PENGANTAR UMUM
Secara Kartografi, keberadaan Danau Kembar: Danau Anggi Giji (Manswon) dan Danau Anggi Gida (Sobe) di Pegungan Arfak (Pegaf), Provinsi Papua Barat, pertama kali diketahui dari peta yang dibuat oleh Survey Directorate H.Q. SEA LF, Januari 1947. Peta ini dikenal sebagai Hind 644 1st Edition, 1947. Empat tahun sebelumnya, peta ini dipersiapkan oleh Base Map Plant, USAFFE, Juni 1943 berdasarkan berbagai peta Belanda yang sudah ada sebelumnya.
Berdasarkan namanya, peta itu disiapkan oleh United States Army Forces in the Far East atau Angkatan Perang Amerika Serikat di Timur Jauh yang berpusat di Manila dan Luzon, Filipina. USAFFE dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur sebagai Komandan. Sedangkan Kepala Staf adalah Brigadir Jenderal Richard K. Sutherland dan Wakil Kepala Staf dijabat Letnan Kolonel Richard J. Marshall.
Menurut peta itu, Danau Anggi Giji (ditulis Anggi Gigi atau Manswon) dan Danau Anggi Gida (ditulis Anggi Gila atau Sobe) dikelilingi oleh kawasan pegunungan dan perbukitan. Di antaranya, Gunung Tambroke (2.441 mdpl)), Gunung Brotie (2200 mdpl), Gunung Mesenoek (2300 mdpl), Gunung Benzhood (2400 mdpl), Gunung Hojobsara (2300 mdpl), Gunung Sensenemesi (2.760 mdpl) dan Gunung Trogmeri (2.652 mdpl).
Kini, peta untuk keperluan militer Amerika Serikat atau US Far East Army Force (FEAF) itu masih bisa diselamatkan dan diarsipkan oleh Australian National University (ANU), Bagian Perbendaharaan Peta (Map Collection) dan diberi kode RSPAS & RSSS bertanggal 16 Februari 1994.
KONDISI TOPOGRAFI DAN GEOGRAFI
Danau Anggi Giji (2.241 mdpl) meliputi Distrik Anggi, Distrik Taige dan Distrik Sururey. Sedangkan Danau Anggi Gida (1.877 mdpl) meliputi dua distrik yaitu Distrik Anggi Gida dan Distrik Sururey. Danau Anggi Giji memiliki panjang maksimum 7,7 km dan lebar maksimum 5,3 km atau sekitar 40,81 kilometer persegi (2.900 Ha). Sedangkan Danau Anggi Gida memiliki panjang 8,5 km dan lebar maksimum 4,4 km atau memiliki luas sekitar 37,4 kilometer persegi (2.500 Ha).
Batas-batas geografis Danau Anggi Giji meliputi: (1) Bagian Barat, berbatasan dengan Distrik Sururey dan Distrik Taige; (2) Bagian Timur, berbatasan dengan Distrik Anggi dan Distrik Sururey; (3) Bagian Utara, berbatasan dengan Distrik Anggi dan Distrik Taige; dan (4) Bagian Selatan, berbatasan dengan Distrik Sururey.
Sedangkan Danau Anggi Gida meliputi Distrik Anggi Gida dan Distrik Sururey. Batas-batas geografisnya meliputi: (1) Bagian Barat, berbatasan dengan Distrik Anggi Gida; (2) Bagian Timur, berbatasan dengan Distrik Anggi Gida; (3) Bagian Utara, berbatasan dengan Distrik Anggi Gida; dan (4) Bagian Selatan, berbatasan dengan Distrik Sururey.
Meskipun kedua danau itu berdekatan, yang dalam jarak geografis hanya sekitar 3,8 km, namun di antara keduanya terbentang bukit memanjang sebagai pemisah (partition).
Belum diperoleh informasi mengenai kedalaman perairan kedua danau itu, demikian pula tentang kualitas airnya. Namun, beberapa laporan awal menyebutkan, bahwa kesan warna kehitaman pada Danau Anggi Giji dan warna biru terang pada Danau Anggi Gida disebabkan oleh pantulan hutan-hutan di sekitar danau dan berbagai plankton yang terdapat di dalam danau.
Sedangkan untuk posisi ketinggian, Danau Anggi Giji terletak di atas 2.000 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Danau Anggi Giji (Manswon) dan Danau Anggi Gida (Sobe) dikelilingi oleh kawasan pegunungan dan perbukitan. Di antaranya, Gunung Tambroke (2.441 mdpl)), Gunung Brotie (2200 mdpl), Gunung Mesenoek (2300 mdpl), Gunung Benzhood (2400 mdpl), Gunung Hojobsara (2300 mdpl), Gunung Sensenemesi (2.760 mdpl) dan Gunung Trogmeri (2.652 mdpl).
LEGENDA DAN MITOS SEPUTAR DANAU KEMBAR
Orang Eropa pertama yang berhasil mengunjungi Pegunungan Arfak adalah Odoardi Beccari dan Luigi d’Albertis pada 1870-an. Penemuan Danau Anggi Gigi dan Danau Anggi Gida ini merupakan prestasi terbaru setelah 1900.
Pada April 1904, A. van Oosterzee, pejabat pemerintah di Manokwari dan juga seorang penjelajah dengan penuh semangat mengirimkan tumbuhan hidup ke Bogor (Jawa Barat), yang berasal dari kedua danau tersebut. Ia adalah orang Eropa pertama yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari kedua danau itu.
Pada 1906-1907, seorang pakar Zoologi dari Amerika Serikat, Thomas Barbour, mengoleksi amfibi dan reftil di sekitar Danau Anggi. Kemudian pada Desember 1913, peneliti independen L.S. Gibbs, yang juga seorang penjelajah dan ilmuwan wanita pertama yang tertarik dengan ekologi dan vegetasi memperoleh lebih dari 330 jenis tumbuhan di Danau Anggi.
Bagi suku besar Arfak, mereka percaya kedua danau itu, yaitu Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida, memiliki jenis kelamin. Anggi Giji (tulisan di peta Belanda: Anggi Gigi) merupakan danau laki-laki, sedangkan Danau Anggi Gida atau Anggi Gita (tulisan di peta Belanda: Anggi Gila) adalah danau perempuan. Menurut legenda, mereka adalah sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
Ada cerita rakyat tentang sepasang kangguru kecil yang tersesat ketika mengikuti manusia majikan mereka. Dalam mencari jalan keluar, kangguru jantan kehabisan air dan akhirnya berubah menjadi ular naga dan mendiami daerah dimana dia tersesat. Tempat tersebut kemudian keluar air dan disebut ‘mata air jahat’ karena kangguru kesal pada manusia dan berjanji untuk memusuhinya.
Sedangkan sang betina melanjutkan perjalanan, namun kehabisan air juga dan akhirnya terpaksa tinggal di suatu tempat terpisah oleh satu gunung dengan lokasi kangguru jantan. Sang manusia menemukan tempat penuh genangan air ini, yang bahkan memakan beberapa korban manusia dari rombongan perjalanannya.
Manusia itu menyebut tempat itu sebagai ‘ann’ artinya hantu dan menetapkannya sebagai daerah terlarang untuk dilewati. Sampai suatu hari ketentuan itu dilannggar oleh sepasang manusia, menyebabkan munculnya air dengan deras dan membentuk danau. Kelak, danau itu disebut Anggi Giji untuk laki-laki dan Danau Annggi Gida untuk perempuan.
Related Posts
Meneliti Manuskrip Kuno Al Quran Daun Lontar
Kunjungi Ciaruteun Ilir dan Pasir Muara Telisik Prasasti Tinggalan Kerajaan Tarumanegara
Gotrasawala Panitia Pangeran Wangsakerta | Belajar dari Lembaga Penulisan, Penyalinan dan Penerjemah Naskah/ Manuskrip pada Masa Kasultanan Cirebon
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar | Menelisik Jejak Pakuan Pajajaran dan Toponimi Lokasi di Sekitar Kampus Mubarak
No Responses