Kunjungan Mubalig Daerah Maluku ke Kabupaten Seram Bagian Timur | Bagian 1

Kunjungan Mubalig Daerah Maluku ke Kabupaten Seram Bagian Timur | Bagian 1
"Jalanan ke Desa Funa dan Dusun Nayaba (tempat mualaf dari suku pedalaman, pen.) masih agak sulit ditembus. Aspal hanya sepanjang lima kilometer saja. Setelah itu masih jalan tanah. Sangat sukar dilalui, apalagi saat musim timur seperti sekarang."

Masroor Library – Desa Bemo, Kabupaten Seram Bagian Timur [28/8-2020]. Setelah dua jam menempuh perjalanan laut dengan kapal cepat “Cantika Ekspress 88” dari Pelabuhan Tulehu ke Pelabuhan Ina Marina, Masohi, Rabu (28/8) pagi, perjalanan pun dilanjutkan dengan mobil lintas kabupaten dari ibukota Kabupaten Maluku Tengah ke Kecamatan Werinama, Kab. Seram Bagian Timur.

Mobil lintas berwarna putih yang dikemudikan oleh Mas Yanto (mualaf asal Negeri Mosso, Telutih) itu berkejaran dengan waktu menuju tujuan terakhir di Sungai Bobot yang memisahkan Negeri Atiahu dengan Negeri Bemo. Sayangnya, ketika hendak memasuki Negeri Haya, mobil itu mengalami kecelakaan. Tabrakan tak dapat dihindarkan.

Saat belok dan menanjak, tampak di depan mobil PLN sedang terparkir agak ke tengah jalan. Sedangkan di sebelah kiri, potongan batang pepohonan dan partikel serbuk kayu bekas gergajian menutupi jalanan. Karena licin usai hujan, mobil tergelincir dan menabrak mobil PLN itu. Untungnya setir masih bisa dikendalikan sehingga tidak bertumbukan dan hanya serempetan.

Mobil yang ditumpangi Mubalig Daerah Maluku mengalami kerusakan di bagian bemper kanan serta lecet di sebelah kanan. Sedangkan mobil PLN mengalami pecah ban depan kanan dan kaca spion hancur berantakan. Mobil yang ditumpangi menjadi tidak normal, ban terasa longgar saat kembali melanjutkan perjalanan.

Sekitar tujuh buah sungai besar diseberangi dengan cara masuk ke dalam air. Semua sungai tersebut baru sedang dibangun jembatan dan belum rampung. Hanya jembatan Sungai Laimu yang sudah selesai, namun belum bisa dilewati sebab belum diresmikan. Terpaksa, mobil masuk ke dalam air sungai untuk menyeberang.

Setelah hampir lima jam perjalanan, mobil akhirnya tiba di Sungai Bobot. Sungai ini lebarnya bisa mencapai 70 meter. Saat musim hujan dan air penuh, praktis hanya rakit yang bisa menyeberangkan. Karena kondisi mobil yang sudah tidak baik lagi, perjalanan dilanjutkan dengan rakit. Orang dan sepeda motor dinaikkan ke rakit untuk menyeberang. Sedangkan mobil itu kembali lagi ke Tehoru untuk masuk servis.

Ketika sampai di seberang, tampak sebuah mobil datang menjemput. Ternyata itu adalah mobil Haji Husin, mantan anggota DPRD yang kini membuka usaha penginapan di Kecamatan Werinama, belakang Polsek. Mubalig Daerah Maluku –yang sebelumnya telah mengenal Haji Husin– diantarkan dengan mobil itu ke Negeri Bemo, dua desa dari Sungai Bobot.

Rencananya di Negeri Bemo akan bermalam selama dua hari di rumah seorang teman bermarga Wakano. Ternyata, Mubalig Daerah Maluku ditempatkan di rumah bermarga Tan (Chen) asal Banda. Selama dua hari itu akan mengunjungi suku asli pedalaman Funa, Nayaba, Dak dan Balakeu yang sudah masuk Islam dan memerlukan pembinaan. Tidak adanya guru mengaji dan guru yang membina disana menyebabkan Mama Mila –alias Jamilah Pakalessy– secara pribadi menjadi pengajar disana. Dengan modal sendiri, Mama Mila mendidik anak-anak suku pedalaman yang sudah menjadi mualaf itu.

Tak disangka, Mama Mila dan Pak Darwan Pakalessy sedang ada di Negeri Bemo dan secara kebetulan jumpa saat jalan pagi di tepi pantai dekat Pelabuhan Negeri Bemo. Perbincangan pun dilakukan di rumah salah seorang warga di tepi pantai itu. Mama Mila mengajak Mubalig Daerah Maluku mengunjungi mualaf dari suku asli di pedalaman Dusun Nayaba, sekitar 20 kilometer dari Negeri Bemo Kecamatan Werinama. []

(Bersambung…)

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Maluku

No Responses

Tinggalkan Balasan