Para wali dan sufi umat menerima kesahihan hadis melalui penglihatan dan wahyu yang diajarkan Nabi Muhammad sendiri kepada kita:
إِذَا سَمِعْتُمُ الْحَدِيثَ عَنِّي تَعْرِفُهُ قُلُوبُكُمْ، وَتَلِينُ لَهُ أَشْعَارُكُمْ، وَأَبْشَارُكُمْ، وَتَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْكُمْ قَرِيبٌ، فَأَنَا أَوْلَاكُمْ بِهِ، وَإِذَا سَمِعْتُمُ الْحَدِيثَ عَنِّي تُنْكِرُهُ قُلُوبُكُمْ، وَتَنْفِرُ أَشْعَارُكُمْ، وَأَبْشَارُكُمْ، وَتَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْكُمْ بَعِيدٌ فَأَنَا أَبْعَدُكُمْ مِنْهُ
“Jika kamu mendengar riwayat dariku yang dikenali hatimu, membuat rambut dan kulitmu menjadi tenang, dan kamu melihatnya dekat denganmu, maka akulah yang paling berhak menerimanya. Dan jika kamu mendengar dariku riwayat yang ditolak hatimu, membuat bulu matamu berdiri dan kulitmu merinding, dan kamu melihatnya jauh darimu, maka akulah yang paling jauh darinya.” (Musnad Ahmad, Hadits No.16058)
Dalam Jami’ at-Tirmidzi tercatat sebagai berikut:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ خُصَيْفٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ قَدِ اخْتَلَفُوا فِي التَّشَهُّدِ فَقَالَ « عَلَيْكَ بِتَشَهُّدِ ابْنِ مَسْعُودٍ
“Ahmad ibn Muhammad ibn Musa meriwayatkan kepada kami: ‘Abdullah ibn al-Mubarak memberitahukan kami, dari Ma’mar, dari Khusaif yang berkata: “Saya melihat Nabi (saw) dalam mimpi. Saya berkata: ‘Ya Rasulullah! Orang-orang berbeda pendapat mengenai tashahhud.’ Beliau berkata: ‘Ikuti tashahhud Ibnu Mas’ud.’” (Jami’ at-Tirmidzi, Kitab as-Salat, Hadits No. 289)
Kemudian dalam pengantar Shahih Muslim, Imam Muslim menulis:
حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، قَالَ سَمِعْتُ أَنَا وَحَمْزَةُ الزَّيَّاتُ، مِنْ أَبَانَ بْنِ أَبِي عَيَّاشٍ نَحْوًا مِنْ أَلْفِ حَدِيثٍ . قَالَ عَلِيٌّ فَلَقِيتُ حَمْزَةَ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فِي الْمَنَامِ فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَا سَمِعَ مِنْ أَبَانَ فَمَا عَرَفَ مِنْهَا إِلاَّ شَيْئًا يَسِيرًا خَمْسَةً أَوْ سِتَّةً .
Suwayd bin Sa’id meriwayatkan kepada kami, ‘Ali bin Mushir meriwayatkan kepada kami, dia berkata: “Hamza az-Zayyat dan saya mendengar dari Aban ibn Abi ‘Ayyash kira-kira seribu hadits. ‘Ali berkata: ‘Maka aku bertemu Hamzah dan dia memberitahu saya bahwa dia melihat Nabi (dalam mimpi), dan dia menyampaikan kepada beliau (saw) apa yang dia dengar dari Aban. Namun, beliau [Nabi (saw)] tidak mengenali satu pun kecuali sejumlah kecil – lima atau enam [hadits]’.” (Shahih Muslim, Pendahuluan, Hadits No. 79)
Imam as-Suyuti juga meyakini kesahihan hadis melalui penglihatan. Imam as-Suyuti rh menulis:
“Salah satu sahabat, yang saya kira adalah Ibnu ‘Abbas ra, melihat Nabi Muhammad (saw) dalam mimpi dan dia disuruh mengingat sebuah hadits yang terus dia pikirkan. Kemudian dia bertemu dengan salah satu istri Nabi saw, yang menurutku adalah Maimunah (ra) – ibnu ‘Abbas adalah keponakan Maimunah – , dan menceritakan apa yang terjadi. Jadi, dia bangkit dan mengeluarkan cermin Nabi saw. Dia [Ibnu Abbas] mengatakan bahwa dia melihat ke dalamnya dan melihat Nabi (saw).” (Tanwir al-halak fi ru’yat an-nabi wa-l-malak, hal. 17)
Kemudian Imam as-Suyuti rh juga menulis dalam kitab yang sama bahwa banyak dari kalangan salaf dan khalaf mengatakan mereka melihat Rasulullah saw dan bertanya kepadanya tentang hal-hal yang membuat mereka bingung dan beliau memberitahukan jalan keluarnya. Shah Waliyyullah Muhaddith Dehlvi (ra) mengatakan mempunyai hadits yang sanadnya hanya ia dan Nabi Muhammad (saw):
“Di antara hadits-hadits yang saya kumpulkan dalam buku ini, sebagian saya terima langsung dari Yang Mulia Rasulullah (saw) tanpa perantara antara beliau dan saya. Selebihnya, ada dua atau lebih perantara antara dia dan saya.”
Hadhrat Masih Mau’ud (as) juga mempunyai hadits yang disahkan melalui penglihatan. Hazrat Mirza Bashir Ahmad ra menulis:
“Hafiz Nur Muhammad, penduduk Faizullah Chak, menyampaikan kepada saya secara tertulis bahwa dalam banyak kesempatan Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda: ‘Saya telah beberapa kali bertemu dengan Rasulullah (saw) dalam keadaan terjaga dan banyak hadits yang disahkan secara langsung melalui beliau, baik itu mereka yang di mata masyarakat lemah atau derajatnya lebih rendah.’
Orang yang sederhana ini mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pertemuan ‘dalam keadaan terjaga’ adalah sebuah penglihatan (kasyaf) dan Hadhrat Masih Mau’ud as sering bersabda bahwa menurut muhaddithun, ada banyak hadis yang lemah, namun pada kenyataannya, hadis-hadis tersebut benar dan shahih.” (Sirat-ul-Mahdi, Vol. 1, hal. 550, narasi no. 572)
https://www.alhakam.org/prophet-muhammad-and-persian-revelations-an-analysis-of-islamic-texts/ (Nabi Muhammad [saw] dan wahyu-wahyu berbahasa persia, sebuah kajian atas teks-teks Islami)
Catatan:
“Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku tasyahhud, telapak tanganku berada di antara kedua telapak tangan beliau sebagaimana beliau mengajariku surat dari Al-Qur’an: Attahiyyatu lillah wa -sh-sholawaatu wa-th-thoyyibaatu. Assalamu ‘alaika ayyuha-n-Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuhu. Assalamu ‘alaina wa ‘alaa ‘ibadillahi-sh-sholihin. Asyhadu an laa ilaaha illa Allahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rosuluhu” (HR. Jamaah)
Jami at-tirmidzi, (كتاب الصلاة), (باب مَا جَاءَ فِي التَّشَهُّدِ): عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ عَلَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَعَدْنَا فِي الرَّكْعَتَيْنِ أَنْ نَقُولَ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . قَالَ وَفِي الْبَابِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَجَابِرٍ وَأَبِي مُوسَى وَعَائِشَةَ . قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ قَدْ رُوِيَ عَنْهُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ . وَهُوَ أَصَحُّ حَدِيثٍ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي التَّشَهُّدِ . وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ التَّابِعِينَ . وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ . حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ خُصَيْفٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فِي الْمَنَامِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ قَدِ اخْتَلَفُوا فِي التَّشَهُّدِ فَقَالَ ” عَلَيْكَ بِتَشَهُّدِ ابْنِ مَسْعُودٍ ” .
Dalam lafazh lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إذا قعد أحدكم في الصلاة فليقل التحيات لله Jika seseorang dari kalian shalat maka hendaklah membaca “Attahiyyatu lillah…”. dan seterusnya hingga lafazh, وعلى عباد الله الصالحين “wa ‘alaa ‘ibaadillahi ash-sholihin” beliau bersabda: فإنكم إذا فعلتم ذلك فقد سلمتم على كل عبد لله صالح في السماء والأرض “Sesungguhnya kalian jika melakukan yang demikian itu, maka kalian telah mendoakan keselamatan untuk seluruh hamba Allah di langit dan di bumi dan di akhirnya hendaklah seseorang memilih doa yang dikehendaki” (Muttafaq ‘alaihi)
Kontributor: Mln. Dildaar Ahmad Dartono
Tags:
No Responses