Analisa La Nabiyya Ba’di

Analisa La Nabiyya Ba’di

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah ni`mat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu dan menjadikan mu raja-raja serta memberikan padamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun pada sekalian alam “.  [Al-Maidah 20]

وان نبينا خاتم الانبياء ولا نبى بعده الا الذى ينور بنوره ويكون ظهوره ظل ظهوره

Sesungguhnya nabi kita adalah khatamulanbiya (semulia-mulia nabi) yang tidak ada nabi sesudahnya kecuali yang disinari dengan sinarnya dan kezahirannya merupakan bayangan kezahirannya (Rasulullah SAW ) (Al-Istifta hlm 22 1907)

ونؤمن بانه خاتم الا نبياء لا نبى بعده الا الذى ربى من فيضه ولاظهار وعده

Kami beriman bahwa dia junjungan kita adalah khaatamulanbiya tidak ada nabi sesudahnya kecuali yang dipelihara dari karunia-Nya dan untuk menzahirkan janji-Nya (Mawahibur-rahman hlm 66)

الا انا بريئون من كل امر ينافي قول رسولنا صلى الله عليه وسلم و انا مؤمنون فى جميع امر اخبر بها سيدنا نبينا وا ن لم نعلم حقيقتها ونودع معارفها بالهام مبين

Ingatlah, sesungguhnya kami bebas dari setiap perkara yang menafikan sabda nabi kami saw dan kami beriman kepada semua perkara yang nabi kami saw bertahukan kendati kami tidak mengetahui hakikatnya dan kami menyerahkan makrifatnya dengan ilham yang nyata .(Tuhfatu Bagdaad hlm 25)

Pengantar

Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan seputar masalah لا نبى بعدى yang diartikan mutlak, tidak ada nabi sesudahku. Pada umumnya dari judul hadits ini sebagian orang berkeyakinan bahwa nabi macam apapun tidak akan datang sesudah Rasulullah SAW. Pandangan seperti ini di kalangan para penganut semua agama samawi bukan merupakan hal yang baru. Pengikut nabi Yusuf AS karena cinta dan fanatisme mereka kepada beliau AS meyakini bahwa setelah Nabi Yusuf AS tidak akan datang lagi nabi. Sebagaimana tertera dalam (Surah Al Mu’min : 35 ) Allah berfirman: “Setelah beliau Allah tidak pernah lagi mengangkat siapapun sebagai Rasul”. Kaum Yahudi telah sepakat (ijma’) bahwa, “Tidak ada nabi setelah Musa AS(Muslimussubut, jilid II hlm 170) Di masa nabi Muhammad SAW tidak saja manusia, jin sekalipun telah menyatakan pendapat mereka pula bahwa, “Allah tidak akan lagi mengutus seorang rasulpun “ (Al Jin 8) Ternyata pendapat mereka tidak benar. Karena kendati adanya secara turun temurun pendapat demikian Allah sesuai sunnah-Nya yang tidak pernah berubah – terus menerus mengirim nabi-nabi-Nya dan Dia yang lebih mengetahui siapa yang layak untuk menjadi Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya “Allah lebih mengetahui kepada siapa Dia menampakkan risalah-Nya”  [Al-An’am 125]

Dengan karunia dan kasih sayang Allah, agar ummat Islam terhindar dari pandangan seperti itu dan dapat selamat dari kemurkaan Allah SWT, Dia telah mengajarkan doa di dalam surat Al-Fatihah yang senantiasa harus dibaca dalam setiap shalat supaya ummat Islam memperoleh nikmat yang paling besar, yakni nikmat kenabian. Dan ummat Islam diperintahkan juga untuk banyak membaca selawat supaya aali (keluarga) Muhammad (ummat Islam) mendapat nikmat yang telah diraih oleh Ibrahim AS dan keluarganya, yakni Ibrahim nabi, anak beliau pun nabi, cucu pun nabi dan cicit pun menjadi nabi. Namun, karena sudah menjadi kaidah umum bahwa manakala manusia telah jauh dari zaman kenabian dan tiba saatnya Allah sesuai sunnah –Nya harus mengutus utusan-Nya untuk melakukan perbaikan di muka bumi, maka senantiasa tidak terbayangkan di benak dan alur fikiran manusia pada saat itu kalau ada yang layak untuk menjadi orang suci (nabi) diantara manusia yang se zaman dengannya. Itulah sebabnya nabi-nabi Allah, kendati senantiasa datang untuk membawa kemajuaan ruhani dan jasmani manusia, menyelamatkan manusia dari segenap perbudakan nafsu duniawi, membimbing supaya manusia menjadi milik Allah yang merupakan sumber segenap kemajuan lahir maupun batin, namun para nabi itu senantiaa mendapat perlawanan dari kaumnya, sebagaimana firman Allah “Sungguh malang hamba-hamba Allah, tidak ada seorang rasulpun datang kecuali (orang-orang pada masanya) memperolok-olokkannya .”  [Surah Yasin ayat 31].

Pemecahan Hadis laa nabiyya ba’di

Hadis-hadis لا نبى بعدى – laa nabiyya ba’di tidak diragukan lagi tentang keshahihannya. Tetapi, tidak pula dapat dipungkiri akan adanya sabda-sabda beliau SAW. yang berkenaan dengan kedatangan Imam Mahdi dan Isa ibnu Maryam yang akan menjadi pemimpin bagi ummat Islam di akhir zaman, berpredikat sebagai nabi Allah dan khalifah Allah di bumi, akan meniadakan peperangan, membawa kedamaian di bumi dan lain-lain. Jadi, manakala diperhatikan secara sepintas, nampak seakan-akan terdapat kontradiksi satu dengan yang lain diantara hadis-hadis tersebut. Yakni di satu sisi beliau SAW bersabda laa nabiyya ba’di dan di sisi lainnya beliau bersabda tentang akan datangnya Isa Al-masih a.s yang berpangkat Imam Mahdi sesudah beliau SAW.

Hadis-hadis Mengenai turunnya Nabi Isa akhir zaman

1. كيف انتم اذا نزل ابن مريم فيكم و امامكم منكم
Bagaimana sikap kalian tatkala Isa ibnu Maryam turun di antara kalian dan akan menjadi imam dari kalian. (Bukhari &Muslim). Hadis ini menunjukkan Imam mahdi dan Isa as. yang dijanjikan berasal dari ummat Islam sendiri.
2. كيف انتم اذا نزل ابن مريم فيكم فامكم منكم
Bagaimana keadaan kalian apabila Isa Ibnu Maryam itu turun diantara kalian maka dia mengimami kalian dari kalian sendiri. (Muslim Kitabul Iman bab Nuzulu Isa Ibni Maryam .., ).
3. ولا المهدي الا عيسى ابن مريم …..-
Tidak ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam. (Ibnu Majah Bab Syiddatuzzaman 4039). Yakni Mahdi dan Isa satu orangnya
4. ينزل عيسى ابن مريم مصدقا بمحمد على ملته اماما مهديا
Isa ibnu Maryam akan turun dan akan membenarkan Muhammad SAW dan berada pada agama beliau serta sebagai Imam Mahdi. (Hadis riwayat Imam Thabrani) Yakni Isa dan Imam Mahdi itu satu orangnya..
5. يو شك من عا ش منكم ان يلقى عيسى ابن مريم اماما مهد يا و حكما عدلا – Nyaris diantara kalian yang hidup pasti akan berjumpa dengan Isa Ibnu Maryam sebagai Imam Mahdi dan Hakim yang adil. ( Musnad Ahmad bin Hanbal juz 2 hal.411).
6. Mengenai Isa AS yang akan datang dari ummat Islam, Nabi Muhammad SAW menyebutkan sebanyak 4x kata nabiyyullah Isa beserta Sahabah-Sahabahnya akan terkepung, akan berdoa, akan turun dan akan berdoa. Tersebut di dalam (Muslim Kitabulfitan wa asyratussaa’ah bab dzikruddajaal wa sifaatuhu wa maa ma’ahu, hlm 198, juz 8, Darul fikri, Beirut.)

Adapun Nabi Isa AS Bani Israil, Al-Quran sebutkan hanya untuk kaum Bani Israil, yang mana mengenai dalil-dalil kewafatannya terdapat dalam puluhan ayat-ayat suci Al-Quran.

Ba’da lawan Kata Qabla

Untuk dapat memahami dengan jelas hadits-hadits لا نبى بعدى – laa nabiyya ba’di perlu mengetahui bahwa ba’da merupakan lawan kata qabla (sebelum). Dan sebagaimana halnya kata qabla (sebelum), ada untuk qabla (sebelum) waktu dekat dan ada juga qabla (sebelum) untuk masa yang jauh, begitu pula ba’da (sesudah) juga ada dua macam, yaitu ada ba’da qaarib ( sesudah, untuk masa dekat) dan ada ba’da ba’iid (sesudah, untuk masa yang jauh).

Contoh untuk pemahaman qablu qariib ( sebelum / waktu dekat ) Allah berfirman Maa jaa ahum min nadhirin min qablika- : (Wahai Muhammad SAW )Tidak pernah datang seorang permberi ingat ( Rasul) kepada mereka sebelum engkau. Dan di surah Yasin ayat 9 Allah berfirman:

لتنذر قوما ما انذر ابائهم فهم غافلون

“Supaya engkau memperingatkan kepada kaum yang nenek moyang mereka tidak diberikan peringatan sehingga mereka itu menjadi lalai ”

Menurut ayat tersebut, seakan-akan sebelum Rasululah SAW tidak pernah datang seorang pemberi ingat (Rasul) untuk memperingatkan orang-orang Quraisy sehingga kaum Quraisy itu menjadi termasuk orang-orang yang lalai. Padahal, kita ketahui kaum Quraisy merupakan anak cucu Ibrahim yang daripadanya telah lahir nabi-nabi besar dari keturunan beliau seperti Nabi Ismail as yang merupakan nenek moyang bangsa Quraisy. Jadi jelas isyarah ayat ini merujuk pada masa yang dekat sebelum kedatangan Rasulullah SAW, bukan sampai jauh hingga masa Nabi Ibrahim atau hingga Nabi Adam a.s..

Ba’da Qariib

Allah berfirman mengenai apa yang disampaikan Nabi Ya’qub as. kepada putra-putra beliau, “ Wahai anak-anakku, apa yang kalian sembah sesudahku” (Al-Baqarah 134). Disini sesudahku dalam arti segera sesudah wafatnya Nabi Ya’qub AS.

Ba’da Ba’iid

Artinya adalah sesudah masa yang panjang kewafatan seseorang. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Ash-shaf ayat 7: ” … . Dan ( Nabi Isa berkata ) aku memberikan kabar suka tentang seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad “. Junjungn kita Nabi besar Muhammad SAW baru datang 600 tahun setelah nabi Isa AS.

Kemudian Allah berfirman “(segolongan jin berkata kepada kaumnya) Sesungguhnya kami telah mendengar satu kitab yang telah diturunkan sesudah Musa “ (Al-Ahqaaf 30). Disini disebutkan kami mendengar kitab setelah Musa yang jaraknya 2000 tahun dari zaman nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Kata ” Ba’di ” Tidak Mutlak Berarti “Sesudah”

Allah berfirman “Firman siapa lagi yang mereka akan imani sesudah atau dengan meninggalkan firman Allah dan tanda-tanda-Nya” . Di dalam ayat ini ba’dallah jelas bukan berarti setelah Allah mati, na’uzubillah, melainkan berarti selain Allah atau dengan meninggalkan Allah atau yang bertentangan dengan Allah dan tanda-tanda-Nya. (Al-Jatsiyah 5). Begitu juga di dalam Surat Al-A’raf 144 firman-Nya: “Alangkah buruknya sikap yang kamu lakukan dalam mewakiliku sebagai khalifah sesudahku.” Disini kata بعدى -sesudah hanya berarti sesudah beliau pergi ke bukit Tursina (in absentia), atas perintah Tuhan, bukan sesudah Musa a.s wafat.

Arti Ba’di Sesuai siyaqul kalam (konteks)

Rasulullah SAW melihat dalam mimpi bahwa beliau mengenakan dua buah gelang emas di tangan beliau lalu beliau meniupnya. Rasulullah SAW (kepada delegasi Bani Tamam)bersabda :

”Saya mentakwilkannya bahwa akan keluar dua pendusta sesudahku” (Bukhari Kitabul Maghaazi jilid 3 hlm 69). Di dalam hadis ini Rasulullah SAW menggunakan kata بعدى sesudahku, padahal Musailamah dan Aswad al-Ansi bukan mendakwakan diri sebagai nabi sesudah wafat Rasulullah SAW, tetapi keduanya mendakwakan diri sebagai nabi di masa masih hidupnya Rasulullah SAW dan beliau SAW tidak memerangi mereka. Sayyidana Abu Bakar RA memerangi Musailamah Al-kazzab dan Aswad al-Ansi karena mereka merupakan pemuka–pemuka dari suku Hanifah yang menolak membayar zakat lalu mengangkat senjata untuk melakukan pemberontakan melawan khilafat Islam dengan menyiapkan 40 ribu tentara. Jadi Hazrat Abu Bakar memeranginya bukan karena mereka mendakwakan diri sebagai nabi, tetapi karena melakukan pemberontakan.

Dalam sebuah riwayat ketika Nabi SAW akan pergi berperang di Tabuk, beliau menugaskan Sayyidina Ali untuk menjadi Amir di belakang beliau SAW. Karena Ali merasa sedih tidak ikut berjuang bersama Rasulullah SAW, maka Hadhrat Ali berkata kepada Rasulullah SAW. “Ya Rasulullah, apakah engkau meninggalkan saya bersama anak-anak dan janda-janda dan tidak ikut berjuang bersama engkau.” Maka guna menghibur Hazrat Ali a.s., beliau SAW bersabda:

يا على اما ترضىان تكون منى بمنزلة هارون من موسى الا انه لا نبى بعدى

“Wahai Ali, sukakah kamu disisiku memperoleh kedudukan seperti Harun di sisi Musa a.s kecuali sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku”. Disini kata sesudahku artinya adalah selain aku atau menentangku. Mengenai penjelasan arti ba’di di lain tempat Rasulullah SAW bersabda:

يا علىااما ترضىان تكون منى بمنزلة هارون من موسى غير انك لست نبيا

“Wahai Ali, sukakah kamu disisiku memperoleh kedudukan seperti Harun di sisi Musa a.s kecuali bedanya sesudah saya engkau bukan nabi” Kata لست نبيا – engkau bukan nabi telah menjelaskan arti kata لا نبى بعدى – tidak ada nabi sesudahku. Sabda Rasulullah SAW ini tidak untuk umum, tetapi khusus untuk Hadhrat Ali r.a. Kemudian kemiripan beliau dengan Hadhrat Harun adalah hanya pada saat Rasulullah SAW pergi ke Perang Tabuk dimana pada saat itu Hadhrat Ali RH sebagai Amir sementara pengganti beliau SAW di Madinah, tidak untuk seterusnya.

Laa linafyil kamaal

Kalimat laa nabiyya ba’di pada umumnya diartikan hanya untuk laa linafi jins yang artinya menafikan segala macam nabi. Sesuai dengan hadis-hadis di atas, Rasulullah SAW telah menyebutkan akan kedatangan Isa di akhir zaman dari ummat Islam sendiri, karena jelas kata laa di dalam hadis ini adalah menafikan kesempurnaan sifat sang maushuf (sang pemilik sifat ), sebagaimana Rasulullah SAW. berabda:

و اذا هلك كسرى فلا كسرى بعده واذا هلك قيصر فلا قيصر بعده
Apabila Kaisar Persia wafat maka tidak ada Kaisar Persia sesudahnya dan apabila Kaisar Roma wafat maka tidak ada Kaisar Roma sesudahnya. (Bukhari jilid 4 hlm 91) Jadi maksud tidak ada Kisra atau Raja Roma sesudahnya adalah yang sebagus Raja Kisra sebelumnya, sebab raja –raja tersebut terus ada sebagai pengganti-pengganti mereka, tetapi tidak sebagus raja-raja Roma sebelumnya. Seperti terdapat sebuah ungkapan yang terkenal:

لا فتى الا على ولا سيف الا ذوالفقار

Artinya : “Tidak ada pemuda kecuali Ali dan tidak ada pedang kecuali pedang zulfiqar”. Apakah bisa diterima bahwa sesudah Hadhrat Ali tidak ada lagi pemuda yang lahir dan setelah pedang Zulfiqar tidak ada lagi pedang yang dibuat seseorang ? Tentu setelah Ali lahir banyak pemuda-pemuda yang lahir tetapi tidak sebagus Ali dan setelah pedang Zulfiqar banyak pedang dibuat orang tetapi tidak sebagus pedang Zulfiqar.

Tidak Ada Nabi Diantara Rasulullah SAW dan Isa AS

ليس بينى و بينه نبى و انه نا زل فاذا رايتموه فاعرفوه

Tidak ada nabi diantara aku dan dia (Isa) dan sesungguhnya dia (Isa ) akan turun, apabila kalian melihatnya maka kenalilah dia. ( Musnad Ahmad bin Hambal 2/ 457 dan Abu Dawud 4 /117 ). Di dalam hadis ini Rasululah menafikan adanya nabi diantara beliau dan Nabi Isa yang akan turun / datang. Karena itulah Rasulullah SAW menyebutkan:

لن تهلك امة انا فى اولها والمسيح فى اخرها والمهدى فى وسطها

Ummat ini sekali-kali tidak akan binasa karena aku ada pada permulaannya dan Isa pada akhirnya serta Mahdi pada pertengahannya. (Fadhlul Qaadir 5/301). Mahdi dan Isa satu orangnya.

Sebagian orang mengemukakan hadis di bawah ini. Rasulullah SAW bersabda:

لا نبوة بعدى الا المبشرات

Tidak ada kenabian sesudahku kecuali mubasysyirat (yang memberikan kabar suka/nabi). Mubasysyirat sendiri adalah bagian dari kenabian. Sebagaimana Allah berfirman: Tidaklah kami mengirim rasul-rasul kami kecuali untuk memberikan kabar suka dan peringatan’ [Al-An’am 48]. Berita atau kabar untuk orang umum adalah mimpi, tetapi untuk orang-orang saleh ,wali, dan nabi-nabi adalah kasyaf, ilham, dan wahyu bukan syariat. Jadi di dalam hadis ini hanya menafikan tidak akan ada lagi nabi pembawa syariat.

Hadis-hadis tersebut jelas sekali ditujukan kepada para sahabah. Sebelum nabi Isa AS yang dijanjikan itu turun / datang para sahabah semua sudah wafat. Dengan demikian apabila Isa yang dijanjikan turun, jelas dia tidak akan berjumpa dengan para sahabah, tetapi akan berjumpa dengan orang-orang yang serupa dengan para sahabah, yaitu ummat Islam. Jadi maksud hadits tersebut tidak lain adalah bahwa apabila orang –orang yang bertemu dengan Nabi Isa itu adalah orang yang semisal para sahabah (yaitu ummat Islam), maka tentu yang dimaksud dengan Nabi Isa yang dijanjikan, adalah yang serupa dengan Isa Bani Israil. Sebab, kalau bukan sama-sama misalnya yang datang tentu hadis diatas tidak banar, nauzubillah.

Persamaan Nabi Isa Israili dan Nabi Isa Muhammadi

1. Nabi Isa Bani Israil datang tidak membawa syareat tetapi untuk memperbaiki kaum Bani Israil 14 abad setelah Musa AS, demikian pula Isa yang dijanjikan atau Imam mahdi di zaman ini tidak membawa syareat, tetapi datang untuk memperbaiki ummat Islam di akhir zaman 14 abad sesudah Rasulullah SAW .
2. Isa Bani Israil datang pada saat kaum Bani Israil sedang barada di bawah kekuasaan asing, demikian pula Isa yang dijanjikan atau Imam mahdi lahir ketika negeri kelahirannya di bawah kekuasaan asing.
3. Setelah penyaliban Nabi Isa Bani Israil terjadi gempa bumi, demikian pula setelah pendiri Jemaat Ahmadiyah mendakwakan diri sebagai utusan Allah beliau menubuatkan gempa-gempa bumi,peperangan-peperangan, malapetaka serta banjir-banjir dahsyat yang menyerupai banjir Nabi Nuh,bahkan malapetaka yang menyurapai kiamat yang akan melanda dunia sebagai tanda kebenaran beliau SAW.
4. Nabi Isa Bani Israil tidak datang dengan mengangkat pedang (perang fisik ) untuk mempertahankan missinya , demikian pula Nabi Isa atau Imam Mahdi ( pendiri Jemaat Ahmadiyah ) tidak menyebarkan Islam dengan kekuatan pedang.
5. Nabi Isa bani Israil mengatakan bahwa beliau tidak datang untuk merombak satu noktahpun dari hukum-hukum Taurat, demikian pula Imam Mahdi tidak datang untuk merombak satu ayatpun dari hukum-hukum atau ayat-ayat suci Al-Quran.
6. Sama-sama berpangkat nabi tapi tidak membawa syareat.
7. Nabi Isa ditentang habis-habisan oleh ulama-ulama Yahudi sehingga jatuh berbagai fatwa hingga beliau dinaikan di tiang salib, demikian pula pendiri Jemaat Ahmadiyah 200 ulama zaman beliau memfatwakan kafir pada beliau.

Ada 15 kesamaan diantara keduanya. Itulah sebabnya di dalam setiap bahasa apabila seseorang mempunyai kemiripan dengan orang sebelumnya, maka untuk menyatakan kemiripan itu lebih sempurna, maka kata seperti itu biasanya dihilangkan, tidak digunakan. Yakni di hadis diatas Rasulullah SAW bersabda: Nabi Isa akan turun, beliau tidak bersabda “Seperti Nabi Isa yang akan turun”. Di dalam bahasa Indonesia juga banyak sekali contoh-contoh yang bisa didapatkan dimana kata seperti itu dihilangkan. Misalnya, orang yang azan disebut Bilal, padahal namanya belum tentu Bilal, pemberani disebut singa, semua jenis macam air mineral di sebut Aqua dan lain-lain.

Penjelasan Hadhrat Aisyah

Oleh karena itu dalam memberikan peringatan mengenai laa nabiyya ba’di Hadhrat Aisyah r.a bersabda:

قولوا خاتم النبيين ولا تقولوا لا نبى بعده

“Katakanlah bahwa nabi Muhammad SAW itu adalah khatamannabiyyin tetapi janganlah kamu mengatakan bahwa tidak ada nabi sesudahnya” [Addurrul Mantsuur jilid 6 hlm 616 Darulfikir Beirut 1982]

Jadi sebagaimana halnya Musa AS mendapat gelar kalimullah, Ibrahim AS khalililullah dan Isa AS ruhullah demikian pula Khatamunnabiyyin adalah merupakan gelar khusus Rasulullah ASW dari Allah. Sebagaimana Rasululah SAW sendiri bersabda:

انى مكتوب عند الله خا تم النبيين وان ادم لمنجدل بين الماء والطين

“Saya di sisi Tuhan adalah khatamunnabiyyin dari sejak Adam masih diantara air dan tanah, yakni masih dalam peroses penciptaannya” [Musnad ahmad Kanzul Ummal jili 6 hlm 112 ]

Seberapa banyak nabi datang mulai sejak Nabi Adam AS semuanya datang kendati adanya gelar Rasulullah SAW sebagai khatamaunnabiyyin. Karena itulah arti khaatam dalam hadis ini adalah nabi yang temulia dari semua nabi.

Gelar semacam ini senantiasa menjadi pujian bagi yang menyandangnya,bukan konotasinya untuk merendahkan orang yang menyandang gelar tersebut. Manakala kata khaatam yang artinya adalah stempel itu diaplikasikan pemakaiannya disini maka sebagaimana tatkala setempel dibubuhkan akan membekas pada barang dimana stempel itu dibubuhkan, demikian pula keitaatan kepada beliau SAW, fana dalam mengikuti ajaran beliau akan membekas pada diri seseorang sehingga dapat menjadikan seseorang mampu meraih legitimasi untuk menjadi nabi atau dengan warna beliau SAW seseorang dapat meraih pangkat kenahian, sebagaimana Allah berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama atau akan menjadi orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya [An-Nisa 70]

Di dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa barangsiapa yang mentaati Ar-rasul (Muhammad SAW), dia akan dapat meraih 4 tingkatan /kedudukan yang dijanjikan, yaitu nabi, siddik syahid dan saleh. Karena itulah Hadhrat Abu Bakar meraih gelar siddik, Hadhrat Husen RA dan orang-orang yang syahid di Perang Badar dan peperangan lainnya dalam membela Islam meraih gelar syuhada serta ulama-ulama robbani lainnya meraih gelar shalihiin. Kalau kita katakan bahwa di dalam ayat ini kata مع hanya sekedar berarti beserta maka artinya adalah bahwa kendati taat kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad SAW), maka tetap tidak akan dapat menjadi jangankan nabi, untuk menjadi saleh atau orang baikpun tidak akan bisa; sementara ummat nabi-nabi yang lain dan terdahulu dapat meraih kedudukan-kedudukan itu pada hal mereka bukan ummat yang terbaik; dan gelar yang diraih oleh para sahabah itupun harus ditanggalkan, nauzubillah.

Inilah yang membedakan beliau dengan nabi sebelumnya yaitu keitaatan kepada Rasulullah SAW sebagai khatamannabiyyin dapat mengantarkan seseorang sampai pada derajat kenabian, sedangakan keimanan dan ketaatan orang-orang terdahulu kepada nabi-nabi dan Rasul-rasul mereka hanya dapat mengantarkan mereka untuk meraih syahid dan siddik semata,sebagaimana firman-Nya

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang syahid di sisisi Tuhan mereka. Bagi mereka terdapat ganjaran dan cahaya (bagi) mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. [Al-Hadid 20]

Oleh karena itu arti la nabiya ba’di menurut ulama salaf adalah, “Tidak ada nabi yang akan membawa syareat yang akan memansukhkan syareat nabi Muhammad SAW. Jadi tidak ada seorangpun akan bisa menjadi nabi di luar ummat beliau SAW . Kini seorang hanya bisa menjadi nabi hanya dengan mengikuti beliau SAW. Sebagaimana dalam kaitan ini Allah mewahyukan kepada pendiri Jemaat Ahmadiyah bahwa :

كل بر كة من محمد صلى الله عليه وسلم فتبارك من علم وتعلم

“Segenap berkat karena Muhammad SAW beberkahlah orang yang mengajar dan yang belajar”. Dan hal ini senantiasa beliau kemukakan bahwa semua yang beliau dapatkan adalah berkat mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW.

Singkatnya laa nabiyya ba’di adalah tidak ada nabi yang akan datang segera setelah kewafatan beliau SAW. Tetapi mengenai kedatangan Imam Mahdi dan Isa Al-Masih sebagai khadim /pembantu beliau SAW beliau telah nubuatkan kedatangannya di akhir zaman untuk menghidupkan agama dan menegakkan syareat. Jadi dikarenakan Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini untuk memenangkan Islam di atas sekalian agama sebagaimana firman -Nya :

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (Muhammad SAW) dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. [As-shaf 9]

Maka untuk terealisasinya rencana tersebut beliau SAW telah menubuatkan bahwa Islam akan meraih kejayaan sempurna melalui kedatangan Imam Mahdi dan Isa yang dijanjikan. Keunggulan Islam di akhir zaman di atas semua agama itu akan diraih dengan damai, rukun dan aman tampa kekerasan sesuai dengan nama Islam itu sendiri, yakni sesuai dengan cara-cara hikmah dan bijak yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ,khususnya, di era Mekah. Akhir zaman itu kini telah tiba dengan segala tanda-tandanya. Oleh karena itulah demi untuk kemaslahatan ummat manusia missi merebut hati ummat manusia dengan aman, damai dan dengan keindahan demi untuk Islam dan demi untuk membuktikan bahwa Muhammad SAW sebagai rahmat bagi sekalian ummat manusia, kini telah dimulai dengan kedatangan Imam Mahdi di akhir zaman ini.

Penulis : Mln. Qamaruddin Shd
Jakarta, 30 Agustus 2005

No Responses

Tinggalkan Balasan