“Bila di Papua ini dilakukan good government, maka kesejahteraan rakyat akan meningkat. Bukan hanya Rp 20 juta sebulan tiap kepala, melainkan bisa dua kali lipatnya. Pekerjaan mencari uang akan menjadi formalitas saja. Sebab, tiap bulan kita akan mendapat sebanyak Rp 40 juta.”
Masroor Library | Manokwari, Papua Barat [14/4]. Nama lengkapnya Elisa Sroyer. Nama pertama adalah suatu nama seorang nabi dalam Kitab Perjanjian Lama dan juga Kitab Suci Al-Qur’an. Elisa (bahasa Ibrani) memiliki persamaan dengan Ilyas atau Ilyasa dalam Al-Qur’an. Kata dasar El dalam bahasa Ibrani selalu artinya berhubungan dengan Tuhan, baik posisinya di depan maupun di belakang.
Sedangkan nama Sroyer merupakan sebuah nama marga. Sroyer memiliki padanan dengan kata Mayor, sebuah marga Biak yang berasal dari Pulau Biak di Provinsi Papua. Mayor sendiri asalnya adalah sebuah nama jabatan yang diberikan oleh Kesultanan Tidore kepada orang Papua yang mengabdi dan Setia kepada kepe tingan Kesultanan. Nama marga lainnya adalah Kapisa (Kapitan), Dimara (Gimalaha) dan Manbri (Mambrau).
Sesuai rencana, Elisa Sroyer pun berkunjung ke rumah dinas Mubalig Daerah Papua Barat di Kawasan Trikora 2, Jumat (14/4) malam. Dengan menggunakan mobil dinas Badan Narkotika Nasional (BNN), mantan Bupati di beberapa kabupaten itu akhirnya tiba juga di Perumahan Arfai Indah Permai. Ini merupakan kunjungan pertamanya kesini, sebelumnya beberapa kali berkunjung saat di rumah kontrakan yang lama di depan KODAM XVIII/Kasuari.
Setelah memarkir mobil di depan gerbang, mantan Bupati Kab. Tambrauw itu pun masuk ke ruang tamu. Setelah duduk di kursi dengan meja oval di depannya, pandangannya pun menyapu ke segala arah. Beberapa foto dan poster dia lihat hingga beberapa saat.
“Oh, ternyata Ustad juga sudah jumpa dengan Pak Dominggus Mandacan?” tanya mantan Bupati Kab. Maybrat itu.
Elisa tampak senang ketika mendapati foto dirinya juga ada dalam poster berukuran 2×1 meter itu. Mantan Bupati Kab. Raja Ampat itu juga mengamati foto-foto lainnya. Banyak foto tokoh Papua Barat yang dia kenal disana.
“Selain mantan Gubernur, ada Pendeta Manufandu, Kapolda, Lamekh Dowansiba. Artinya, mereka sudah ketemu dengan Ustad, baik disini maupun di rumah sebelumnya.”
Sambil menikmati hidangan yang disediakan, keduanya pun kemudian membahas kesejahteraan masyarakat di Provinsi Papua Barat. Pandangannya sama dan senafas dengan Mubalig Daerah Papua Barat, bahwa bila tata kelola pemerintahan dapat berjalan dengan baik, maka masyarakat di Provinsi Papua Barat ini akan menjadi sejahtera.
“Bila di Papua ini dilakukan good government, maka kesejahteraan rakyat akan meningkat. Bukan hanya Rp 20 juta sebulan tiap kepala, melainkan bisa dua kali lipatnya. Pekerjaan mencari uang akan menjadi formalitas saja. Sebab, tiap bulan kita akan mendapat sebanyak Rp 40 juta.” Mantan Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Papua Barat yang meniti karir sebagai Camat (Kepala Distrik) di Merdey, Kab. Teluk Bintuni itu memberikan pernyataan.
Mubalig Daerah Papua Barat pun menyebutkan bahwa telah membuat sebuah tulisan mengenai potensi sumber daya alam (mineral dan energi) di Distrik Tembuni, Distrik Moskona dan Distrik Merdey. Tulisan itu diapresiasi oleh banyak kalangan, salah satunya Kepala Distrik Merdey Yustina Ogoney. Bahkan, Bupati Kab. Teluk Bintuni Petrus Kasihiw pun ingin jumpa dengan Mubalig Daerah Papua Barat.
“Yustina itu anak Petrus Ogoney. Sewaktu saya menjadi Camat disana, Yustina masih kecil. Ayahnya, yaitu Pak Petrus Ogoney merupakan pribadi yang cerdas namun suka menyendiri. Suatu saat saya ajak Ustad kunjungan ke Merdey lagi untuk nostalgia,” kata dosen Birokrasi Pemerintahan di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari tersebut.
Mubalig Daerah Papua Barat pun segera melakukan video call via WhatsApp (WA) dengan Kepala Distrik Merdey. Tampak Camat Merdey itu kaget dan senang melihat mantan Kepala Distrik Merdey 1987-1992 sedang ada di rumah Mubalig Daerah Papua Barat. Sayangnya, jaringan di Distrik Merdey sedang gangguan. “Kabut disini tebal sekali, jadi kualitas sinyal kurang bagus.”
Perbincangan pun beralih membahas Ahmadiyah di Papua Barat khususnya di Manokwari. Sroyer berkeinginan agar suatu saat bisa ikut membantu pembangunan mushala atau masjid Ahmadiyah. “Selama ini saya gregetan, Ahmadiyah selalu menjadi korban intimidasi. Padahal, kalau saya perhatikan, justru Ahmadiyah yang lebih menerapkan ajaran Islam. Maka saya sering sampaikan kepada mahasiswa saya di STIH agar bisa bersahabat dengan Ahmadiyah.”
Setelah mengundang Mubalig Daerah Papua Barat untuk memberikan tausiyah kepada ibu-ibu arisan di rumahnya di kawasan Balai Latihan Kerja (BLK) Sanggeng pada Minggu lusa, pertemuan itu pun diakhiri. Mobil dinas BNN Provinsi Papua Barat itupun meluncur meninggalkan kawasan Trikora 2. Mubalig Daerah Papua Barat mengantar hingga gerbang luar dan ke perempatan kompleks. []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses