeri itu harus dihakimi, tetapi oleh karena adanya perjanjian abadi dengan Allah, maka Yehuda juga akan diselamatkan. Pada suatu saat, dari Yehuda akan datang seorang Hamba Tuhan, Sang Juruselamat yang akan menyelamatkan bukan hanya Yehuda, tetapi seluruh dunia.
Dalam Kitab Yesaya ini ada satu nubuatan agung (the grand prophecy) yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi Yesaya as mengenai “Nabi itu” atau “Nabi yang akan Datang” yang berasal dari Arab ( בַּעְרָב ), yang akan melakukan peperangan (Badar) dengan bersenjatakan pedang (חֶרֶב) dan panah (קֶשֶׁת) dan mengalahkan suku-suku di sekitarnya, Dedan (דְּדָנִים).
Adapun bunyi nubuatan Kitab Yesaya 21:13 tersebut adalah sebagai berikut:
{יג} מַשָּׂא בַּעְרָב בַּיַּעַר בַּעְרַב תָּלִינוּ אֹרְחוֹת דְּדָנִים:
1. Transliterasi:
{13} MASYA BA-‘ERAV BAY-YA’AR BA-ERAV TALINU OREKHOT DEDANIM.
2. Terjemah per Kata:
Masya [מַשָּׂא]: Mim-Syin-Alef = Nubuat, Kalam Ilahi
Ba-‘Erav [בַּעְרָב]: Bet-Ain-Resy-Bet = Mengenai Arab
Bay-Ya’ar [בַּיַּעַר]: Bet-Yod-Ain-Resy = Di belukar
Ba-‘Erav [בַּעְרָב]: Bet-Ain-Resy-Bet = di Arab
Talinu [תָּלִינוּ]: Taw-Lamed-Yod-Nun-Wau = Kamu akan bermalam
Orekhot [אֹרְחוֹת]: Alef-Resy-Khet-Wau-Taw = Wahai kafilah
Dedanim [דְּדָנִים]: Dalet-Dalet-Nun-Yod-Mim = Dedan
3. Kaidah Penulisan Ibrani:
a. Huruf hidup Alef dan He (א dan ה) pada akhir suatu kata selalunya tidak pernah dibaca alias sukun / jazm kecuali ada tanda baca (vowel-signs) khusus.
Itulah sebabnya, pada kata “Masya” (מַשָּׂא) kenapa huruf “a” (א) tidak dibaca menjadi “Masyaa” (ֹמַשָּׂא).
b. Pada kata “Ba-Erav” (בַּעְרָב), huruf Bet (בַּ) pertama dibaca tebal sedangkan huruf Bet (ב) terakhir dibaca tipis “v” (ב). Ini karena pada huruf pertama terdapat titik-pengeras (daggesy) sedangkan pada huruf terakhir tidak ada.
Apabila kata Ba (ב) bertemu dengan huruf-huruf tertentu yang menunjukkan nama tempat atau orang atau keadaan, maka tanda bacanya akan berubah sesuai dengan kaidahnya: Ba-, Be-, Bi-, – dan lain-lain.
c. Pada kata-kata berikutnya (תָּלִינוּ), (דְּדָנִים) yang diawali dengan huruf konsonan (mati), huruf awal selalu memiliki titik-penguat (daggesy) kecuali yang diawali huruf hidup (אֹרְחוֹת).
4. Terjemah Utuh:
{13} “Ucapan ilahi terhadap Arabia. Di belukar di Arabia kamu akan bermalam, hai kafilah-kafilah orang Dedan!”
5. Penjelasan Nubuatan:
Dalam nats ini terdapat beberapa kata yang perlu mendapat penjelasan:
1. Bahwa, ini merupakan suatu Nubuatan (prophecy).
Kata yang dipergunakan adalah “Masya” (מַשָּׂא) artinya “Kalam Ilahi” alias Nubuatan. Nubuatan itu ada dua macam: Muhkamat dan Mutasyabihat. Muhkamat artinya terang dan jelas, tidak bisa berubah. Sedangkan Mutasyabihat bisa berubah alias bersyarat (masyrut). Karena bersyarat, terkadang nubuatan jenis ini batal terjadi bila syaratnya yaitu pertobatan telah dilaksanakan. Kisah Nabi Yunus menceritakan nubuatan jenis kedua ini.
Nubuatan Nabi Yesaya AS itu adalah Muhkamat dalam artian apa yang telah disampaikan akan terjadi. Peperangan besar akan terjadi di Arab. Ini tidak bisa ditafsirkan ke arah lainnya meskipun ada sementara teolog Kristen yang menyatakan bahwa ini bukan terkait dengan Arab melainkan dengan waktu “sore” atau “petang” (עֶרֶב).
Dalam bahasa Ibrani, memang ada beberapa hal yang harus dicermati. Misalnya, bila yang dimaksud adalah suatu lokasi atau nama tempat, maka akan ditunjukkan secara jelas. Nama-nama itu bukanlah nama yang lainnya (sifat atau keadaan). Kodesy, bisa menjadi contohnya (Kitab Ulangan 33:2). Sebagian teolog mengatakan itu adalah Bukit Kadesy, padahal yang dimaksud adalah (sepuluh ribu) lasykar yang suci / kudus.
Ada nyanyian dalam bahasa Ibrani yang dikenal dengan Nyanyian Karyawan (שיר של עבודה).
בֹּקֶר בָּא לַעֲבוֹדָה
צָהֳרַיִם בָּא לַאֲרוּחָה
עֶרֶב בָּא לִמְנוּחָה
לַיְלָה בָּא לַאֲסֵפָה
Pagi datang untuk Bekerja.
Siang datang untuk Makan.
Sore datang untuk Istirahat.
Malam datang untuk Tidur.
Pada nyanyian tersebut, jelas disebut kata “Sore” (עֶרֶב) yaitu Erev berbeda dengan kata yang dipakai untuk menyebutkan nama tempat Arab yaitu Erav (ַּעְרָב). Meskipun sama-sama terdiri dari tiga huruf yang sama (Ain-Resy-Bet), namun tanda baca berbeda. Pada kata yang artinya “sore” menggunakan tanda baca (vowel-signs) syegol. Sedangkan pada kata yang menunjukkan tempat Erav (Arab) itu berasal dari Arav (ערב) diawali huruf Bet (ב) menjadi Ba-Erav (בַּעְרָב), dan bukan ba-Erev (עֶרֶב)+(בַּ).
2. Bahwa, nubuatan itu tertuju pada Perang Badar dan kaum Muslimin akan mengalahkan suku-suku Arab Quraisy dan sekitarnya.
Suku Arab keturunan Kedar dan Teman tidak kuat menghadapi gempuran pasukan kaum Muslimin yang terlatih menggunakan pedang (חֶרֶב) dan panah (קֶשֶׁת). Kata pedang dan panah menjadi ciri khas para lasykar Muslim ini. Dalam nubuatan itu, jelas disebutkan kedua senjata tersebut. Peristiwa itu sendiri terjadi setahun setelah Rasulullah saw hijrah dari Mekkah ke Madinah atau sekitar tahun 623 Masehi.
Akibat peperangan tersebut, suku-suku Arab, yang juga keturunan Nabi Ismail as yang memusuhi Nabi Muhammad saw kocar-kacir sehingga mereka bersembunyi di belantara Arab. Kata “bay-ya’ar” (בַּיַּעַר) sebenarnya tidak biasa dipergunakan. Ini menunjukkan bahwa “hutan” atau “belantara” yang dimaksud bukanlah hutan biasa, melainkan memang tempat persembunyian yang aman.
Kata itu juga menunjukkan bukan hanya sekedar semak-semak atau jalanan yang biasa dilalui, melainkan suatu kawasan belantara yang masih alami, belum pernah dijamah oleh manusia. Istilahnya yang tepat adalah “hutan perawan”.
3. Bahwa, kedatangan Tuhan yang dimaksud adalah penampakan kebesaran Ilahi dalam wujud munculnya seorang utusan Tuhan di Arab. Kemunculan Nabi itu, tentu saja bukanlah Yesus, apalagi seorang Raja di antara Bani Israel. Kemunculan Juru Selamat yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw yang berasal dari antara saudara-saudara mereka sendiri.
E. Nubuatan Kelima (Kitab Kidung Agung 5:10 & 16)
Kitab Kidung Agung (שירים השירים) adalah sebuah kumpulan syair-syair cinta. Sering ditafsirkan sebagai sebuah representasi kiasan dari hubungan Allah dengan Israel atau dengan orang Kristen atau dengan Gereja, atau Kristus dengan jiwa manusia, yang sangat intim sehingga diibaratkan seperti hubungan perkawinan.
Misalnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen melakukan eksegesis terhadap kitab ini, dengan mencoba merohanikannya. Orang Yahudi menafsirkan “kekasih laki-laki” dengan merujuk kepada gambaran Allah sedangkan “kekasih perempuannya” ialah Israel.
Kidung Agung berbicara tentang cinta, itu adalah tema sentral dalam kitab ini. Kekasih laki-laki dan kekasih perempuan yang sedang dilanda cinta, menjadi lakon utamanya. Mereka berbicara mengenai kisah cinta mereka, misal tentang kekagumannya terhadap pasangannya, kerinduan yang amat dalam, juga menceritakan pertemuan mereka.
Salinan tertua dari kitab ini ditemukan di gua-gua Qumran, diperkirakan dari abad ke-2 SM, dalam sejumlah potongan dari gulungan kitab, antara lain: 4Q106, 4Q107, 4Q108, 4Q240 (dari gua ke-4) dan 6Q6 (dari gua ke-6).
Ahli kitab suci Yahudi, termasuk pada zaman Yesus Kristus (abad pertama Masehi), menafsirkan kitab ini secara alegoris menggambarkan kasih Allah kepada orang Israel. Orang Kristen menafsirkan kitab ini mengandung hubungan mistis antara Tuhan Yesus Kristus dengan mempelai perempuanNya, yaitu Gereja.
Dalam Kitab Kidung Agung ini memang ada satu nubuatan agung (the grand prophecy) yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi Sulaiman (Salomo) as mengenai “Nabi itu” atau “Nabi yang akan Datang” yang asal dan namanya sesuai sifat-sifatnya adalah “Makhamaddim” (מַחֲמַדִּים), yang akan melakukan karya (מַמְתַקִּים) dan ciri fisik lainnya termasuk kehancuran bagi penentangnya.
Adapun bunyi nubuatan Kitab Kidung Agung 5:10 & 16 tersebut adalah sebagai berikut:
{י} דּוֹדִי צַח וְאָדוֹם דָּגוּל מֵרְבָבָה: …. {טז} חִכּוֹ מַמְתַקִּים וְכֻלּוֹ מַחֲמַדִּים זֶה דוֹדִי וְזֶה רֵעִי בְּנוֹת יְרוּשָׁלִָם:
1. Transliterasi:
{10}“DODI TSAKH WE-ADOM DAGOL MEREVAVA.”
{16}“KHIKKO MAMTAQQIM WE KULLO MAHAMADDIM ZE DODI WEZE RE’I BENOT YERUSYALAYIM.”
2. Terjemah per Kata:
Dodi [דּוֹדִי]: Dalet-Waw-Dalet-Yod = Kekasihku
Tsakh [צַח]: Tsadde-Khet = Putih
We-Adom [וְאָדוֹם]: Waw-Alef-Dalet-Waw-Mim final = Merah cerah
Dagol [דָּגוּל]: Dalet-Gimmel-Waw-Lamed = Paling mencolok
Merevava [מֵרְבָבָה]: Mim-Resy-Bet-Bet-He = Di antara sepuluh ribuan/selaksa orang
Khikko [חִכּוֹ]: Khet-Kaf-Waw = Semata-mata
Mamtaqqim [מַמְתַקִּים]: Mim-Mim-Taw-Qaf-Yod-Mim final = Manis
Wekullo [וְכֻלּוֹ]: Waw-Kaf-Lamed-Waw = Semuanya
Mahamaddim [מַחֲמַדִּים]: Mim-Khet-Mim-Dalet-Yod-Mim final = Menarik
Ze [זֶה]: Zayin-He = (Lihatlah) Ini
Dodi [דוֹדִי]: Dalet-Waw-Dalet-Yod = Kekasihku
We Ze [וְזֶה]: Waw-Zayin-He = Dan ini
Re’i [רֵעִי]: Resy-Ain-Yod = Temanku/Istriku
Benot [בְּנוֹת]: Bet-Nun-Waw-Taw = Putri-putri
Yerusyalayim [יְרוּשָׁליִָם]: Yod-Resy-Waw-Syin-Lamed-Yod-Mim = Yerusalem
3. Kaidah Penulisan Ibrani:
a. Huruf hidup Alef dan He (א dan ה) pada akhir suatu kata selalunya tidak pernah dibaca alias sukun/jazm kecuali ada tanda baca (vowel-signs) khusus.
Itulah sebabnya, pada kata “Merevava” (מֵרְבָבָה) dan “Ze” (וְזֶה) mengapa huruf akhir (ה) tidak dibaca.
b. Kata “Yerusalem” (יְרוּשָׁליִָם), memiliki keunikan tersendiri. Kata ini terdiri dari dua kata, yaitu “iyr” (עיר) artinya kota dan “syalom” (שלום) artinya damai. Keunikannya adalah dalam pembacaan, yaitu tidak bisa dibaca Yerusyalim (Yerusalem) melainkan “Yerusyalayim” atau “Yerusyalmi”.
c. Akhiran “-im” pada kata “Makhamaddim” (מַחֲמַדִּים) atau “Mamtaqqim” (מַמְתַקִּים) bisa menunjukkan dua maksud, yaitu kata jamak atau penghormatan (royal name). Ini seperti kata “Elohim” (אלוהים) sebagai bentuk penghormatan (seolah-olah jamak) meskipun untuk pelaku tunggal.
Dalam bahasa Ibrani, kaidah penjamakkan ada beberapa cara. Penjamakkan untuk kata benda/sifat laki-laki (mudzakkar) tentu saja berbeda dengan yang untuk perempuan (mu’annats).
Kata “Benot” (בְּנוֹת) adalah contoh dalam teks ini. Kata ini menunjukkan jenis perempuan, yang dicirikan dengan akhiran “-ot”. Sedangkan untuk jamak mudzakkar ditandai dengan “-im” menjadi “Banim” (בנים).
4. Terjemah Utuh:
{10} “Putih bersih dan merah cerah kekasih-Ku, menyolok mata di antara selaksa orang.”
{16} “Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai puteri-puteri Yerusalem.”
5. Penjelasan Nubuatan:
Dalam nats ini terdapat beberapa kata yang perlu mendapat penjelasan:
1. Bahwa, nubuatan ini menjanjikan seorang nabi yang akan lebih mulia dari lain-lainnya, dan akan memperoleh pangkat lebih tinggi dari lain-lainnya.
Ini karena gambaran menarik dalam Kidung Agung itu muncul sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Apakah lebihnya kekasihmu itu daripada segala kekasih yang lain?” (5:9).
Dikatakan bahwa kekasih ini akan menonjol sebagai panji-panji di tengah sepuluh ribu orang. Sebagaimana panji-panji melambangkan suatu tentara, karena itu, lukisan tersebut berlaku dalam keadaan saat kekasih ini akan memimpin suatu rombongan pengikut berjumlah sepuluh ribu orang.
Dikatakan pula: “Bibirnya bagaikan bunga bakung, yang bertitik-titik minyak mur” (5:13). Mur ialah semacam perekat dengan rasa pahit tetapi harum baunya dan sangat berguna sebagai pembasmi kuman dan obat, dipakai dalam perekat pembunuh hama, dalam merawat luka dan membuat minyak wangi dan parfum.
Juga dikatakan bahwa “segala sesuatu yang padanya itu keinginan belaka” (perhatikan kata Ibrani, Makhamaddim). Maksudnya pribadi dan wataknya sedemikian halnya sehingga menggugah rasa cinta dan kagum. Nubuatan ini jelas berlaku terhadap Nabi Muhammad SAW. ialah yang mengepalai 10.000 orang kudus dan berderap maju dengan kemenangan dari pegunungan Paran ke lembah Mekkah, persis sebagaimana dikatakan lebih dulu oleh Nabi Musa AS.
Ajarannyalah yang ternyata bagaikan Mur untuk dunia, pahit dalam rasa, tetapi indah dalam daya gunanya. Ajarannya mengandung asas-asas dan kaedah-kaedah yang kesemuanya direncanakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan yang masih pahit dirasa oleh beberapa bangsa. Dan dialah yang disebut (dan sesuai dengan lukisan) Muhammad. Penulis-penulis Kristen suka berkata bahwa kekasih yang dijanjikan dalam nubuatan ini disebutkan Muhammadim bukan Muhammad. Tetapi bantahan ini tidak begitu mengena. Nama Tuhan dalam Perjanjian Lama ialah Elohim. Untuk menunjukkan penghargaan dan penghormatan adalah lazim dalam bahasa Ibrani, digunakan bentuk jamak untuk satu orang.
Dalam bahasa Urdu demikian juga. Dalam ceramah bahasa Urdu seorang yang berpidato dengan mudah mengakhiri pujiannya terhadap Rasulullah saw dengan berkata: یہ ہیں ہمارے محمد صلعم (Yeh hei hamare Muhammad saw), artinya: Inilah Muhammad kita.
2. Dalam Kidung Agung kita mendapati suatu nubuatan lain tentang Rasulullah SAW, yakni, dalam 4:9-12. Dalam ayat-ayat ini Nabi Sulaiman as memanggil kekasihnya sebagai saudara perempuan dan isteri.
Penggunaan sekaligus dua bentuk panggilan itu saudara perempuan dan isteri bukan tidak mengandung arti: “Adik perempuan” menunjukkan bahwa Nabi Yang Dijanjikan itu ialah seorang keturunan Ismail AS., salah seorang saudara dari keturunan Israil; dan “isteri” menunjukkan bahwa ajaran Nabi Yang Dijanjikan tidak akan terbatas hanya sampai kepada kaumnya sendiri, sebagaimana halnya ajaran semua Nabi Israili. Itu akan terbuka juga untuk bangsa-bangsa lain.
Kita tak boleh terperdaya oleh bentuk-perempuan (muannats). yang digunakan di sini. Kalimat ini dirangkum dalam bahasa puisi, penuh dengan amsal-amsal. Baris terakhir bab itu menggunakan bentuk laki-laki yang adalah kebalikannya, tetapi mengandung arti.
Demikianlah kita baca: “Biarlah kiranya kekasihku datang ke tamannya (bentuk laki-laki), dan makan daripada buah-buahnya yang terutama” (4:16).
Karena itu nubuatan tadi (4:9-12) hanya kena terhadap Nabi Muhammad SAW, Isa AS. bukan salah seorang saudara Bani Israil, juga ajarannya tidaklah ditujukan kepada suatu kaum lain kecuali Bani Israil.
3. Kita juga membaca dalam Kidung Agung 1:5-6: “Bahwa akulah hitam, tetapi manis, hai puteri-puteri Yerusalem seperti kemah Kedar dan seperti tirai kelambu Sulaiman. Janganlah kamu mengerling kepadaku, sebab kehitam-hitaman rupaku.“
Dari lukisan ini tampak bahwa Sulaiman as memberitahukan lebih dahulu kedatangan seorang Nabi yang akan muncul dari selatan, dan dia (atau kaumnya) berkulit hitam dibandingkan dengan keturunan Ishak as. Sudah diketahui bahwa penduduk Siria dan Palestina mempunyai warna kulit yang lebih putih daripada penduduk Arabia. Nabi Muhammad saw ialah seorang Arab.
4. Di tempat itu pula suatu tanda lain tentang “Orang Yang Dijanjikan” itu diberikan gambaran seperti berikut:
“Segala anak laki-laki ibuku sudah marah akan daku, lalu dijadikannya aku penunggu kebun anggur, maka kebun anggurku sendiri tiada kutunggui.” (1:6).
Inilah lukisan tentang suatu kaum, dimana pada kaum itu akan lahir “Orang Yang Dijanjikan”. Pada masa kedatangan Rasulullah saw, bangsa Arab adalah kaum sederhana dan samasekali tidak mempunyai kemauan untuk kemajuan. Mereka bersedia bekerja pada orang-orang Roma dan Iran, tetapi negeri mereka sendiri sedikit sekali mereka perhatikan. Nabi Muhammad saw datang dan Arabia bangun dari tidurnya. Hasilnya ialah gerakan dunia di bawah pimpinan bangsa Arab yang melingkupi setiap bidang yang ada dalam kemajuan umat manusia rohaniah, intelektual, politik. Bangsa Arab menjadi penunggu kebun anggur, bukan hanya kebun anggur mereka sendiri tetapi juga kebun anggur seluruh dunia.
5. Kidung Agung Sulaiman juga mengandung peringatan untuk kaum Bani Israil; kepada mereka dikatakan supaya jangan mengganggu Nabi Yang Dijanjikan itu. Demikianlah dalam 2:7 kita baca:
“Bahwa aku menjumpai kamu, hai segala putera Yerusalem! Demi kijang dan rusa betina di padang, jangan kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan berahi itu dahulu daripada dikehendakinya!”
Perkara itu dilanjutkan dalam Kidung Agung 3:5 dan 8:4. Kalimat-kalimat hanya berarti bahwa ketika Nabi Yang Dijanjikan itu datang, kaum Yahudi dan Kristen, dua cabang Bani Israil, akan menentang dan menindas mereka; tetapi oleh karena Nabi itu adalah Nabi yang diangkat Tuhan, mereka tidak akan berhasil tetapi sebaliknya akan menderita kekalahan besar.
Karena itu Nabi Sulaiman AS memperingatkan kaumnya dengan berkata:
“Bahwa aku menjumpai kamu, hai segala puteri Yerusalem! Janganlah kamu menyadarkan dan jangan kamu menjagakan berahi itu dahulu daripada dikehendakinya.”
Baik kaum Yahudi maupun kaum Kristen dinasihati supaya jangan berbuat sesuatu terhadap Nabi Yang Dijanjikan itu. Ketika pengaruhnya meluas ke negeri mereka, mereka harus menerima. Tak ada gunanya menentangnya dan membendung banjir pengaruhnya. Penentangan akan berarti kehancurannya sendiri. Karena suatu bangsa yang mencampuri tugas seorang nabi akan mengundang kemurkaan. Tuhan.
Peringatan itu ternyata benar. Orang-orang Yahudi dan Kristen campur tangan dan mengundang hukuman Tuhan atas mereka sendiri. Kalau suatu bangsa tinggal pasif dan tak memperlihatkan perasaan bermusuhan terhadap seorang nabi, beliau tidak akan mengambil tindakan-tindakan keras terhadap mereka, melainkan akan membatasi diri pada penyampaian ajaran dan penerangan.
Kadang-kadang seorang nabi menghunus pedang, tetapi hanya menyatakan perang kepada mereka yang lebih dahulu menyatakan perang kepadanya dan berusaha melawan dengan kekerasan dan penindasan terhadap Amanat yang dikirim Tuhan. Contoh Nabi Muhammad saw melukiskan hal ini. Hal itu merupakan resiko yang ditimbulkan oleh permusuhan yang membabi buta terhadap suatu Ajaran benar yang sudah diperingatkan kepada Isa AS.
Nabi Isa AS tak muncul di selatan Palestina. Beliau bukan salah seorang saudara Israil. Pun tidak pula beliau mempunyai sarana untuk melawan dan menghancurkan perlawanan Israil. Nubuatan-nubuatan ini hanya cocok adalah lukisan mesra tentang Nabi Muhammad SAW yang Dijanjikan itu.
P E N U T U P
Demikianlah beberapa nubuatan mengenai kedatangan “Nabi itu” (הנביא) yang terdapat di dalam Kitab Taurat dalam bahasa Ibrani. Kitab yang digunakan adalah Biblia Hebraica Stutgartensia yang menjadi dasar teks Diaglot Ibrani-Indonesia terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Jakarta, 2000.
Untuk materi praktek pengajaran bahasa Ibrani yang disampaikan berasal dari nubuatan dalam bahasa Ibrani (Perjanjian Lama), yang jumlahnya ada 10 (sepuluh) nubuatan.
Adapun kesepuluh nubuatan tersebut adalah:
1. Kitab Ulangan 18:18
2. Kitab Ulangan 33:2
3. Kitab Kidung Agung 5:10
4. Kitab Kidung Agung 5:13
5. Kitab Mazmur 96:1-3
6. Kitab Yesaya 4:1-3
7. Kitab Yesaya 5:26-30
8. Kitab Yesaya 42:1-3
9. Kitab Yesaya 62:2
10. Kitab Habakuk 3:3-7
Nubuatan tersebut secara tersirat dengan gamblang memberitahukan akan kedatangan “Nabi itu” lengkap dengan nama sifatnya, ciri-ciri ajaran yang di bawanya, tempat kemunculannya, perjuangannya dan perbandingan kedudukannya dengan para nabi sebelumnya.
Kita harus ingat, bahwa orang-orang Yahudi tengah menanti-nanti kedatangan tiga sosok yaitu, Elia, Mesias dan “Nabi itu” (Yoh. 1:19-25). Terkait dengan Elia, Yesus sendiri dengan jelas menyatakan, bahwa itu adalah Yohanes Pembaptis. Artinya, kedatangan Elia tidaklah turun dari langit tetapi dilahirkan oleh seorang perempuan, di bumi ini juga.
Begitu juga terkait dengan Mesias, Yesus menyatakan bahwa Yohanes bukanlah Mesias yang Dijanjikan tersebut melainkan dirinya. Sedangkan mengenai kedatangan “Nabi itu” baik dalam Injil yang empat –Matius, Markus, Lukas dan Yohanes– maupun Kitab Kisah Para Rasul, rujukannya adalah Kitab Ulangan 18:18. Artinya, pada masa Yesus, “Nabi itu” memang belum datang.
Semoga praktek Bahasa Ibrani langsung dari teks Taurat ini dapat memberikan wawasan dan manfaat bagi kita semua.
Pertama mengenal seluk-beluk kaidah pembacaan teks berbahasa Ibrani.
Kedua meningkatkan keimanan kita akan kebenaran statement Kitab Suci Al-Qur’an. Dan yang
ketiga menjadi awal menjalin persahabatan dengan rekan-rekan Yahudi dan Kristen.
הנה מה טוב ומה נעים – שבת אחים גם יחד:
India, 10 Mei 2018
The International Islamic University
(الجامعة الإسلامية العالمية)
Gurdaspur, Punjab (India),
RAKEEMAN R.A.M. JUMAAN
Visiting Professor
Muwazina Mazahib & Bahasa Ibrani
G-250 Room Dr. Hamidur Rahman (USA)
Guesthouse “Sara-e-Tahir”
Civil Line, Gurdaspur, Punjab
I N D I A
No Responses