“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari segala keburukan. [Surat Al-Baqarah: 183 – 186]
Definisi Puasa Menurut Jemaat Ahmadiyah
Dalam buku “Islam ki Tisry Kitab” (اسلام کی تیسری کتاب) hlm. 1-2, terkait dengan definisi etimologi dan terminologi serta tujuan puasa disebutkan, bahwa:
روزہ کو عربی میں صوم کہتے ہیں – اس کے معنی لغت میں رکنے کے ہیں –
اصطلاح شریعت میں کھانے پینے اور تمام شریعت کی منع ہوئی باتوں سے رک جانے کو کہتے ہیں –
روزہ انسان کی روحانی ترقی کے لئے ایک بہترین ذریعہ ہے – جس طرح کھانا جسم کے لئے ضروری ہے اسی طرح روح کے لئے ضروری ہے – جس طرح جسم بغیر کھانے کے قائم نہیں رہ سکتا اسی طرح روح بغیر روزہ کے قائم نہیں رہ سکتی –
روزہ سے انسان کو اللہ تعالی کا قرب حاصل ہوتا ہے اور اس پر اللہ تعالی کے فضل سے نازل ہوتے ہیں – اسکی دعائیں قبول کی جاتی ہیں اور اس کو گناہوں سے بچایا جاتا ہے اور اس کو پاک کیا جاتا ہے – گناہوں سے بچنے کے لئے روزہ بہتریں ذرائع میں سے –
روزے رکھنا سنت خاندان نبوت ہے کیوںکہ ان کے ساتھ اللہ تعالی کا قرب اس کی خوشنودی اور اس کی معرفت حاصل ہے اور بہت سے عجائبات پر اطلاع دی جاتی ہے –
Ini ditegaskan oleh Allah SWT sesuai dengan firman-Nya:
(فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا)
Artinya:
“Maka makan dan minumlah dan sejukkanlah mata engkau. Sehingga apabila engkau melihat seorang manusia, maka katakanlah, bahwa ‘Sesungguhnya aku sedang bernadzar kepada al-Rahman dengan berpuasa dan pada hari ini tidak akan berbicara dengan seorang pun’.” [Surah Maryam: 26]
Definisi Puasa Menurut Kitab-kitab Fiqih
1. Definisi Puasa dalam “Fiqih Shiyam”
Fiqih Shiyam merupakan buku fiqih karya Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi yang khusus membahas puasa. Dalam buku ini disebutkan pengertian puasa secara bahasa (etimologi) dan secara istilah (terminologi).
Puasa dalam Al-Quran dan Sunnah berarti meninggalkan dan menahan diri. Dengan kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang boleh meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sedangkan pengertian Puasa secara syar’i berarti menahan dan mencegah diri secara sadar dari makan, minum, berhubungan dan hal-hal sejenisnya selama sehari penuh yakni sejak munculnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat memenuhi perintah dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Definisi Puasa dalam “Fiqih Sunnah”
Fiqih Sunnah merupakan kitab fiqih karya Sayyid Sabiq yang dipenuhi dengan hadits-hadits sehingga tak satupun bab kecuali beliau menyertakan dalilnya dari Al Quran maupun hadits.
Dalam Fiqih Sunnah disebutkan bahwa secara bahasa, puasa adalah menahan diri. Definisi puasa berarti menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan disertai niat.
3. Definisi Puasa dalam “Fiqih Al-Manhaji ‘ala Mazhab Imam Syafi’i”
Fiqih Al Manhaji merupakan kitab fiqih yang disusun oleh Dr. Musthofa Al-Bugho dan ulama lainnya berdasarkan mazhab Imam Syafi’i.
Dijelaskan dalm Fiqih Al-Manhaji, puasa dalam bahasa Arab disebut ash Shiyam (الصيام) yang secara bahasa berarti “al-imsaaku ‘an al-syai’i” (الإمساك عن الشيئ) yakni menahan dari sesuatu baik perkataan ataupun makanan.
Dalam Al Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Maryam.
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhanku Yang Maha Pengasih” (QS. Maryam: 26)
Maksudnya Maryam bernazar tidak akan berbicara dengan siapapun.
Adapun puasa yang dimaksud dalam terminologi syariat adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari disertai dengan niat.
4. Definisi Puasa dalam “Fiqhus Sunnah lin-Nisa’”
Fiqhus Sunnah lin Nisa’ atau fikih sunnah untuk wanita disusun oleh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim. Dalam buku ini disebutkan bahwa puasa maknanya adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan dari terbitnya Fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat.
5. Definisi Puasa dalam “Al-Jami’ Fiqih An-Nisa”
Al-Jami’ Fiqih An-Nisa merupakan buku fikih wanita yang disusun oleh Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah.
Disebutkan, menurut bahasa puasa berarti menahan. Sedangkan menurut syariat, puasa berarti menahan diri secara khusus dalam waktu tertentu serta dengan syarat-syarat tertentu pula.
Menahan diri di sini termasuk ibadah karena itu harus menahan diri dari makanan, minuman dan berhubungan serta seluruh syahwat dari sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
PUASA MENURUT AL-QUR’AN (ARAB)
1. Q.S. al-Baqarah: 184-187
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ *
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ *
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ *
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari segala keburukan.
Yaitu beberapa hari yang telah ditentukan bilangannya, maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan, maka hendaklah ia berpuasa sebanyak itu pada hari-hari lain, dan bagi orang-orang yang tidak sanggup berpuasa hendaklah membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Dan barangsiapa berbuat kebaikan dengan rela hati maka hal itu lebih baik baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan Furqan. Maka barangsiapa di antaramu hadir pada bulan ini hendaklah ia berpuasa di dalamnya, tetapi barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka berpuasalah sebanyak bilangan itu pada hari-hari lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan Dia tidak menghendaki kesukaran bagimu, Dia menghendaki supaya kamu menyempurnakan bilangan itu dan supaya kamu mengagungkan Allah, karena Dia telah memberi petunjuk kepadamu dan supaya kamu bersyukur.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa-doa orang yang berdoa kepada-Ku, karena itu hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk. [Surat Al-Baqarah: 183 – 186]
2. Shahih al-Bukhary, Kitab 30, Hadits 4 No. 1903 tentang Puasa itu Perisai
اَلصِّيَامُ جُنّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ اَوْ شَاتَمَهُ فَليَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ –
وَالّذِى نفْسِى بِيدِه لَخُلوفُ فَمِ الصَّائمِ أَطْيَبُ عند اللهِ تعالى مِن رِيحِ المِسكِ –
يَترُكُ طَعَامَهُ وشرَبهُ وشَهْوَتَهُ مِن أَجْلِى – الصِّيامُ لِى وأنا أجْرى به والحسَنةُ بِعشْرٍ أَمْثَالِهَا –
“Puasa itu perisai. Maka janganlah berkata jorok, dan janganlah menghina. Manakala ada seseorang yang mengajaknya bertengkar atau mencacinya maka katakanlah, bahwa aku sedang berpuasa.
Demi yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, sungguh bau mulut orang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak wangi (misk).
Dia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk Aku maka Aku sendiri yang akan memberikannya ganjaran. Sedangkan kebaikan itu sepuluh kali lipat hitungannya.”
3. Shahih al-Bukhary, Kitab 30, Hadits 4 No. 1895 tentang Tiga Macam Fitnah
فِتْنَةُ الرّجُلِ فِى أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ –
“Fitnah-ujian seseorang itu terkait keluarganya, hartanya dan tetangganya sedangkan penutup (kafarah)-nya adalah shalat, puasa dan sedekah.”
4. Shahih al-Bukhary, Kitab 30, Hadits 13 No. 1904 tentang Ucapan & Amal Buruk
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَبَهُ –
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan amalan keji maka Allah tidak memerlukannya meskipun dia meninggalkan makan dan minum.”
PUASA MENURUT TAURAT (IBRANI)
1. Yesaya 58: 4-7
{ד} הֵן לְרִיב וּמַצָּה תָּצוּמוּ וּלְהַכּוֹת בְּאֶגְרֹף רֶשַׁע לֹא תָצוּמוּ כַיּוֹם לְהַשְׁמִיעַ בַּמָּרוֹם קוֹלְכֶם: {ה} הֲכָזֶה יִהְיֶה צוֹם אֶבְחָרֵהוּ יוֹם עַנּוֹת אָדָם נַפְשׁוֹ הֲלָכֹף כְּאַגְמֹן רֹאשׁוֹ וְשַׂק וָאֵפֶר יַצִּיעַ הֲלָזֶה תִּקְרָא צוֹם וְיוֹם רָצוֹן לַיהוָה: {ו} הֲלוֹא זֶה צוֹם אֶבְחָרֵהוּ פַּתֵּחַ חַרְצֻבּוֹת רֶשַׁע הַתֵּר אֲגֻדּוֹת מוֹטָה וְשַׁלַּח רְצוּצִים חָפְשִׁים וְכָל מוֹטָה תְּנַתֵּקוּ: {ז} הֲלוֹא פָרֹס לָרָעֵב לַחְמֶךָ וַעֲנִיִּים מְרוּדִים תָּבִיא בָיִת כִּי תִרְאֶה עָרֹם וְכִסִּיתוֹ וּמִבְּשָׂרְךָ לֹא תִתְעַלָּם:
“HEN LARIB UMASSAH TATSUMU ULAHAKKOT HAEGROP RESA LO-TATSUMU KAY-YOM LE-HASYMIA BAM-MAROM QOULEKEM.
HAKAZEH YIHYEH TSOM EB-HAREHU YOM ANNOT ‘ADAM NAPSU HALAKOP KA-AGMON ROSU WA SAQ WA EPER YATSIA HALAZEH TIQRA TSOM WA-YOM RASON YAHWEH.
HALOW! ZEH TSOM EB-HAREHU PATEAH HARSUBBOT RESA HATTER AGUDDOT MOTAH WE SALLAKH RESUSIM KHAPASIM WE-KAL MOTAH TENATTEQU?
HALOW PAROS LERAEB LAHMEKA WA ‘ANIYIM MARUDIM TABI’ BAYYIT KI TIREH AROM WEKISSITOW UMIBBASAREKA LO-TIT’OLAM.”
“Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!”
2. Yeremia 14:12
{יב} כִּי יָצֻמוּ אֵינֶנִּי שֹׁמֵעַ אֶל רִנָּתָם וְכִי יַעֲלוּ עֹלָה וּמִנְחָה אֵינֶנִּי רֹצָם כִּי בַּחֶרֶב וּבָרָעָב וּבַדֶּבֶר אָנֹכִי מְכַלֶּה אוֹתָם:
“KI YATSUMU ‘ENENI SOMEA ‘EL-RINATAM WE KI YA’ALU OLAH UMINHAH ‘ENENI ROSAM KI BAHEREB UBARA’AB UBADEBBER ANOKHI MAKALLEH OTAM.”
“Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar.”
PUASA MENURUT INJIL (YUNANI)
1. Injil Matius 4: 1-11
1 ثُمَّ أُصْعِدَ يَسُوعُ إِلَى الْبَرِّيَّةِ مِنَ الرُّوحِ لِيُجَرَّبَ مِنْ إِبْلِيسَ.
2 فَبَعْدَ مَا صَامَ أَرْبَعِينَ نَهَاراً وَأَرْبَعِينَ لَيْلَةً جَاعَ أَخِيراً.
3 فَتَقَدَّمَ إِلَيْهِ الْمُجَرِّبُ وَقَالَ لَهُ: «إِنْ كُنْتَ ابْنَ اللَّهِ فَقُلْ أَنْ تَصِيرَ هَذِهِ الْحِجَارَةُ خُبْزاً».
4 فَأَجَابَ: «مَكْتُوبٌ: لَيْسَ بِالْخُبْزِ وَحْدَهُ يَحْيَا الإِنْسَانُ بَلْ بِكُلِّ كَلِمَةٍ تَخْرُجُ مِنْ فَمِ اللَّهِ».
5 ثُمَّ أَخَذَهُ إِبْلِيسُ إِلَى الْمَدِينَةِ الْمُقَدَّسَةِ وَأَوْقَفَهُ عَلَى جَنَاحِ الْهَيْكَلِ
6 وَقَالَ لَهُ: «إِنْ كُنْتَ ابْنَ اللَّهِ فَاطْرَحْ نَفْسَكَ إِلَى أَسْفَلُ لأَنَّهُ مَكْتُوبٌ: أَنَّهُ يُوصِي مَلاَئِكَتَهُ بِكَ فَعَلَى أيَادِيهِمْ يَحْمِلُونَكَ لِكَيْ لاَ تَصْدِمَ بِحَجَرٍ رِجْلَكَ».
7 قَالَ لَهُ يَسُوعُ: «مَكْتُوبٌ أَيْضاً: لاَ تُجَرِّبِ الرَّبَّ إِلَهَكَ».
8 ثُمَّ أَخَذَهُ أَيْضاً إِبْلِيسُ إِلَى جَبَلٍ عَالٍ جِدّاً وَأَرَاهُ جَمِيعَ مَمَالِكِ الْعَالَمِ وَمَجْدَهَا
9 وَقَالَ لَهُ: «أُعْطِيكَ هَذِهِ جَمِيعَهَا إِنْ خَرَرْتَ وَسَجَدْتَ لِي».
10 حِينَئِذٍ قَالَ لَهُ يَسُوعُ: «اذْهَبْ يَا شَيْطَانُ! لأَنَّهُ مَكْتُوبٌ: لِلرَّبِّ إِلَهِكَ تَسْجُدُ وَإِيَّاهُ وَحْدَهُ تَعْبُدُ».
11 ثُمَّ تَرَكَهُ إِبْلِيسُ وَإِذَا مَلاَئِكَةٌ قَدْ جَاءَتْ فَصَارَتْ تَخْدِمُهُ
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 4
01. τοτε ο ιησους ανηχθη εις την ερημον υπο του πνευματος πειρασθηναι υπο του διαβολου
02. και νηστευσας ημερας τεσσαρακοντα και νυκτας τεσσαρακοντα υστερον επεινασεν
03. και προσελθων αυτω ο πειραζων ειπεν ει υιος ει του θεου ειπε ινα οι λιθοι ουτοι αρτοι γενωνται
04. ο δε αποκριθεις ειπεν γεγραπται ουκ επ αρτω μονω ζησεται ανθρωπος αλλ επι παντι ρηματι εκπορευομενω δια στοματος θεου
05. τοτε παραλαμβανει αυτον ο διαβολος εις την αγιαν πολιν και ιστησιν αυτον επι το πτερυγιον του ιερου
06. και λεγει αυτω ει υιος ει του θεου βαλε σεαυτον κατω γεγραπται γαρ οτι τοις αγγελοις αυτου εντελειται περι σου και επι χειρων αρουσιν σε μηποτε προσκοψης προς λιθον τον ποδα σου
07. εφη αυτω ο ιησους παλιν γεγραπται ουκ εκπειρασεις κυριον τον θεον σου
08. παλιν παραλαμβανει αυτον ο διαβολος εις ορος υψηλον λιαν και δεικνυσιν αυτω πασας τας βασιλειας του κοσμου και την δοξαν αυτων
09. και λεγει αυτω ταυτα παντα σοι δωσω εαν πεσων προσκυνησης μοι
10. τοτε λεγει αυτω ο ιησους υπαγε σατανα γεγραπται γαρ κυριον τον θεον σου προσκυνησεις και αυτω μονω λατρευσεις
11. τοτε αφιησιν αυτον ο διαβολος και ιδου αγγελοι προσηλθον και διηκονουν αυτω
“TOTE HO IESOUS ANECHTE EIS TEN EREMON HYPO TOU PNEUMATOS PEIRASTHENAI HYPO TOU DIABOLOU.
KAI NESTEUSES HEMERAS TESSERAKONTA KAI TESSERAKONTA NYKTAS HYSTERON EPEINASEN.
KAI PROSELTHON HO PEIRAZON EIPEN AUTO EI HUIOS EI TOU THEOU EIPE HINA HOI LITHOI HOUTOI ARTOI GENONTAI.
HO DE APOKHRITEIS EIPEN GEGRAPTAI OUK EP’ ARTO MONO ZESETAI HO ANTHROPOS ALL EPI PANTI RHEMATI EKPREUOMENO DIA STOMATOS THEO.
TOTE PARALAMBANEI AUTON HO DIABOLOS EIS TEN HAGIAN POLIN KAI ESTESEN AUTON EPI TO PTERYGION TOU HIEROU.
KAI LEGEI AUTO EI HUIOS EI TOU THEOU BALE SEAUTON KATO GEGRAPTAI GAR HOTI TOIS ANGELOIS AUTOU ENTELEITAI PERI SOU KAI EPI CHEIRON AROUSIN SE ME POTE PROSKOPSES PROS LITHON TON PODA SOU.
EPHE AUTO HO IESOUS PALIN GEGRAPTAI OUK EKPEIRASEIS KYRION TON THEON SOU.
PALIN PARALAMBANEI AUTON HO DIABOLOS EIS OROS HYPSELON LIAN KAI DEIKNYSIN AUTO PASAS TAS BASILEIAS TOU KOSMOU KAI TEN DOXAN AUTON.
KAI APEN AUTO TAUTA SOI PANTA DOSO EAN PESON PROSKYNESES MOI.
TOTE LEGEI AUTO HO IESOUS HYPAGE SATANA GEGRAPTAI GAR KYRION TON THEON SOU PROSKYNESEIS KAI AUTO MONO LATREUSEIS.
TOTE APHIESIN AUTON HO DIABOLOS KAI IDOU ANGELOI PROSELTHON KAI DIEKONOUN AUTO.”
“Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.”
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.”
Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”
Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.”
2. Injil Matius 6: 16-18
16 «وَمَتَى صُمْتُمْ فَلاَ تَكُونُوا عَابِسِينَ كَالْمُرَائِينَ فَإِنَّهُمْ يُغَيِّرُونَ وُجُوهَهُمْ لِكَيْ يَظْهَرُوا لِلنَّاسِ صَائِمِينَ. اَلْحَقَّ أَقُولُ لَكُمْ: إِنَّهُمْ قَدِ اسْتَوْفَوْا أَجْرَهُمْ.
17 وَأَمَّا أَنْتَ فَمَتَى صُمْتَ فَادْهُنْ رَأْسَكَ وَاغْسِلْ وَجْهَكَ
18 لِكَيْ لاَ تَظْهَرَ لِلنَّاسِ صَائِماً بَلْ لأَبِيكَ الَّذِي فِي الْخَفَاءِ. فَأَبُوكَ الَّذِي يَرَى فِي الْخَفَاءِ يُجَازِيكَ عَلاَنِيَةً.
ΚΑΤΑ ΜΑΤΘΑΙΟΝ 6
16. οταν δε νηστευητε μη γινεσθε ωσπερ οι υποκριται σκυθρωποι αφανιζουσιν γαρ τα προσωπα αυτων οπως φανωσιν τοις ανθρωποις νηστευοντες αμην λεγω υμιν οτι απεχουσιν τον μισθον αυτων
17. συ δε νηστευων αλειψαι σου την κεφαλην και το προσωπον σου νιψαι
18. οπως μη φανης τοις ανθρωποις νηστευων αλλα τω πατρι σου τω εν τω κρυπτω και ο πατηρ σου ο βλεπων εν τω κρυπτω αποδωσει σοι εν τω φανερω
“HOTAN DE NESTEUTE ME GINESTHE HOS HOI HYPOKRITAI SKYTHROPOI APHANIZOUSIN GAR TA PROSOPA AUTON HOPOS PHANOSIN TOIS ANTHROPOIS NESTEUONTES AMEN LEGO HYMIN APECHOUSIN TON MISTHON AUTON.
SY DE NESTEUON ALEIPSAI SOU TEN KEPHALEN KAI TO PROSOPON SOU NIPSAI.
HOPOS ME PHANES TOIS ANTHROPOSIS NESTEUON ALLA TO PATRI SOU TO EN TO KRYPHAIO KAI HO PATER SOU HO BLEPON EN TO KRYPHAIO APODOSE SOI.”
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
PENUTUP
Sebagai Penutup, penulis kutipkan sabda Hadhrat Khalifatul Masih V a.t.b.a. terkait tujuan berpuasa yaitu menjadi orang bertakwa (Muttaqi):
متقی وہ ہے جو دنیا کی لغویت سے بچاکر اللہ تعالی کے حکموں سے مطابق زندگ بشر کرنے والے ہے –
MUTTAQI WOH HEI JO DUNYA KI LAGHWIYYAT SE BACHCHA KAR – ALLAH TA’ALA KE HUKMONG SE MUTHABIQ ZINDEGI BASAR KARNE WALE HEI.”
“Orang bertakwa adalah mereka yang setelah menghindarkan diri dari kesia-siaan dunia lalu menjalani hidup sesuai dengan perintah Allah Ta’ala.”
(Khotbah Jumat, 14 April 2006, Masjid Bait al-Huda, Sydney, Australia).
Begitu juga tujuan dari Puasa adalah sebagaimana sabda Hadhrat Masih Mau’ud as, yaitu mencapai kesucian hati:
صلات تزکیہ نفس کرتی ہے اور صوم تجلیہ قلب کرتا ہے -تزکیہ نفس سے مراد ہے کہ نفس آمرہ کی شہوات سے بعد حاصل ہو جاے اور تجلیہ قلب سے مراد یہ ہے کہ کشاف کا دروازہ اس پرکھولے کہ خدا کو دیکھ لیں –
“SHALAT TAZKIYYA-E-NAFS KARTI HE AOR SHAUM TAJALLI QALBU KARTA HE – TAZKIYYAH NAFS SE MURAD HE KEH NAFS-E-‘AMARAH KI SYAHWAT SE BU’D HASIL HO JAE AOR TAJALLI QALB SE MURAD YEH HE KEH KASYAF KA DARWAZAH US PAR KHULE KEH KHUDA KO DEKHLE.”
“Shalat menghasilkan Tazkiyah Nafs dan Shaum membentuk Tajalli Qalbu. Tazkiyyah Nafs adalah bahwa kita dijauhkan dari nafsu amarah sedangkan Tajalli Qalbu artinya pintu kasyaf dibukakan untuknya sehingga dia bisa melihat Tuhannya.” (Malfudhaat)
MARAJI’ (SUMBER RUJUKAN):
1. Al-Qur’an aneka Terjemah-Tafsir
2. Hadis Shahih Bukhary
3. Aneka Kamus & Grammar Bahasa: Arab, Ibrani, Yunani
4. Buku-buku Fiqih: Jemaat & Ghair
5. Alkitab: Ibrani, Yunani, Arab, Indonesia
6. Buku lain yang terkait
Makalah ini akan disampaikan dalam Daras Ramadhan 1432 H di Masjid Al-Hidayah, JAI Kebayoran pada Ahad, 18 Juni 2017 pkl. 16.00-16.30 WIB.
Kontributor: Rakeeman R.A.M. Jumaan
Penulis adalah Mubalig Lokal Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang kini diberikan amanat mengampu mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama (Muwazinah Mazahib) di Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI) Bogor, sejak 2005-sekarang.
No Responses