Mahdi Adalah Keturunan Fatimah

Mahdi Adalah Keturunan Fatimah

Masroor Library – Menurut hadits-hadits Nabi, Imam Mahdi harus dari keturunan Fatimah RA. Tetapi, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani orang Moghul. Bagaimana beliau menjadi Mahdi? Sebagaimana terdapat dalam riwayat Abu Daud,

Pertanyaan tersebut seakan kontradiksi dengan apa yang ada di literatur-literatur berkenaan dengan kedatangan Imam Mahdi di akhir zaman ini, tapi kalau kita kaji lebih mendalam senuanya tidaklah bertentangan satu sama lain, dan pada uraian dibawah akan menjelaskan secara mendetail tentang Mahdiadalah keturunan Fatimah.

اَلْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِىْ مِنْ وُلْدِ فَاطِمَةَ (كنز العمال باب خروج المهدى)

Jelas bahwa di dalam riwayat-riwayat tentang Imam Mahdi terdapat banyak perbedaan pendapat. Allamah Ibnu Khaldun mengutip riwayat-riwayat tersebut dalam pengantarnya dan mengomentarinya. Beliau menyimpulkan:

فَهَذِهِ جُمْلَةُ الْاَحَادِيْثِ الَّتِىْ اَخْرَجَهَا الْاَئِمَّةُ فِىْ شَانِ الْمَهْدِىِّ وَ خُرُوْجِهِ آخِرَ الزَّمَانِ وَ هِىَ كَمَا رَأَيْتَ لَمْ يَخْلُصْ مِنَ النَّقْدِ اِلاَّ الْقَلِيْلَ الْاَقَلَّ مِنْهُ

“Semua hadits yang dikeluarkan oleh para imam tentang Mahdi dan keluarnya di akhir zaman dan hadits-hadits ini, sebagaimana engkau tahu, tidak luput dari kritikan kecuali sedikit.”

Kontradiksi Dalam Riwayat-Riwayat

Dalam sebagian hadits, Mahdi ditetapkan dari keturunan Fatimah Ra. Sebagian lagi menganggap bahwa Mahdi dari keturunan Hasan Ra. Sebagian lagi menetapkan Mahdi dari keturunan Husain Ra. Sebagian lagi menganggapnya dari keturunan Abbas Ra. Sebagian lagi menetapkannya dari keturunan Umar Ra. Dalam sebagian hadits disebutkan juga bahwa Mahdi berasal dariku atau dari umatku.

Perbedaan pendapat dalam riwayat-riwayat terjadi karena faktor politik. Sesudah Khilafah Rasyidah, setiap golongan pada zaman penyebaran membuat-buat riwayat untuk memperlihatkan keunggulannya pada golongan lain. Oleh sebab itu, kepercayaan dalam semua riwayat yang menyinggung Mahdi lahir keluarga khusus menjadi hilang. Hanya riwayat-riwayat yang menerangkan bahwa Imam Mahdi berasal dari umat Rasulullah Saw yang patut diterima. Riwayat-riwayat seperti itu suci dari faktor politik.

Jelas bahwa dalam kebanyakan riwayat, kata Mahdi tidak disertai kata Imam. Jika riwayat-riwayat ini benar, maka Mahdi bisa ada banyak. Tetapi, dalam Al-Bukhari dan Muslim, begitu juga dalam riwayat-riwayat Musnad Ahmad bin Hanbal, Ibnu Maryam yang akan turun ditetapkan sebagai Imam atau Imam Mahdi. Perhatikanlah Al-Bukhari bab Nuzul Isa dan Musnad Ahmad bin Hanbal:

يُوْشِكُ مَنْ عَاشَ مِنْكُمْ اَنْ يَّلْقَى عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ اِمَامًا مَهْدِيًّا وَ حَكَمًا عَدَلاً فَيَكْسِرُ الصَّلِيْبَ وَ يَقْتُلُ الْخِنْزِيْرَ وَ يَضَعُ الْجِزْيَةَ وَ تَضَعُ الْحَرْبُ اَوْزَارَهَا

“Sudah dekat, siapapun dari antara kalian hidup, dia akan bertemu Isa bin Maryam sebagai Imam Mahdi dan Hakim Adil. Maka, dia akan mematahkan salib, membunuh babi, menghentikan jizyah dan peperangan akan meletakkan senjatanya.” (Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 411, cetakan Beirut dari riwayat Abu Hurairah)

Dalam riwayat-riwayat Al-Bukhari dan Muslim, untuk Isa bin Maryam yang akan turun secara tertib ada kata-kata:

وَ اِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
فَأَمَّكُمْ مِنْكُمْ

Dalam hadits-hadits tersebut, Isa bin Maryam yang akan turun dietapkan sebagai seorang pribadi umat. Jelas bahwa Imam Mahdi diberi nama Ibnu Maryam sebagai kiasan karena memiliki kesamaan dengan Isa.

Dalam hadits orang-orang Syi’ah, Biharul Anwar, diterangkan tentang Imam Mahdi dengan riwayat Abu Darda:

اَشْبَهُ النَّاسِ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ

“Dia akan menyerupai Isa bin Maryam melebihi semua orang.”

Tertera dalam sebuah riwayat:

وَ لاَ الْمَهْدِىُّ اِلاَّ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ

“Tiada Mahdi melainkan Isa bin Maryam.” (Ibnu Majah, kitab Al-Fitan, bab Asyratus Sa’ah)

Sesuai dengan keterangan tersebut, tertulis dalam ‘Iqtibas Al-Anwar’ oleh Syaikh Muhammad Akram Shabiri, halaman 52:

“Kerohanian Isa akan tercermin dalam pribadi Mahdi dan inilah maksud dari hadits ‘tiada Mahdi melainkan Isa’.”

Peristiwa-peristiwa mendukung hadits-hadits tersebut, karena Allah Ta’ala mengutus seseorang dari umat Islam dengan memberi nama Isa bin Maryam.

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani Keturunan Fatimah

Sungguh menakjubkan bahwa hadits ‘dari keturunan Fatimah’ cocok kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani. Sebagaimana beliau menulis:

“Pangkal keturunan sayyid adalah mereka merupakan keturunan Fatimah. Jadi, meskipun aku bukan keturunan Ali, tetapi aku termasuk keturunan Fatimah. Sebagian nenek-nenekku termasuk diantara keturunan sayyid yang terkenal dan keturunan asli. Cara ini masih berlangsung dalam keluarga kami bahwa kadang putri-putri sayyid dinikahkan dengan keluarga kami dan kadang putri-putri keluarga kami dinikahkan kepada mereka.” (Nuzulul Masih; Ruhani Khazain, jilid 18, halaman 426, catatan kaki pada catatan kaki)

Beliau menulis dalam buku lain:

“Dalam wujudku ada bagian keturunan Israel dan sebagian keturunan Fatimah. Aku terbentuk dari dua ikatan beberkat tersebut. Orang-orang yang memperhatikan hadits-hadits dan atsar sungguh mengetahui bahwa tertulis tentang Mahdi akhir zaman yang akan datang bahwa dia adalah wujud yang terbentuk.” (Tuhfah Golraviyah; Ruhani Khazain, jilid 17, halaman 118)

Hadits tersebut adalah:

لَوْنُهُ لَوْنٌ عَرَبِىٌّ وَ جِسْمُهُ جِسْمٌ اِسْرَائِيْلِىٌّ

“Warnanya warna orang Arab dan tubuhnya tubuh orang Israel.” (An-Najmuts Tsaqib, karangan Mirza Husain Thabrasi, halaman 69)

Beliau mendapatkan ilham:

وَ جَعَلَ لَكُمُ الصِّهْرَ وَ النَّسَبَ

Beliau memberikan penjelasannya sebagai berikut:

Kesimpulan halus dari ilham:

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِىْ جَعَلَ لَكُمُ الصِّهْرَ وَ النَّسَبَ

membuktikan bahwa aku keturunan Fatimah. Karena kata ‘shihra’ dan ‘nasab’ dalam ilham tersebut diletakkan setelah kata ‘ja’ala’. Kira-kira keduanya ditetapkan sebagai derajat suatu perkara yang patut dipuji. Ini merupakan dalil jelas bahwa seperti halnya kata ‘shihra’ berkaitan dengan keturunan Fatimah, demikian pula kata ‘nasab’ berkaitan dengan perempuan-perempuan yang tercampur keturunan Fatimah. Kata ‘shihra’ didahulukan daripada ‘nasab’ memperlihatkan perbedaan bahwa dalam kata ‘shihra’ tersirat keturunan Fatimah murni dan dalam kata ‘nasab’ tersirat campurannya.” (Tuhfah Golraviyah; Ruhani Khazain, jilid 17, halaman 117, catatan kaki)

Kesaksian Kasyaf

Tercantum dalam buku beliau:

“Suatu kali, setelah shalat Maghrib, dalam keadaan sadar, dengan perasaan sedikit gaib yang menyerupai dengan… nampak pemandangan yang menakjubkan bahwa pertama satu kali terdengar suara beberapa orang datang dengan cepat. Kemudian, pada waktu itu 5 orang yang sangat mulia, maqbul dan tampan hadir di depan. Yaitu Rasulullah Saw, Ali, Hasan, Husain dan Fatimah Az-Zahra (semoga Allah ridha kepada mereka semua) dan salah seorang dari mereka dan teringat betul bahwa Fatimah Ra laksana seorang ibu dengan kecintaan dan kasih sayang lebih, meletakkan kepala hamba ini di pahanya. Kemudian, setelah itu aku diberi sebuah buku yang tentang itu diberitahukan bahwa ini merupakan tafsir Al-Qur’an yang dikarang oleh Ali Ra dan sekarang Ali Ra memberikan tafsir itu kepada engkau.” (Barahin Ahmadiyah Jilid 4; Ruhani Khazain, jilid 1, halaman 598-599, catatan kaki pada catatan kaki nomor 3)

Jelas dari paragraph tersebut bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani merupakan keturunan dari Fatimah Az-Zahra Ra.

Oleh sebab itu, beliau menyimpulkan kasyaf tersebut dengan singkat bahwa:

“Dalam wujudku terdapat bagian Isrel dan sebagian lagi Fatimah.” (Tuhfah Golraviyah; Ruhani Khazain, jilid 17, halaman 118)

Inilah ta’bir kasyaf tersebut yang diterangkan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani sendiri. Selain ta’bir yang diterangkan oleh orang yang dianugerahi ilham, mengartikan lain atau menta’wilkannya sama sekali tidak dibenarkan.

Meskipun dalam kertas-kertas pemerintahan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani tertulis Moghul, tapi pada hakikatnya beliau keturunan asli Persia. Beliau merupakan penggenapan dari nubuatan:

لَوْ كَانَ الْاِيْمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ اَوْ رِجَالٌ مِنْ هؤُلاَءِ

(Al-Bukhari, kitab At-Tafsir, tafsir Surah Al-Jumu’ah)

Pada hakikatnya, hadits tersebut berkaitan dengan Imam Mahdi dan menetapkannya sebagai keturunan asli Persia. Karena Rasulullah Saw bersabda demikian sambil meletakkan tangan pada Salman Al-Farisi.

Oleh karena itu, ilham-ilham Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani menzahirkan bahwa beliau merupakan keturunan asli Persia. Sebagaimana ilham yang turun kepada beliau:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ صَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ رَدَّ عَلَيْهِمْ رَجُلٌ مِنْ فَارِسَ. شَكَرَ اللهُ سَعْيَهُ

“Orang-orang yang ingkar dan menghalangi dari jalan Allah, akan ditolak oleh seseorang yang berasal dari Persia. Allah menghargai usahanya.”

Penentang beliau pun, Maulvi Muhammad Husain Batalvi mengakui bahwa beliau bukan keturunan Quraisy, tapi keturunan asli Persia. (Isya’atus Sunnah, jilid 7, halaman 193)

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani menulis:

“Ingatlah bahwa keluarga hamba ini secara lahir merupakan keluarga Moghul… Kini, diketahui dari firman Tuhan bahwa pada dasarnya keluarga kami merupakan keluarga Persia… Karena hakikat kekeluargaan, sebagaimana Allah Ta’ala ketahui, sama sekali tidak diketahui oleh orang lain. Ilmu-Nya shahih dan meyakinkan, sedangkan ilmu yang lain masih diragukan dan disangka-sangka.” (Arba’in nomor 2; Ruhani Khazain, jilid 17, halaman 365, catatan kaki)

Selanjutnya, beliau menulis:

“Keluarga hamba ini pada dasarnya keturunan asli Persia, bukan Moghul. Tidak tahu dengan kekeliruan apa, hamba ini terkenal dengan keluarga Moghul… Diketahui bahwa kata Mirza dan Beg didapati sebagai julukan pada suatu zaman. Seperti halnya nama Khan diberikan sebagai julukan.” (Haqiqatul Wahyi; Ruhani Khazain, jilid 22, halaman 81, catatan kaki)

 

Kontributor: Mln Hafidz AM
Editor: Bagus Sugiarto

No Responses

Tinggalkan Balasan