Perang Panipat | Jejak Leluhur Imam Mahdi

Perang Panipat | Jejak Leluhur Imam Mahdi
Zamzamah Gun, Meriam yang digunakan saat Perang Panipat. Meriam ini masih tersimpan di museum Lahore. Foto diambil tahun 1903 M. (Sumber: Ames Library)

Keraaan Mughal berkuasa di India setelah menaklukkan Dinasti Lodi yang saat itu dipimpin oleh Ibrahim Lodi dalam sebuah peperangan di suatu tempat yang bernama Panipat pada tanggal 21 April 1526 M.

Saat itu diperkirakan pasukan Dinasti Mughal pimpinan Mirza Zaharuddin Muhammad Babur berjumlah 15.000 orang yang sebagiannya dilengkapi dengan senjata api dan memiliki antara 20 sampai 24 buah meriam. Sementara pasukan Ibrahim Lodi diperkirakan memiliki sekitar 100.000 orang ditambah sekitar 1.000 pasukan gajah.

Dalam menghadapi jumlah pasukan yang tidak seimbang itu, Mirza Zaharuddin Muhammad Babur melakukan strategi perang dengan cara menyebarkan sebagian pasukannya ke samping kanan dan kiri lokasi perang di Panipat. Di lokasi sebelah kiri pertahanan pasukan Mughal dibuat parit yang ditutupi dengan cabang-cabang pohon. Di tengah, 700 gerobak diikat dengan tali. Antara setiap dua gerobak ada tali kekang kuda untuk menghubungkan satu gerobak dengan gerobak lain, namun tetap diberi celah untuk moncong meriam.

Ketika tentara Ibrahim Lodi tiba di lokasi, ternyata ia menemukan celah yang sangat sempit untuk menyerang. Ibrahim Lodi memerintahkan pasukannya untuk terus bergerak melewati celah itu. Tentara Mughal cepat mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk mengapit tentara Lodi. Banyak pasukan Ibrahim Lodi tidak dapat bergerak dan malah berbalik melawan perintah Ibrahim Lodi dan mereka mencoa melarikan diri. Menghadapi senjata api, tembakan meriam dan serangan kavaleri dari semua sisi, Ibrahim Lodi kewalahan dan tewas dengan hanya menyisakan 6000 pasukan.

Taktik baru yang diperkenalkan oleh Mirza Zaharuddin Muhammad Babur dikenal dengan istilah Tulghuma dan Araba (gerobak). Tulghuma berarti membagi seluruh tentara ke berbagai unit, yaitu kiri, kanan dan pusat. Pembagian kanan, kiri dan kemudian dibagi lagi menjadi divisi depan dan belakang. Melalui cara ini pasukan kecil dapat digunakan untuk mengelilingi musuh dari semua sisi.

Divisi pasuka utama yang dilengkapi dengan gerobak (araba) yang ditempatkan di baris depan menghadapi musuh dan gerobak-gerobak itu terikat satu sama lain dengan tali kulit binatang. Di belakang mereka ditempatkan meriam dan mantlets yang dapat digunakan untuk dengan mudah manuver meriam. Kedua taktik itu membuat artileri pasukan Mirza Babur mematikan. Perang itu kemudian dikenal dengan Perang Panipat.

Kekalahan Ibrahim Lodi di Panipat menjadi tonggak baru berdirinya Kerajaan Mughal di Delhi, India. Kata Mughal sendiri merupakan resapan dari versi Indo-Aryan dari kata Mongol. Oleh karena kerajaan Mughal di Delhi, India merupakan bangsa asing yang berhasil berkuasa di sana.

(bersambung)

No Responses

Tinggalkan Balasan