“Ustad ini adalah seorang yang memahami sejarah di Papua dengan sangat baik. Beliau banyak menulis catatan sejarah yang menjadi perhatian dari Pemerintah dan kalangan lainnya. Belum lama, Ustad juga baru kembali dari Kab. Teluk Bintuni dan menghasilkan tulisan mengenai potensi sumber daya alam disana.”
Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [16/4]. Rumah kayu peninggalan Belanda yang terletak di kawasan BLK Sanggeng itu tampak masih kokoh. Ciri khas bahwa rumah itu peninggalan Belanda adalah dari pintu dan jendela yang terbuat dari kayu dan berukuran besar dan panjang. Dulunya, rumah ini merupakan klinik kesehatan yang kemudian berubah menjadi gudang. Keluarga Sroyer, yang kini menempatinya bersama istri dan putri sulungnya telah memproses legalitas kepemilikannya dalam waktu yang panjang.
“Saya dan suami yang menata sendiri tempat ini dari awal. Bangunan ini awalnya hanya semi permanen saja. Dulu, dindingnya terbuat dari papan triplek, lalu saya lapisi dengan wallpaper dinding. Saya yang memasang wallpaper, suami yang memegang tangga di bawah,” ujar dr. Indah, seorang dokter gigi asal Yogyakarta yang merupakan istri dari Elisa Sroyer, S.Sos., M.Si.
Minggu (16/4) sore itu, di rumah mantan Bupati Tambrauw, Bupati Maybrat dan Bupati Raja Ampat itu diadakan acara Buka Bersama Kelompok Arisan Nusantara 21. Mubalig Daerah Papua Barat sengaja diundang untuk memberikan sekedar tausiyah Ramadhan. Peserta arisan yang hadir telah memenuhi ruangan tamu seluas 60 meter persegi itu. Ternyata, di pojok ruangan juga telah hadir Rektor Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Manokwari, Hawa Hasan, S.Sos., M.Si.
Kelompok Arisan Nusantara 21, sesuai namanya, terdiri dari peserta yang berasal dari berbagai suku di Nusantara. Ada yang dari NTT, Jawa, Manado, Makassar dan suku lainnya. Bahkan, keturunan Arab dan orang asli Papua juga ikut di dalamnya. Dari segi profesi, ada yang rektor, dokter, dosen, pegawai negeri (ASN), wiraswasta dan profesi lainnya. Tidak heran, sebab nominal arisan (get/balmod) tiap bulan ada yang Rp 5 juta, Rp 10 juta dan Rp 20 juta.
Dalam kesempatan tersebut, tuan rumah Elisa Sroyer, S.Sos., M.Si. memperkenalkan Mubalig Daerah Papua Barat juga sebagai Sejarawan, Etnografer dan Filolog.
“Ustad ini adalah seorang yang memahami sejarah di Papua dengan sangat baik. Beliau banyak menulis catatan sejarah yang menjadi perhatian dari Pemerintah dan kalangan lainnya. Belum lama, Ustad juga baru kembali dari Kab. Teluk Bintuni dan menghasilkan tulisan mengenai potensi sumber daya alam disana.”
Mantan Bupati Kab. Tambrauw, Bupati Kab. Maybrat dan Bupati Raja Ampat yang sebelumnya meniti karir sebagai Camat di Distrik Merdey, Kab. Teluk Bintuni itu pun melanjutkan,
“Menurut tulisan Ustad, bahwa bila tata pemerintahan dikelola dengan baik, bahkan untuk di Papua sendiri, tiap orang akan mendapatkan sekitar Rp 40-60 juta per bulan. Itu dengan syarat, bila semua sumber daya alam tersebut dapat dikelola dengan baik.”
Acara ramah tamah pun dimanfaatkan dengan banyak menjalin relasi. Wakil Ketua Daerah LI Papua+Papua Barat menjalin kenalan dengan beberapa peserta arisan. Mereka ada yang tinggal di Amban Pantai, di Balitbang Pertanian Susweni dan lokasi lainnya. Setelah santap malam usai, berangsur mereka meninggalkan lokasi acara. Mobil dan motor yang tadinya banyak parkir di depan rumah itu, kini telah kosong kembali. Hanya Mubalig Daerah Papua Barat, Wakil Ketua Daerah LI Papua+Papua Barat dan seorang putri yang masih tinggal. []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses