Muhammad Kece Dalam Cengkeraman Jin Muslim

Muhammad Kece Dalam Cengkeraman Jin Muslim

Kasus penodaan Agama yang digeruduk jutaan umat turun ke jalan memadati area Monas oleh Ahok sudah usai. Kini kembali muncul. Kali ini dipicu pernyataan oleh seorang pendakwah Youtuber yang menamakan diri Muhammad Kece. Beda dengan yang ini, para “Pembela Islam” hanya ramai di jagad dunia maya.

Apa latar belakangnya. Penulis akan kulik satu masalah yang jadi pemicu ketersinggungan umat Islam yaitu tentang Nabi Muhammad SAW yang kata Muhammad Kece (selanjutnya MK) dekat dengan para Jin dan tidak dekat dengan Allah SWT

MK menyebut bahwa Nabi Muhammad SAWdekat dengan Jin berdasarkan mengutip ayat Al-Quran surat Al Jin ayat 19.

Artinya:
Dan sesungguhnya ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan shalat), mereka (jin-jin) itu berdesakan mengerumuninya.

Apakah Jin itu dan mari kita tengok kisah Jin dalam ayat-ayat lain.

Sebagian kalangan mempersepsi Jin itu makhluk yang berperawakan besar seperti manusia, berperut gendut, mata melotot dan berkepala botak yang menakutkan. Ini Jin jahat.

Ada juga yang berpersepsi Jin baik berbadan kecil imut-imut dan berwajah lucu namun cerdas yang suka mengecoh sasama Jin yang jahat. Seperti dalam sinetron Jin dan Jun diserial sinetron TV swasta.

Di lain ayat ada kisah Jin yang membantu Nabi Sulaiman AS membangun sebuah bangunan yang tinggi dan megah.

Dalam kisah Badung Bondowoso juga diceritakan dia membangun 1000 Candi Roro Jonggrang dalam waktu satu malam yang dibantu sekawanan Jin.

Kita kembali kepada Al Qur’an, selain surah Al Jin dalam Al Qur’an yang membahas tentang Jin, ada di surah Al Ahqaf. Diceritakan bahwa ada serombongan Jin datang kepada Nabi Muhammad SAW dan mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an. Mereka terdiam dan mendengarkan dengan khidmat.

Setelah kembali pulang kepada kaumnya salah seorang dari mereka berucap. Baru saja kami mendengar kitab sesudah Musa. Yang dimaksud adalah ayat-ayat Al Qur’an. Kitab yang dibawa nabi Musa AS adalah Taurat. Diturunkan sebelum Al Qur’an.

Nyatalah yang dimaksud serombongan Jin dalam cerita ini adalah orang-orang asing di luar bangsa Arab. Ada yang mencatat sebagai orang-orang Yahudi dari Nashibin, ada juga yang mengatakan golongan Yahudi dari Maushal Ninewe Irak.

Dapat disimpulkan mereka adalah manusia juga, yang dalam arti lain “Jin” itu adalah orang-orang asing atau para pembesar. Mereka orang-orang Yahudi yang biasa membaca dan mengamalkan kitab Taurat. Pengikut Nabi Musa AS Kabarnya mereka jadi mualaf, masuk Islam. (Versi PDF => download)

Alhamdulillah. Penulis juga pernah berkesempatan bertemu dengan “Jin” yang berperawakan tinggi besar. Mantan Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaya Purnama. Penulis menghadiahi Al Qur’an terjemah dan tafsir singkat dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).(PDF bisa didonload di sini => tafsir)

Darisman Broto menghadiahkan Al Quran JAI kepada Basuki Tjahaya Purnama

Rupanya “Jin” yang diperintahkan oleh nabi Sulaiman AS untuk membangun gedung tinggi dan patung-patung di masanya itu juga manusia. Mereka adalah orang-orang ahli bangunan atau para insinyur. Bukan makhluk yang menyeramkan seperti dalam legenda Badung Bondowoso dan Roro Jonggrang.

Prof. Dr. Zulkarnaen guru besar UIN Sunan Kalijaga mengagumi Al Qur’an tafsir JAI dikatakannya Tafsir Al Qur’an JAI brilian. Begitu juga tokoh perjuangan kemerdekaan HOS Tjokroaminoto yang sudah akrab dengan Tafsir Al Qur’an Ahmadiyah.

Begitulah apa itu “Jin” versi tafsir Ahmadiyah.

Nabi Muhammad SAW pernah melarang tulang-tulang bekas untuk dijadikan sarana beristinja (cebok), karena tulang-tulang itu makanan Jin. Dan terbukti di zaman keilmuan sekarang bahwa bakteri atau virus menempel pada tulang-tulang bekas yang menyebabkan bibit penyakit.

Tidak ada kata lain bagi Nabi SAW saat itu untuk mengungkapkan kata bakteri atau virus dengan kata “Jin”, yang dalam bahasa Arab sesuatu yang tersembunyi yang tidak bisa dilihat secara langsung oleh mata. Harus ke laboratorium.

Dan di saat ini dunia sedang diliputi oleh “Jin” yang entah kapan berakhirnya. Virus Corona merubah sendi-sendi kehidupan manusia.

Hadhrat Mirza Tahir Ahmad RA Khalifah Ahmadiyah ke-4 menjelaskan secara ilmiah apa itu Hakikat Jin dalam bukunya Wahyu Rasionalitas Pengetahuan dan Kebenaran.

Sangat disayangkan jika perseteruan MK dan umat Islam berujung di pengadilan. Tidak ada penggalian keilmuan dalam menggali kitab suci Al Qur’an.

Alangkah baiknya jika kedua belah pihak duduk bersama untuk memaparkan pemahaman masing-masing masalah apa itu Jin dalam Al Qur’an. Dan masalah-masalah lainnya.

Peristiwa keagamaan yang fenomenal di zaman penjajahan Belanda era tahun 1933 terjadi perdebatan terbuka antara Ahmadiyah dan PERSIS di Gg. Kenari Batavia. Dihadiri Ormas Islam, para tokoh, dan insan pers tidak kurang 2000 orang hadir. Berjalan aman dan lancar, tidak ada kericuhan aksi lempar kursi seperti di Konggres HMI. (hasil perdebatan bisa di download di sini => download)

Perdebatan Ahmadiyah dan PERSIS di zaman penjajahan mustinya menjadi pelajaran berharga di era kemerdekaan sekarang ini. Perselisihan agama tidak lagi berujung di pengadilan.

Jika pun kasus MK diseret ke pengadilan para pemirsa sudah dapat menebak apa keputusan pengadilan yang akan dijatuhkan bagi MK.

Romo Benny Susatyo sebagai salah satu “Jin” Istana juga turut mendorong kasus MK diproses hukum. Mustinya dia juga berani bersuara ustadz-ustadz yang kerap menista agama lain juga diproses hukum.

Sudah banyak beredar di dunia maya para ustadz yang menista dan menyinggung tentang ketuhanan Yesus, Injil palsu dan Salib yang dikuasai Jin. Namun hal ini tidak kunjung menjadi proses hukum.

Di era kemerdekaan banyak yang berharap kasus dugaan penistaan agama tidak lagi berujung ke pengadilan yang menggunakan pasal karet UU Penodaan agama.

Pasal Penodaan agama telah diajukan peninjauan kembali oleh AKKBB dan Gus Dur. Namun ditolak oleh Mahkamah Konstitusi yang kala itu ketua MK adalah anak ideologis Gus Dur sendiri yaitu Mahfud MD.

Dalam hal ini peran FKUB musti tampil ke depan. Sebagai lembaga kerukunan umat beragama di Indonesia kita berharap dapat menyelesaikan kasus Muhammad Kece vs umat Islam dan dapat menyelesaikan kasus-kasus intoleransi yang dihadapi kaum minoritas beragama secara beradab. Semoga.

Salam sehat dan bahagia.
Darisman Broto
Depok, 26 Agustus 2021.

No Responses

Tinggalkan Balasan