ETNOGRAFI DAN DEMOGRAFI DI SEKITAR DANAU KEMBAR
Di sekitar Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida terdapat Suku Sougb, Hatam, Moire dan Meiah.
Suku bangsa Sougb berasal dari Iba. Suku Sougb mendiami tiga Distrik, yaitu Anggi, Ra dan Sike. Dalam konteks Budaya, salah satu unsur budaya Suku Sougb Pegunungan Arfak adalah sistem hukum tanah adat. Suku bangsa Sougb mengenal dua macam hak atas tanah, yaitu: (1) Hancob (Hak Ulayat) dan (2) Privat (Perseorangan).
Nama-nama klan/marga dari Suku bangsa Sougb adalah Aiba, Ahoren, Ainusi, Asmorom, Bikiai, Bokoma, Horna, Iba, Iga, Igare, Inden, Iryo, Inyomusi, Kaidan, Mandacan, Mokiri, Mers, Saiba, Sayori, Trirbo, Tubes, Towansiba dan Togue. Biasanya penamaan marga berdasarkan nama endemik, totem, lokus (lokasi): sungai, perbukitan atau pegunungan.
Hatam adalah nama yang dipergunakan untuk menyebut nama suku bangsa yang dikatagorikan sebagai salah satu suku banngsa asli di Kabupaten Pegunungan Arfak. Hatam artinya nama bahasa yang dipergunakan sebagai sarana komunikasi sekelompok manusia yang hidup dan mendiami kawasan Pegunungan Arfak.
Sedangkan pama atau nama-nama marga/klan suku bangsa Hatam Pegunungan Arfak adalah Ayok, Aibu, Dowansiba, Insen, Indouw, Iwou, Katebu, Meidodga, Mandacan, Muid, Nuham, Rienggup, Sayori, Saiba, Saroi, Towansiba, Tibiai, Ullo, Warfandu dan Wonggor.
Moire atau Moile atau Moule Arfak adalah nama yang digunakan untuk menyebut nama suku bangsa yang dikatagorikan sebagai salah satu suku bangsa asli di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Suku bangsa Moire merupakan gabungan dari beberapa marga/klan. Klan tersebut adalah Aibu, Ayok, Bikiou, Borai, Indow, Kob, Mansim, Pungwam, Rieinggup, Sayori, Tibiai, Ullo, Umpasut, Warfandu dan Wonggor.
Meiah adalah nama yang digunakan untuk menyebut nama suku bangsa yang dikatagorikan sebagai salah satu suku bangsa asli di Kabupaten Pegunungan Arfak. Nama suku Meiah terdiri dari dua kata, mei dan ah. Mei berarti air, dan ah artinya ada. Bila kedua kata tersebut digabung, maka kata Meiah arti harfiahnya ada air.
Suku bangsa Meiah merupakan integrasi dari beberapa marga/klan yang ada di Pegunungan Arfak. Di antaranya ada marga Asmorom, Derebi, Dowansiba, Isba, Iba, Ibori, Jijum, Igomu, Jouen, Koyani, Kasih, Mandacan, Mansaburi, Meksi, Meigahanu, Meidodga, Moktis, Mosyoi, Mosoimen, Pinder, Waramui, Wam dan Yamebsi.
Di tepian barat dan utara Danau Anggi Gida terdapat beberapa kampung. Duhugani, Unggrau, Itkau, Tuabyam, Sibyongu, Tomrok, Nggesrau, Sisrang, Mbeimei adalah nama-nama kampung di sepanjang tepian barat dan utara Danau Anggi Gida. Disini terdapat suku bangsa Hatam dan Moile. Sedangkan di kawasan Danau Anggi Giji, terdapat suku bangsa Sougb dan Meiah.
Menurut data BPS Kabupaten Pegunungan Arfak 2016, jumlah penduduk di Kawasan Danau Anggi Giji ada sebanyak 3.169 jiwa atau sebesar 11,79% dari total penduduk Kabupaten Pegunungan Arfak. Jumlah penduduk terbanyak kampung pesisir Danau Anggi Giji berada di Kampung Sururey, Distrik Sururey. Sedangkan kampung-kampung dengan jumlah terendah adalah Kampung Irbos, Distrik Taige dengan jumlah 91 jiwa.
Untuk jumlah penduduk di Kawasan Danau Anggi Gida ada sebanyak 1.092 jiwa atau sebesar 4,06% dari total penduduk Kabupaten Pegunungan Arfak. Penduduk terbanyak kampung pesisir Danau Anggi Gida berada di Kampung Ingisrow, sedangkan kampung dengan jumlah penduduk terendah adalah Kampung Itkaw dengan jumlah 87 jiwa.
SEJARAH PENYERANGAN POS PUTERPA DI IRAI, ANGGI
Peristiwa penyerangan Pos Kompi III/314 Siliwangi di Irai, Anggi terjadi pada 4 Februari 1968 dipimpin oleh Yoseph Indey. Pertempuran berlangsung secara sporadis hingga tanggal 6 Februari 1968. Penyerangan ini merupakan kelanjutan dari rencana penyerangan serempak yang terjadi pada 2 Februari 1968 di Sausafor.
Bulan sebelumnya, dengan kekuatan sekitar 150 orang, OPM di bawah kepemimpinan Daniel Wanma menyerang Pos Militer Makbon. Di dalamnya ada 8 anggota TNI AD dan 6 anggota Kompi II Yonif 752 Tjenderawasih. Peristiwa itu terjadi pada 21 Januari 1968.
POTENSI PARIWISATA DANAU KEMBAR
Kawasan Danau Anggi Giji (Danau Laki-laki) menyajikan keindahan panorama danau, tanjung (Tanjung Koctera),dan pulau terapung (Pulau Lomos). Kawasan Danau Anggi Giji memanjang hampir sekitar 17,71 kilometer sepanjang jalan Trans Manokwari-Anggi-Sururey. Danau Anggi Giji berjarak sekitar 104 kilometer dari pusat Kota Manokwari atau sekitar 8 kilometer dari pusat Kota Anggi.
Pada kawasan Danau Anggi Giji juga terdapat Pulau Lomos. Pulau terapung ini merupakan pulau rumput berjalan yang terkadang berada di pertengahan danau ataupun bergeser terus-menerus hingga (terdampar) ke tepian danau. Selain keindahan alamnya, Danau Anggi Giji merupakan habitat ikan mas, ikan mujair, ikan puri dan bebek danau. Danau ini memiliki air yang cukup tenang berwarna kehitaman.
Kawasan Danau Anggi Giji membentang sekitar 2.900 Ha, memiliki topografi datar di pinggiran danau hingga berbukit-bukit dengan jenis tanah podzolit. Kawasan Danau Anggi Giji berada pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wariori. Di kawasan ini terdapat Tanjung Koctera berjarak sekitar satu kilometer dari Kota Anggi. Dari Tanjung ini dapat melihat jelas kawasan Danau Anggi dengan panorama yang indah.
Seperti halnya Danau Anggi Giji, Danau Anggi Gida (Danau Perempuan) juga menyajikan keindahan panorama danau dan hamparan pasir putih. Danau Anggi Gida memanjang lebih dari 15 kilometer pada jalan Trans Manokwari-Anggi-Anggi Gida-Ransiki, terletak di Distrik Anggi Gida yang berjarak sekitar 126 kilometer dari pusat Kota Manokwari atau sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Anggi. Kawasan ini membentang seluas 2.500 Ha dengan topografi datar hingga berbukit-bukit. Danau Anggi Gida berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ransiki.
Di Danau Anggi Gida juga terdapat habitat ikan mas, ikan mujair, ikan puri dan bebek danau. Danau ini memiliki air yang cukup tenang, berwarna biru terang dengan hamparanpasir putih. Hamparan pasir putih ini hampir mengelilingi seluruh pinggiran danau dan merupakan salah satu kejadian alam yang sangat langka.
Related Posts

Gaungkan Tema Shalat di Ciater | Jejak Lokasi yang Dilewati Bujangga Manik Sang Resi Petualang

Bakda Riyadi: Tradisi Keramaian Kerajaan Majapahit yang Menjadi Lebaran

Telusuri Jejak Tarumanegara, Tuan Tanah Jonathan Rigg dan Makam Kuno Islam Garisul

Meneliti Manuskrip Kuno Al Quran Daun Lontar

Kunjungi Ciaruteun Ilir dan Pasir Muara Telisik Prasasti Tinggalan Kerajaan Tarumanegara

No Responses