Masroor Library – Beberapa hari terakhir YesusAS) di Yerusalem mungkin yang paling banyak dianalisis dalam hidupnya. Keempat Injil Perjanjian Baru memberikan penjelasan rinci tentang peristiwa-peristiwa menjelang penyaliban. Ini, bersama dengan perspektif sejarah, memberikan wawasan tentang hari-hari terakhir YesusAS di Yerusalem, memungkinkan kita untuk mendekonstruksi apakah Dia benar-benar rela di kayu salib; jika benar-benar Dia disalibkan; atau apakah Dia benar-benar selamat dari cobaan yang mengerikan ini sebagaimana rencana Tuhan menyelamatkan Utusan-Nya yang tercinta. Hal ini membantu permulaan kunjungan YesusAS ke Yerusalem untuk Paskah.
Sebelumnya para imam kepala telah berkumpul dan menyimpulkan bahwa demi kepentingan terbaik bangsa, YesusAS harus mati; [Yohanes 11: 49-50]. Kemungkinan besar rencana ini diungkapkan kepada YesusAS, baik melalui wahyu atau melalui murid-murid rahasianya; [Markus 14: 18-21, Yohanes 13: 21-30]. Terganggu oleh berita semacam itu, YesusAS mencari ketenangan dengan berdoa di taman Getsemani.
Penangkapan YesusAS di Getsemani dan Pengadilan di Hadapan Sanhedrin
Sebagai seorang Nabi Allah, YesuAS, hal pertama dan terutama yang ia lakukan ialah berpaling kepada Allah dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah menggagalkan rencana musuh-musuhnya: ‘Kemudian datanglah Yesus bersama mereka ke suatu tempat yang disebut Getsemani, dan berkata kepada para murid, Duduklah di sini, sementara aku pergi dan berdoa disana’; [Mat 26: 36-46]. Dia sangat ‘tertekan dan gelisah’; Dia mencari kesendirian, dan jatuh ke tanah dan berdoa. Bahkan, doanya begitu kuat sehingga beberapa manuskrip menyatakan bahwa dia berkeringat darah; [Codex Sinaiticus dan Bezae]. Dia berdoa dengan sungguh-sungguh agar Tuhan mengambil ‘cawan’ ini darinya ‘cawan’ menjadi istilah simbolis untuk takdir; [Matius 20:22]
YesusAS tidak peduli dengan hidupnya sendiri, melainkan kepada rencana sebenarnya para imam Yahudi untuk mengeksekusi di hadapan publik. Jika rencana seperti itu dijalankan, itu akan mengakhiri misi Ilahi YesusAS; murid-muridnya dan semua orang yang percaya dia sebagai Mesias akan meninggalkan kepercayaan seperti itu, karena YesusAS akan mati, dengan ‘kematian terkutuk’ – mengguncang dasar klaim Mesianiknya. Menurut Perjanjian Lama hukuman bagi penjahat semacam itu adalah dengan menggantung tubuh mereka di pohon atau tiang kayu setelah eksekusi sebagai pencegahan bagi orang lain, dengan demikian mengirimkan pesan yang jelas, bahwa orang-orang seperti itu dikutuk oleh Tuhan; [Ulangan 21:22]. Karena alasan inilah YesusAS berdoa kepada Tuhan untuk menggagalkan rencana musuh-musuhnya sehingga dia tidak mati di kayu salib.
Taman Getsemani di kaki Bukit Zaitun di Yerusalem Tempat YesusAS Berdoa Sebelum Penyalibannya
Tak lama kemudian, ketika YesusAS masih berdoa, tentara Yahudi dari Kuil datang untuk menangkap YesusAS; [Yohanes 18: 2-4, 10-12]. Dia menyerah dan dibawa ke Sanhedrin (dewan Yahudi) untuk pengadilan yang cepat dan palsu,’Dan para imam kepala dan semua dewan mencari kesaksian melawan Yesus untuk membunuhnya; dan tidak menemukannya’ Namun, ia tetap dihukum karena penistaan dan dijatuhi hukuman mati; [Markus 14: 53-55, 61-64]. Tapi, penghukuman seperti itu hanya bisa dilakukan oleh bangsa Romawi. [Bangsa Yahudi saat itu tengah berada di bawah penjajahan bangsa Romawi dan ada pembatasan dari pemerintahan Romawi terhadap bangsa Yahudi]; [Yohanes 18:31]. Oleh karena itu, YesusAS) dibawa ke hadapan Pilatus, Gubernur Romawi di Yudea.
YesusAS dibawa ke hadapan Pilatus: Karena hanya pejabat Romawi yang diizinkan untuk mengeksekusi penjahat, dewan Yahudi membawa YesusAS ke Pilatus. Tuduhan yang diajukan terhadap YesusAS diubah menjadi pemberontakan; [Lukas 23: 2], namun Pilatus (menurut Injil) tidak menemukan alasan untuk membunuhnya:’Lalu kata Pilatus kepada para imam kepala dan [kepada] rakyat, aku tidak menemukan kesalahan pada orang ini’; [Lukas 23:..]
Sebaliknya, Pilatus berusaha sekuat tenaga untuk membebaskannya; dia sendiri menginterogasinya; [Markus 15: 2-5] dan berusaha untuk menyerahkan tanggung jawab kepada Herodes Antipas; [Lukas 23: 6-12]. Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan membebaskan seorang pembunuh dalam upaya untuk menyelamatkan YesusAS; [Matius 27: 15-23]. Ini mungkin tidak sepenuhnya disebabkan oleh perilaku saleh Pilatus, karena teks sezaman dan sedikit dalam hal bias (keraguan atau ambigu) lainnya menampilkan Pilatus dalam cahaya penjelasan yang sangat buruk: Philo, seorang Filsuf Yahudi yang hidup pada waktu yang sama dengan YesusAS membahas Pilatus secara mendalam dalam keterlibatan ‘suap, penghinaan, perampokan, kemarahan dan luka-luka yang sembrono, eksekusi tanpa pengadilan terus-menerus diulang, kekejaman yang tak henti-hentinya dan sangat pedih’; [Philo, On The Embassy of Gaius Book XXXVIII, hal.299-305].
Pasti ada alasan yang kuat bagi Pilatus untuk bertindak seperti ini; mungkin karena istrinya bermimpi tentang YesusAS tidak bersalah; [Matius 27:19] atau mungkin juga karena Pilatus ingin menjaga posisi dan otoritasnya: dia ingin menghindari gangguan dan kerusuhan dengan segala cara, dan jika dia menghukum mati YesusAS, pengikut YesusAS mungkin mulai menimbulkan masalah untuk menyelamatkannya (dia mungkin mendengar keributan ketika YesusAS memasuki Yerusalem; [Matius 21: 9-12] dan dengan demikian berasumsi bahwa dia memiliki banyak pengikut). Namun, hanya sedikit yang bisa dia lakukan, karena kerumunan orang Yahudi yang dipimpin oleh para pendeta sama-sama akan menyebabkan kerusuhan jika dia tidak memenuhi permintaan mereka: “Dan gubernur berkata, ‘Mengapa, kejahatan apa yang telah dia lakukan?’ Tetapi mereka semakin banyak berteriak, mengatakan, ‘Biarlah dia disalibkan’; [Matius 27: 24-26]. Ini menjadi ancaman yang lebih kuat, hasil akhirnya adalah YesusAS dibebaskan untuk disalibkan; [Yohanes 19: 16].
No Responses