Pada suatu kesempatan ada seorang sahabat datang menemui Rasulullah berkata
“Wahai Rasulullah dalam suatu peperangan jihad (saya lupa lagi perang Apa itu, sahabat itu mengatakan) setelah berduel dengan susah payah saya berhasil menumbangkan seorang pejuang terkenal dari pihak musuh. Saya berhasil menumbangkannya ke tanah lalu duduk di atas dadanya. Saya siap untuk menusuknya dengan pedang atau apapun itu kemudian musuh itu mengatakan ‘Lailahaillallah’ lalu saya katakan kepada musuh tersebut ‘kamu pura-pura kamu mengucapkan Lailahaillallah ketika ajal sudah dekat Aku tidak percaya ikrar mau ini’ akhirnya saya membunuhnya.”
Sahabat itu mengatakan “setelah mengetahui sikap saya tersebut Rasulullah begitu marahnya kepada saya. Sehingga saya berharap alangkah baiknya jika saya belum masuk Islam pada saat itu. Rasulullah berkali-kali bersabda kepada saya.
“Apakah kamu telah membelah dadanya dan mengetahui bahwa dia berkata jujur ataukah dusta” terdapat riwayat lain dalam suatu hadits Rasulullah bersabda kepada sahabat tersebut.
“Bagaimana jika di hari kiamat nanti Lailahaillallah yang dia ucapkan itu memberikan kesaksian yang akan memberatkanmu disana? Apa jawaban kamu nantinya?” seperti itulah kerendahan hati Rasulullah SAW di hadapan Allah Ta’ala.
Beliau menampilkannya kepada umatnya bahwa, ‘kalian tidaklah mengetahui hal yang ghaib. Allah ta’ala yang mengabarkan kepadaku siapa yang pendusta dan siapa yang jujur.’
Dia pun tidak mengizinkanku untuk menyatakan non-muslim kepada orang yang menyatakan diri sebagai Muslim. Kalianpun tidak akan kuizinkan namun bagaimana perilaku maulwi Pakistan yang seolah-olah mempertuhankan dirinya menganggap dirinya paling faham agama. Sedangkan saudara-saudara kita yang berfikir sederhana tidak memahami hal itu. Namun sebaliknya, mereka menulis di surat kabar katanya orang-orang Ahmadiyah telah membaiat orang-orang yang lugu dengan cara mengecohnya. Orang-orang yang lugu itu adalah justru mereka yang mengikuti perkataan para maulwi.
Orang yang membenarkan pernyataan kami tidak bisa dikatakan sebagai orang yang berpikiran lugu. Karena kami mengajak orang-orang untuk menuju kepada jalan yang sulit. Orang yang berpikiran lugu akan menuruti perkataan yang selaras dengan pemikirannya. Bagaimana mereka mau menuruti perkataan yang bertentangan dengan keinginannya. Menurut mereka orang yang baiat masuk Ahmadiyah sungguh aneh katanya. Ketika seseorang baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah kemudian dimusuhi oleh orangtuanya bahkan tidak mau lagi melihat mukanya. Hartanya dirampas, diseret di jalanan, digugat ke pengadilan bahkan dibunuh. Bagaimana bisa dikatakan orang seperti itu berfikiran lugu. Apakah orang yang berpikiran lugu sampai mau menanggung penderitaan yang luar biasa seperti ini.
No Responses