Secara global, kelompok Islam terbesar saat ini ada 3 (tiga); Sunni, Syiah dan Ahmadiyah. Dari tiga kelompok tersebut, Ahmadiyah diterima sebagai kelompok baru dalam Islam. Biar demikian, perkembangan Ahmadiyah dinilai paling dinamis.
Di usianya yang menginjak 125 tahun (2014 – pen), Jemaat Ahmadiyah telah tersebar lebih dari 200 negara dengan jumlah pengikut ratusan juta orang.
Berbagai proyek berbasis Tablig Islam, sosial dan kebebasan beragama telah menjadi program unggulan dalam gerak Jemaat Ahmadiyah. Program-program itu menfaatnya telah diakui oleh masyarakat dan tokoh dunia Internasional.
Jemaat Ahmadiyah pun menjadi satu-satunya kelompok Islam yang mampu mendirikan sebuah stasiun televisi satelit yang tayang 24 jam non stop tanpa iklan dengan jangkauan siar ke seluruh pelosok dunia bernama Muslim Television Ahmadiyah. Melalui televisi satelit ini, Jemaat Ahmadiyah bisa bebas menyebarkan ajaran Islam sejati yang penuh cinta kasih, toleransi dan tentu saja elegan dalam hal kedalaman ilmunya. Ajaran Islam seperti ini sesuai dengan yang pernah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, namun terasa sangat aneh dipandang oleh kebanyakan Muslim saat ini.
Capaian mutahir itu tentu saja bagi kalangan non-Ahmadiyah telah menimbulkan berbagai pertanyaandan prasangka yang kemudian mengalir menjadi pandangan negatif terhadap Ahmadiyah.Tapi bagi para pengikut Ahmadiyah sendiri, keberhasilan-keberhasilan itu diyakini sebagai realisasi janji tuhan yang pernah disampaikan kepada Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS.
Bagi para Ahmadi (sebutan untuk pengikut Ahmadiyah), sosok Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS bukan semata sebagai Pendiri dari Jemaat Ahmadiyah, melainkan juga sebagai tokoh paling penting di Akhir Zaman ini yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam sesuai dengan yang telah dikabar-ghaibkan oleh Nabi Islam, Hahrat Mustafa Muhammad AS.
Hal ini mengacu kepada sebuah Hadits dalam Kitab Hadits Bukhari sebagai berikut, “Abu Hurairah RA berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW ketika Surah Jumah diturunkan. Saya minta keterangan kepada beliau SAW ; ‘Siapakah yang diisyaratkan oleh kata Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka ?’ Saat itu Salman al Farisi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah SAW meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda; ‘Bila iman telah telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelakidari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari)
Sabda Rasulullah SAW itu di klaim oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS tergenapi dalam dirinya, dan yang akan mengembalikan iman Islam yang telah lama ‘terbang’ itu adalah dirinya sendiri yang oleh Allah Yang Maha Mengutus Nabi-nabi telah diangkat sebagai Imam Mahdi dan Al Masih yang dijanjikan.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS mengungkapkan, beliau adalah keturunan dari bangsa Persia (Farsi) dari pihak ayah dan berasal dari keturunan Rasulullah SAW yang bergelar Sayyidah dari pihak ibu. Leluhurnya pendiri kampungQadian yaitu Mirza Hadi Baig, adalah keturunan Persia yang berasal dari kota Samarkand.
Penyebutan kota Samarkand sebagai asal leluhur Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS tentu saja sangat menarik, karena sebagian umat Islam memang masih mempercayai Imam Mahdi berasal dari keturunan Muhammad SAW dan akan muncul di Arab. Argumen yang dikemukakan adalah beberapa buah Hadits, diantaranya;
Tersebut dalam Hadits Abu Daud bahwa menurut sabda Nabi Muhammad SAW akan bangkit dalam umat Islam seorang ‘Sayyid’ (dari keturunan Fatimah dari Husein bin Ali) namanya Muhammad dan bapaknya Abdullah.
Dalam Attirmizi dijelaskan bahwa dunia ini tidak akan kiamat sebelum negara Arab diperintah oleh seorang Ahli Bait (Sayyid)yang namanya sama dengan nama Rasulullah SAW yaitu Muhammad.
Tersebut pula dalam Muntakhab Kanzul ‘Umal di hasyiah Musnad Ahmad, juz 6 hal. 30 satu Hadits yang artinya: “Bagaimana bisa binasa umat yang aku ada di awalnya dan Mahhdi pada pertengahannya dan Isa pada akhirnya” (lihat pula Almisykat, bab Tsawabu Hazihil Ummati).
Hadits Abdullah bin Mas’ud. Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tdak akan terjadi sampai manusia dipimpin oleh seseorang dari Ahlulbaitku. Namanya sama dengan namaku, nama ayahnya sama dengan nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.”
Hadits Ali bin Abu Thalib: Dari Ali bin Abu Thalib dari Nabi, beliau bersabda, “Al Mahdi dari kami, Ahlulbait; Allah akan menjadikannya shalih dalam satu malam.”
Hadits Abu Sa’id Al Khudri. DAri Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Al MAhdi dari kalangan kami, Ahlulbait, Ia berhidung mancung dan berdahi lebar. IA akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah terpenuhi dengan laku durjana dan kezaliman. Ia akan hidup selama sekian.” Lantas beliau membentangkan tangan kiri dan dua jari kanan beliau ; jari telunjuk dan ibu jari. Beliau menyatakan demikian tiga kali.
Hadits Ummu Salamah. Dari Ummu Salamah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi termasuk keturunanku, berasal dari putera Fatimah.”
Realisasi atau penggenapan Hadits-Hadits di atas telah dijelaskan dalam Kitab Tarikh Al Kamil, Juz 5, hal. 256, yaitu Hadits itu berhubungan dengan Muhammad bin Abdullah yang bergelar “Nafsun Zakiyyah” yang pernah memerintah Makkah, Yaman, Syam dan lain-lain.
Dalam kitab itu ditulis, ketika ia (Muhammad bin Abdullah) ke Madinah maka orang-orang di sana menyambutnya dengan ucapan; “Hadza huwal mahdiyu, hadza huwal mahdiyu.” Ia digelari “Nafsun Zakiyyah” karena beliau memang orang yang baik (suci).
Nasab Al Mahdi bersambung sampai kepada Bait Nabawi dari jalur Hasan bin Ali bin Abu Thalib. Sebagaimana dijelaskan dalam Sunan Abu Dawud dari Abu Ishaq disebutkan bahwa Ali memanangi puteranya Hasan seraya berkata, “Puteraku ini akan menjadi orang besarsebagaimana disebutkan oleh Nabi SAW; dan akan keluar dari sum sumnya seorang laki-laki bernama sama dengan nama Nabi kalian; akhlaknya sama dengan akhlak Nabi kalian, tetapi tidak dengan perawakannya.” Lantas ia menyebutkan kisah dan berkata, “Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan.”
Imam Mula Ali Al Qari berkata, “Hadits ini adalah dall yang tegas atas apa yang telah kami paparkan, nahwa Al Mahdi termasuk keturunan HAsan.”
Ibnu Katsir menulis, “Al Mahdi termasuk Ahlulbaitketurunan Fatimah puteri Rasul, keturunan Hasan dan bukan Husein.”
Adapun makna dari ‘itrahku’, imam Ibnul Atsir Al Jazri berkata, “‘Itrah seseorang adalah kerabat khususnya . ‘Itrah Nabi adalah Bani ‘Abdul Muthalib. Ada ulama yang mengatakan maksudnya adalah Ahlulbait Nabi yang terdekat yaitu beliau dan anak-anak beliau serta Ali dan anak-anaknya. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa ‘itrah beliau adalah Ahlulbait yang dekat dan yang jauh. Pendapat yang terkenal dan makruf adalah bahwa maksud ‘itrah beliau adalah Ahlulbait beliau yang diharamkan menerima zakat.”
As Samhudi berkata, “Dari beberapa penjelasan Hadits di atas (tentang Al Mahdi) tersebut ditetapkan bahwa Al Mahdi merupakan keturunan FAtimah, sedang dalam Sunan Abu Dawud disebutkan bahwa dia anak keturunan Hasan yang meninggalkan kekhalifahan karena Allah dan belas kasih kepada umatnya. Khalifah yang hak ini akan diangkat jika benar-benar dibutuhkan oleh bumi yang telah dipenuhi oleh kedzaliman. Inilah Sunatullah kepada para hamba-Nya. Al Hasan telah meninggalkan kekhalifahan yang seharusnya menjadi miliknya, bahkan ia juga melarang Al Husein dari kekhalifahan juga. Hal ini disebutkan pada malam terbunuhnya karena sayang pada saudaranya.
Dengan keterangan ini menjadi jelas, sesungguhnya Imam Mahdi yang akan datang di akhir Zaman itu tidak muncul di Arab. Sebaliknya ada Hadits lain yang terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hambal halaman 358, yang menyebutkan Imam Mahdi akan berada di tengah-tengah bendera-bendera hitam yang datang dari sebelah Khurasan (kata ‘Khurasan mengacu pada kawasan Asia Tengah, dimana kota Samarkand ada di dalamnya). Hadits ini justru menguatkan klaim Hadhrat Ahmad AS sebagai Imam Mahdi yang memiliki leluhur yang berasal dari Samarkand.
Untuk menguatkan klaim Hadhrat Ahmad AS sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud yang disebut dalam Hadits ‘berada di tengah-tengah bendera hitam yang muncul di Khurasan’ berikut kami sajikan tulisan yang menjelaskan korelasi antara kota Samarkand dengan Nubuwatan tentang Imam Mahdi dari bangsa Persia, yang juga dari keturunan Nabi Muhammad SAW dengan mengacu pada alursejarah leluhur Hadhrat Ahmad AS, yaitu bangsa Persia, yang mampu menguasai kawasan Asia Tengah dimana letak kota Samarkand itu berada, dimulai dari kekaisaran Sasaniyah; Kekhalifahan Bani Umayyah; Kekhalifahan Bani Abbasiyah, hingga berdirinya kerajaan Mughal di India, yang menjadi cikal bakal berdirinya kampung Qadian, kampung tenpat kelahhiran sang Imam Mahdi Al Masih Mau’ud penerus perjuangan suci Nabi Muhammad SAW.
Karena panjangnya bahasan tentang masalah ini, maka kami akan membagi ke beberapa seri dengan katagori tersendiri agar mudah ditellusuri. Selamat membaca……..
(bersambung)
No Responses