“Adik ini yang mengabadikan foto-foto di rumah Ustad kalau kita berkunjung kesana. Kelihatannya Adik ini sudah biasa mengambil gambar dengan HP. Terbukti, hasilnya cukup stabil dan simetris. Padahal usianya baru delapan tahun saja.”
LIKA-LIKU HADIRKAN TETAMU KE RUMAH DINAS MUBALIG DAERAH PAPUA BARAT
Mendatangkan tetamu ke rumah, tentu bukan perkara mudah. Apalagi di kawasan Timur Indonesia ini. Mengucap janji akan datang, semudah melupakannya. Ini menjadi pengalaman selama ditugaskan di Maluku dan Papua Barat. Mirip dengan orang yang selalu mengucapkan ‘insyaallah’ sebagai kamuflase untuk menutupi niat ketidakhadirannya.
Oleh sebab itu, perlu strategi dan metode khusus agar mereka bisa bertandang ke rumah. Bahkan, kunjungan yang tanpa beban dan santai. Caranya, buatlah mereka ketergantungan dan perlu kita. Biasanya, tanpa kita undang beberapa kali pun, mereka akan datang pada undangan yang pertama. Rumus rabtah yang dikenal sebagai Tri Ratana bisa diterapkan.
Rumus ini dibuat oleh Mubalig Daerah Papua Barat saat masih diberi amanat sebagai Sekr. Umur Kharijiah Jemaat Markaz (2016). Rumusnya terdiri dari tiga (Tri) kata mutiara (Ratana). Yaitu, (1) Kenal itu Awal, (2) Undangan Merupakan Pengakuan dan (3) Solusi adalah Eksistensi. Bila dikombinasi, maka ketiganya akan menghasilkan sesuatu yang dahsyat.
Namun, sehebat apapun Rumus Tri Ratana tersebut dilaksanakan, bila tanpa ditopang oleh dokumentasi yang berkesinambungan, maka tak ada buktinya. Oleh sebab itu, dokumentasi menjadi suatu yang penting dalam prosesnya. Sebab, dari dokumentasi itulah tergambar perasaan dan suasana hati tetamu atau tuan rumah tersebut.
JURU KAMERA YANG SELALU SIGAP
Namanya Mubareeka Khakhema Jumaan, usianya baru delapan tahun lewat satu bulan. Oleh teman-teman sepermainan atau teman belajar di sekolah biasa dipanggil “Okma”. Kata itu merupakan panggilan sayang dari Khakhema (bahasa Ibrani) yang artinya ‘Perempuan Bijaksana’ alias Hakimah (bahasa Arab). Nama Okma memang terdiri dari tiga bahasa: Arab, Ibrani dan Urdu.
Sejak usia masih lima tahun, Okma sudah mulai biasa memegang kamera HP dan mengabadikan peristiwa. Sudah banyak hasil jepretannya yang menjadi lampiran tulisan dari Mubalig Daerah Papua Barat. Bahkan, hampir setiap ada tamu yang datang berkunjung ke rumah, Okma pula yang mengabadikannya. Tanpa canggung, bak juru potret profesional, semua momen di rumah pun diabadikan.
Tetamu yang datang ke rumah pun bukan orang sembarangan. Di antara mereka ada yang dari kalangan TNI dan pejabat pemerintahan. Pangkatnya pun mulai dari Kolonel hingga ke bawah. Ada juga yang mantan Bupati dan Kepala Biro Pemerintahan. Semua dokumentasi mereka saat di rumah dinas Mubalig Daerah Papua Barat pun tersimpan dengan rapi.
Hal ini diakui oleh mantan Bupati Tambrauw, Bupati Maybrat dan Bupati Raja Ampat, yaitu Elisa Sroyer, S.Sos., M.Si. Dalam kesempatan berkunjung ke rumah dinas Mubalig Daerah Papua Barat beberapa waktu lalu. Mantan Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Papua Barat yang meniti karir sejak menjadi Camat/Kepala Distrik Merdey itu geleng-geleng kepala.
“Adik ini yang mengabadikan foto-foto di rumah Ustad kalau kita berkunjung kesana. Kelihatannya Adik ini sudah biasa mengambil gambar dengan HP. Terbukti, hasilnya cukup stabil dan simetris. Padahal usianya baru delapan tahun saja.” tuturnya usai acara Buka Bersama di rumahnya di Kawasan SMA Taruna Nusantara Sanggeng, Manokwari Timur, Minggu (16/4) malam lalu.
PULUHAN FOTO RABTAH DARI TANGAN BANAT MANOKWARI
Tentu saja, bila foto-foto itu berasal dari tangan orang dewasa, kita akan memakluminya. Namun, yang sangat menakjubkan, foto-foto itu justru diambil oleh seorang anak kecil yang masih berusia di bawah sepuluh tahun. Hanya pengalaman dan kebiasaanlah yang menjadikan Okma dapat melakukan hal itu. Sebab, selama ini tak pernah diajari secara definitif.
Keberadaan foto-foto itu menjadi sangat berharga, sebab menjadi bukti bahwa pernah terjadi rabtah di rumah dinas Mubalig Daerah. Adalah suatu kemungkinan kecil para tetamu itu akan berkunjung ke rumah sekiranya tak ada daya tarik tertentu. Apakah daya tarik mereka adalah buku atau kesempatan diskusi yang langka? Hanya para tetamu itu sendirilah yang mengetahuinya.
Hal yang menjadi pembelajaran sejak awal adalah bagaimana mengenalkan Okma dengan para tamu yang berbeda latar belakang pekerjaan dan sukunya. Tetamu yang datang ke rumah, selain pendatang dari Jawa, Sunda, Batak, Manado, Ambon, Timor, juga orang asli Papua (OAP) sendiri. Adalah suatu yang agak sulit mendatangkan orang asli Papua ke rumah kita, bila tidak ada unsur kepercayaan mereka terhadap kita. []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Mutasi : Antara Kebutuhan, Penyegaran dan Pengkhidmatan
Mutasi: Momen Mengukur Kuantitas dan Kualitas Rabtah Serta Merekatkan Silaturahmi
Kembali ke Papua Barat Dengan Segudang Pengalaman Berat
Dua Agenda Berdekatan di Bulan Mei Sebagaimana Dikabarkan Dalam Mimpi
Ngontrak Rumah di Kawasan Timur Indonesia dari Orang Lain Seolah Menjadi Keluarga Sendiri
No Responses