Khalifah Pilihan Allah

Khalifah Pilihan Allah

Masroor Library – Di dalam ayat istihlaf (Surah An Nur ayat 56), orang-orang Mukmin telah diberi khabar suka bahwa selama mereka tetap berada pada jalan ketaqwaan, Allah akan memberikan ganjaran kepada mereka dalam bentuk tegaknya Khilafah. Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa seorang Khalifah diangkat oleh Allah sendiri. Orang-orang Mukmin diberi kesempatan untuk mengungkapkan pilihan mereka namun dapat saja terjadi keraguan apakah mereka sepakat dan setuju atas seseorang yang memang telah menjadi pilihan Allah Taala.

Allah lebih jauh lagi memperkuat keyakinan orang-orang Mukmin dengan memberitahukan kepada beberapa orang, laki-laki, wanita bahkan anak-anak dikalangan mereka, dalam beragam tingkat kejernihan, akan pilihan-Nya sehingga dikemudian hari mereka dapat menjadi saksi pada saat peristiwa itu diungkap. Hal ini memberikan kekuatan yang luar biasa kepada iman mereka. Telah diketahui bahwa mereka yang beruntung ini menyimpan pengalaman ini secara pribadi, memandangnya sebagai suatu amanah dan menceritakannya hanya kepada sahabat-sahabat karib.

Sebelum tegaknya Khalifah Kelima ada ratusan orang yang kepada mereka diperlihatkan mimpi yang jelas apa yang akan menjadi hasil pemilihan.

Berikut ini diantara beberpa kutipan terpilih,

1. Tn Maqsudul Haq bin almarhum Maulana Abul Munir Nurul Haq Menulis dalam sepucuk surat tertanggal 28 Agustus 2003

“Hari ini saya meminta ibundaku untuk menjadi saksi akan kebenaran hal berikut ini sebagaimana beliau kisahkan sendiri: ‘sekitar dua atau tiga tahun sebelum ayahandamu wafat (30 Desember 1995), pada saat bangun tidur di pagi hari beliau menceritakan kepadaku bahwa dalam sebuah mimpi beliau melihat sebuah ruangan. Di dalam anggota keluarga Hadhrat Maih Mauud AS duduk melingkar. Hadhrat Khalifatul Masih III RH masuk membawa dua buah kalung di tangan beliau, yang satu kecil dan yang lagi besar. Beliau memandang kepada hadirin dan mengalungkan kalung yang besar Sahibzada Mirza Masroor Ahmad Sahib dan kalung yang lebih kecil kepada seorang bapak yang sudah sepuh. Setelah menceritkan mimpinya, ayahandamu berkata bahwa nampaknya Allah ingin meletakkan suatu tanggung jawab besar kepada dua orang ini. Beliu melanjutkan bahwa beliau menceritakan mimpi ini kepadaku sebab mungkin ia akan sudah wafat manakala perkara ini terjadi.’ Ibundaku berkata meskipun mungkin beliau telah menggunakan kata-kta yang sedikit berbeda namun maknanya seperti yang telah disebutkan.”

2. Tn Ikramullah Cheema dari Jernmaan, menulis kepada Hudhur:

“Pada tahun 1997 saya menyaksikan sebuah mimpi bahwa Tuan sedang berkunjung ke rumahku di Rabwah dengan mengenakan turban ‘Hudhur’ dan berpakaian sebagaimana ‘Hudhur’. Saya memanggil ‘Hudhur’ kepada Tuan. Saya bertanya, mana pengawalnya ? Lalu saya bertanya bagaimana ini terjadi ? Tuan menjawab bahwa ini adalah karunia Allah atas diri Tuan. Untuk beberapa saat saya merasa seakan-akan Tuan larut dalam perasan syukur kepada Allah. Saya menyentuh tangan Tuan dan hal ini menydarkan keadaan Tuan kembali dan Tuan mulai berjalan lagi. Di dalam mimpi saya diberitahu bahwa nama Tuan adalah Masroor Ahmad. Saya tidak pernah bertemu dengan Tuan sebelumnya. Saya bersumpah atas nama Allah bahwa setelah rentang sepuluh tahun ketika saya berkunjung di Rabwah saya melihat Tuan dan melihat Tuan dalam keadaan sebagaimana yang telah saya saksikan didalam mimpi itu. Di dalam mimpi itu wajah Tuan bercahaya dan saya belum pernah menyaksikan sebelumnya.”

3. Shaikh Umar Ahmad Munir bin almarhum Shikh Nur Ahmad munr dari Rawlpindi menuls:

“Saya bersumpah atas nama Allah bahwa pada bulan Desember 1999 saya menyaksikan mimpi berikut ini: Saya sedang memasuki mesjid di Islamabad (Pakistan) dan melihat Tuan Ayubi (Sopir Hadhrat Khalifatul Masih III RH) di luar sebuah ruang luas. Saya bertanya kepadanya mengapa ia berdri di luar sementra semua orang sedang bersembahyang di dalam. Ia menjawb bahwa ia sedang bertugas menjaga seseorang yang bakal menjadi Khalifah. Saya berkta bahwa saya juga ingin melihat orang yang akan menjadi khalifah berikutnya. Atas desakan saya ia memintaku berjanji bahwa aku tidak akan memberitahukan siapapun. Ketika saya memasuki ruangan saya melihat Sahibzada Mirza Masroor Ahmad dan dengan itu saya terbangun”

4. Nn Amatul Nasir Munir dari Mohalla Darun Nashr Wasti, Rabwah, menulis:

“Pada tahun 1999 pada bulan ketika Sahibzada Mirza Ghulam Qadir disyahidkan, saya melihat (di dalam mimpi) bahwa saya memasuki sebuah ruangan. Dari dalam ia bukan sebuh ruangan melinkan sebuah Hall yang luas. Saya masuk beberapa langkah ke dalam dan melihat bahwa Hadhrat Khalifatul Masih IV RH sedang mengisi acara Urdu class dengan wajah beliau menghadap ke arah pintu. Saya mendengar panggilan dari arah luar dan menolehkan kearah suara tetapi tidak melihat seorang pun. Ketika saya kembali menoleh ke arah Hudhur, saya lihat beliau telah menghilang dan tempat beliau telah diisi oleh seseorang separuh baya. Saya mengamati beliau dari jarak dekat dan kemudian terbangun. Hudhur yang tercinta, Saya tidak pernah menceritakan mimpi ini kepada siapapun. Saya terus memanjatkan doa dengan cucuran air mata dan penuh pengharapan kepada Allah supaya diberitahu identitas orang yang telah saya lihat itu. Suatu hari saya datang ke kantor Amir Muqami membawa sebuah permohonan atas nama Halqah Lajnah berkenaan dengan penggunaan harta benda Tuan di Ahmad Nagar. Begitu saya memasuki ruangan, dan Tuan mengangkat wajah, tiba-tiba sekujur tubuh saya telah bermandi keringat sebab wajah yang telas saya saksikan di dalam mimpi itu adalah wajah Tuan.”

5. Tn Nasir Mahmud Ahmad menulis dalam suratnya tertanggal 10 Mei 2003:

“Dua tahun yang lalu ketika saya masih bekerja di Kanakri dalam sebuah mimpi saya melihat seseorang yang memperlihatkan kepadaku sebuah gambar berbingkai. Gambar itu adalah seorang laki-laki yang mengenakan sebuah Turban. ‘Siapa ini ?’ sayaa bertanya. Satu suara menjawab bahwa ia adalah khalifah berikutnya. Dan suara itu berkata, ‘Mirza Masroor Ahmad.’ Keesokan harinya saya ceritakan mimpi ini kepada Maulana Khusyi Muhammad Syakir, Mubaligh Guinea Kanakri. Beliau memberitahukan kepadaku supaya jangan menyebarkannya sampai peristiwa itu telah terjadi. Setelah kewafatan Hadhrat Khalifatul Masih Ke IV RH namun belum pemilihan, mimpi ini saya ceritakan kepada ibu saya.

Demikian beberapa kesaksian bagaimana Allah memperlihatkan bahwa pengangkaan seorang khalifah adalah di tangan Allah melalui tangan-tangan manusia.

Sumber Darsus Nomor 1, Sulh – Januari 2007

Tags: , , ,

No Responses

Tinggalkan Balasan