Adalah orang-orang Yahudi yang memiliki kepercayaan bahwa Elia (Nabi Ilyas AS) akan turun kembali ke bumi dengan jasad kasarnya setelah sebelumnya terangkat kelangit.
(11) Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai. [2 Raja-Raja 2:11]
Ia dinantikan kembali selaku Perintis jalan untuk kedatangan Al Masih atau Kristus.
(5) Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.
(6) Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. [Maleakhi 4 : 5-6]
Bahkan bukan hanya Elia dan Mesias (Kristus) yang mereka tunggu-tunggu tetapi juga kedatangan “nabi itu” (Yohanes 1:9-23) Jadi, hingga zaman Yesus, mereka menunggu kedatangan tiga orang Nabi: Elia, Mesias dan “nabi itu”.
Sangat disayangkan ketika orang yang mereka nanti-nantikan berabad-abad lamanyanya tersebut telah datang, justru mereka sendiri yang menjadi orang pertama yang mendustakan dan menolaknya. Alasannya sepele saja, tokoh yang akan datang itu menurut orang-orang Yahudi adalah orang yang sama secara jasmani dan rohani. Jadi bukanlah dia yang datang dengan kiasan atau tamsilan.
Karena itu sangatlah wajar apabila kemudian orang-orang Yahudi menolak kedatangan Yohanes pembaptis sebagai perwujudan Elia yang mereka tunggu-tunggu. Meskipun berkali-kali Yesus mengatakan bahwa Elia itu sudah datang dalam wujud Yohanes pembaptis, tetapi mereka masih belum percaya, bahkan menolaknya. (Matius 11:12-14; 17:10-13). Bagi mereka, Elia yang samalah yang akan turun nanti.
Elia telah datang dalam wujud Yohanes Pembaptis, Mesias digenapi dengan kedatangan Yesus dan “nabi itu” adalah nabi Suci Muhammad SAW. Namun Sangat disayangkan, sebagaimana orang-orang Yahudi telah gagal mengenali kedatangan Elia yang kedua kalinya, begitu juga orang-orang Kristen telah gagal mengenali kedatangan Rasulullah SAW yang telah dinubuatkan baik oleh Taurat (Ulangan 18:15-22) maupun Injil (Yohanes 14:15-26; 16:7-15). Lalu, bagaimana dengan kondisi umat Islam sendiri? Apakah mereka juga akan terluput dari mengenali kedatangan seorang tokoh (the promised Messiah) yang telah dinubuatkan oleh Nabi sucinya?
Dengan jelas kitab suci Alquran yang menyatakan sinyalemen akan terjadinya peristiwa seperti yang dialami para tokoh yang dijanjikan tersebut. Umat Islam sendiri nanti –setelah tokoh itu datang di tengah-tengah mereka– malah menolak dan mendustakannya. Alasannya juga sama! Mereka menanti-nantikan tokoh terdahulu itu yang akan datang, sedangkan sebagaimana biasanya, Tuhan justru mengirimkannya dalam bentuk tamsilan: “Walamma dhuriba ‘bmu Maryama matsalan idza qaumuka minhu yashidduwna” (QS Az-Zukhruf:58).
Sebagaimana orang-orang Yahudi telah menolak Yohanes Pembaptis sebagai Elia yang akan datang dan juga menolak Yesus sebagai Mesias, begitu pula orang-orang Kristen telah menolak Rasulullah SAW sebagai roh penghibur. Maka demikianlah juga yang terjadi dengan orang-orang Islam, mereka akan menolak Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS sebagai The Promise Mesias dengan alasan “Nabi Isa ibnu Maryam yang akan datang” itu adalah betul Nabi Isa AS putra Maryam, seorang nabi Bani Israil yang mereka yakini ini telah diangkat oleh Allah SWT ke langit dan di akhir zaman akan turun lagi. Maka, sekali lagi sejarah akan terulang. History repeats its self!
Ingatlah, tidak ada seorangpun yang akan turun dari langit biru dengan jasad kasarnya. Tidak Elia, tidak Enokh (Nabi Idris AS), tidak juga Isa AS. Maka akan sia-sialah mereka yang menunggu-nunggu Enokh, Elia dan Yesus turun dari langit. Mereka yang sekarang masih hidup akan putus asa karena tidak akan pernah melihat seorang pun turun dari langit. Anak keturunan Mereka pun akan mengalami nasib serupa. Bahkan cucu-cucu merekapun akan bernasib sama.
Kalau memang benar Elia akan turun lagi secara jasmani, itu timbul pertanyaan: Apakah ini tidak bertentangan dengan kepercayaan mereka bahwa Tuhan tidak akan mengutus seorang nabi pun setelah Musa AS (Ulangan 34:10)? Apakah bunyi nats ini akan menjadi batal?Lalu apa kedudukan Elia (Nabi Ilyas AS), apakah masih tetap seorang nabi ataukah purna nabi? Apakah Elia akan berpegang pada Taurat ataukah justru memansukkannya?
Begitu juga terhadap umat Islam akan timbul pertanyaan: apabila Isa AS Bani Israil yang terdahulu itulah yang akan datang. Apakah ini tidak bertentangan dengan bunyi Quran Surah Az-Zukhruf ayat 58 yang mengatakan bahwa kedatangan “Ibnu Maryam” itu adalah dalam bentuk permisalan? Atau bertentangan dengan Quran Surat Ali Imron 50 (“wa rasuulan ilaa bani Israil….”) Apakah ayat Alquran (dan menjadi rasul bagi Bani Israil), naudzubillah, tidak berlaku lagi alias menjadi mansukh?
Begitu juga jangan ayat Khatamun Nabiyyiin, apakah menjadi mansukh juga karena ternyata ada nabi lagi setelah Rasulullah SAW? Lalu, dengan syariat apa Isa AS akan mengajar umat Islam, syariat Taurat Injil ataukah syariat Alquran? Bagaimana beliau memahami ilmu-ilmu keislaman yang beraneka ragam itu. Apakah dengan belajar kepada ulama Islam (di mana) atau langsung melalui Wahyu? Sedangkan dikatakan Wahyu telah tertutup? Apakah hanya tertutup bagi umat Islam sedangkan bagi orang di luar Islam, Wahyu tidak tertutup?
Dalam pandangan sejarah orang-orang Yahudi yang telah menerima Yohanes Pembaptis sebagai Elia II disebut sebagai orang-orang yang beruntung. Demikian pula orang-orang Yahudi yang telah menerima Yesus sebagai Mesias, mereka tercatat sebagai orang-orang yang benar pada awalnya. Begitu juga orang-orang Kristen yang telah menerima Rasulullah SAW, mereka termasuk kedalam orang-orang yang memperoleh karunia.
Lantas Bagaimana dengan orang-orang Islam yang menolak Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS sebagai Masih Mau’ud (Isa yang dijanjikan)? Tentu saja, nasib mereka akan sama seperti orang-orang Yahudi yang menolak bahkan mendustakan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Mereka akan tercatat sebagai orang-orang yang merugi (al-khaasiruun) dalam pandangan sejarah. Orang-orang Yahudi telah rugi karena hanya menerima Nabi Musa AS, tetapi menolak Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Orang-orang Kristen rugi karena hanya mengikuti Yesus Kristus dan menolak Nabi Muhammad SAW. Orang-orang Islam juga rugi karena hanya mengakui Rasulullah SAW tetapi menolak Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS.
Maka sungguh sangat beruntunglah umat Islam yang telah menerima dan tidak membeda-bedakan semua utusan Tuhan tersebut (QS Al-Baqarah:285). Mereka percaya kepada Yohanes Pembaptis atau Yahya AS sebagai nabi yang benar. Mereka beriman kepada Yesus atau Isa AS sebagai seorang nabi utusan Tuhan. Mereka juga mengimani Muhammad SAW sebagai seorang nabi bahkan sebagai yang teragung dari antara semua nabi (Khatamun nabiyyiin). Begitu juga mereka mengakui bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS adalah Isa yang dijanjikan (Masih Mau’ud AS).
Ditulis:
Rakeeman R.A.M. Juman
Dosen Ilmu Perbandingan Agama Jami’ah Ahmadiyah Indonesia (Sekarang Mubalig Daerah Papua Barat)
Sumber:
Bisyarat
Edisi Nomor 36 Rajab-Sya’ban 1426 H/Tabuk 1384 HS/September 2005 M
No Responses