Gagasan dan Keyakinan Kristen Tentang Keselamatan dan Kebenaran | Bagian 1

Gagasan dan Keyakinan Kristen Tentang Keselamatan dan Kebenaran | Bagian 1

Masroor Library – Pada 25 Maret 1916, seorang Kristen datang menemui Hadhrat Khalifatul Masih II [Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud AhmadRA dan mengatakan, “Saya datang kepada Anda semata-mata supaya Anda memberitahu saya mengenai siapakah yang dapat memberi saya keselamatan sejati. Saya telah menyadari sampai saat ini seorang pembimbing telah membawa saya ke jalan yang berlawanan dengan pemberian keselamatan sejati kepada saya. Saya berharap diberi tahu mengenai seorang juru selamat yang lebih hebat dari Yesus KristusAS yang saya yakini telah menderita dan melalui kesengsaraan besar sampai dia bahkan dibunuh supaya kita dapat memperoleh keselamatan.”

Pada saat Yang Mulia [Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud AhmadRA datang untuk memeriksa pesannya, kemudian di sana kemudian beliau menyampaikan pidato berikut. (Editor Al-Fazl)

Gagasan Keselamatan dalam Kristen

Yang MuliaRA menyatakan: “Pertama, saya ingin menguraikan perbedaan-perbedaan antara Islam dan Kristen mengenai gagasan keselamatan. Doktrin orang Kristen tentang keselamatan yaitu Adam telah melakukan dosa asal yang sebagai akibatnya diwarisi oleh seluruh umat manusia. Seperti halnya kekayaan seorang ayah yang diwarisi oleh seluruh anaknya, begitu pula, dosa Adam, bapak umat manusia, diwarisi oleh keturunannya, yaitu, semua orang. Tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan warisan ini, dan pada saat seseorang mencoba untuk membebaskan dirinya sendiri dari hal tersebut, dia akan melakukan banyak dosa yang lain. Ini karena, sejak Hukum Tuhan telah ditetapkan untuk dilaksanakan secara keseluruhan, jika seseorang melanggar meski hanya satu perintah saja, mereka perlu dihukum dan jika Tuhan tidak memberikan hukuman kepada orang yang berdosa seperti itu, Dia akan dianggap tidak adil.

Namun, belas kasihan Tuhan menghendaki untuk mengampuni, sebagaimana Dia lebih mengasihi dibandingkan orang tua sendiri. Karena hal ini, Tuhan telah menetapkan bahwa seorang yang tidak berdosa, yang juga memiliki kualitas samawi, harus ditangkap dan diletakkan di atas salib (disalibkan). Dan juga, sama seperti utang seseorang yang dilunasi (dibayar) oleh orang lain, Yesus Kristus menanggung beban dosa-dosa kita dan hasilnya kita diselamatkan. Jadi, dengan cara ini, keadilan Tuhan telah ditegakkan dan cinta kasih-Nya telah ditampakkan. Inilah doktrin Kekristenan.

Gagasan Keselamatan dalam Islam

Sebaliknya, Islam mengajarkan keselamatan setiap orang bergantung pada tindakannya sendiri. Sampai dirinya sendiri melakukan kebaikan dan kebajikan, dia tidak dapat sepenuhnya terbebas dari dosa-dosa, perbuatan jahat dan kekurangan, dan dengan demikian tidak layak mendapat keselamatan.

Sudut pandang Islam lebih unggul dibandingkan sudut pandang Kristen

Selain itu, ada perbedaan yang berarti antara dokrin Kristen dan Islam, yang mana Islam tidak hanya menyeru pada keselamatan saja – seperti yang dilakukan Kristen dan agama-agama lain seperti Buddha – namun memiliki tujuan yang jauh lebih agung, dibandingkan dengan hanya mencari keselamatan yang merupakan hal biasa. Arti keselamatan adalah terbebas dari rasa sakit dan penderitaan, tapi fitrat (nurani) seseorang tidak hanya ingin terlepas dari penderitaan saja, (namun) juga sangat ingin mendapatkan kedamaian dan kenyamanan.

Seorang yang duduk di lahan tanpa duri tidak menahan rasa sakit atau penderitaan, tapi orang yang duduk di sebuah kursi yang empuk tidak hanya menghindari ketidaknyamanan tapi juga mendapat ketentraman dan kenyamanan. Begitu pula, jika perut seseorang tidak sakit dan matanya juga tidak sakit, maka dia ada dalam ketentraman. Tapi, ini bisa menjadi sebuah masalah karena kesehatan dan keadaan baik-baik saja tidak selalu mengantarkan seseorang pada kesenangan dan kebahagiaan.

Oleh karena itu, ini adalah suatu hal bahwa seseorang dapat membebaskan diri dari rasa sakit dan penderitaan dan hal berbeda untuk menemukan kedamaian dan kenyamanan. Inilah yang telah Islam persembahkan. Ketika tabiat manusia menginginkan kemudahan dan kenyamanan, yang mana berbeda dengan hanya menghindari penderitaan saja, lalu mengapa orang-orang tidak bisa memperoleh hal itu?

Sebagai contoh, seorang yang buta huruf. Bagi mereka yang buta huruf, tidak akan menderita satu penderitaan pun, jika pada kenyataannya mereka tidak bisa membaca buku tertentu. Tapi, bagi seorang terpelajar, tidak masalah membaca buku tidak akan mengurangi rasa sakit atau penderitaannya. Sebaliknya, membaca buku bagi seorang terpelajar akan memberikan mereka kesenangan dan kebahagiaan tertentu. Jadi, membaca buku mungkin tidak bermanfaat karena tidak menyelamatkan seseorang dari rasa sakit tertentu. Tapi, membaca itu akan bermanfaat karena hal itu memberikan kepuasan dan kesenangan.

Akan Anda temukan di dunia ini orang-orang yang pergi ke tempat yang sangat jauh untuk memperoleh kekayaan. Bagaimana pun juga, jika seseorang memiliki makanan untuk memenuhi perut mereka dan memerlukan pakaian untuk dikenakan, ia pun tidak merasa kesakitan. Tapi mengapa ada orang yang tidak puas dengan ini?

Hal ini dikarenakan setiap orang percaya bahwa memperoleh banyak uang sama dengan memperoleh banyak kepuasan dan kenyamanan. Kami mengamati bahwa sang pencipta (sebagaimana yang belum saya diskusikan, yang mana agama adalah suatu kebenaran. Jadi di sini ‘sang pencipta’ didiskusikan tidak merujuk pada Tuhan dari keyakinan manapun) telah menanamkan dalam tabiat alami manusia sebuah keinginan untuk memperoleh kenyamanan dan kesenangan.

Hanya Pernyataan Yang Didukung Pekerjaan Tuhan Saja Yang Dapat Dianggap Kebenaran

Karena keinginan ini dapat dijumpai pada setiap manusia, jelaslah ini merupakan pekerjaan Tuhan. Seseorang bisa memeriksa ini dalam firman Tuhan juga. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan mata bagi kita untuk melihat. Tapi, jika suatu agama menyatakan bahwa kita harus melihat menggunakan telinga kita, bukan dengan mata, kita akan segera berkata bahwa ini salah. Karena pada kenyataannya, Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan indera penglihatan di dalam mata bukan di telinga. Jadi, pernyataan suatu agama itu harus diuji melalui sudut pandang pekerjaan Tuhan. Apapun pernyataan (seperti aturan agama) yang didukung sebuah tindakan, seperti hukum alam, harus diterima dan apapun keputusan yang ditolak oleh hukum alam, harus dianggap salah dan dibuang.

Agama Manakah Yang Benar Dalam Kesesuaian Dengan Hukum Alam

Oleh karena itu, diketahui bahwa sejak Tuhan Yang Maha Kuasa telah menanamkan dalam tabiat alami manusia supaya ingin menghindari penderitaan dan menginginkan kemudahan serta kenyamanan. Karena itu, agama yang memberikan aturan-aturan pada kedua aspek ini alam menjadi satu yang mana sesuai dengan tabiat manusia. Di sisi lain, agama yang hanya menjelaskan bagaimana cara menyelamatkan diri sendiri dari penderitaan dan kedukaan tapi tetap terdiam mengabaikan bagaimana cara memperoleh kemudahan dan kepuasan, tidak bisa menjadi agama yang sesuai dengan tabiat manusia. Ini karena seorang yang menjelaskan agama dangan cara yang demikian, tidak menyadari tabiat manusia yang sebenarnya.

Apapun indera yang Tuhan Yang Maha Kuasa telah anugerahkan kepada manusia, Dia juga telah menentukan sarana-sarana dan keterampilan khusus bagi indera-indera tersebut untuk digunakan. Sebagai contoh, perut memiliki kemampuan untuk mencerna makanan dan Dia telah menentukan makanan yang sesuai bagi kita. Kita memiliki mata yang dengannya kita dapat melihat, dan untuk itu cahaya telah diciptakan. Kita memiliki telinga yang dengan nya kita dapat mendengar dan udara pun diciptakan. Dalam cara yang sama, hati pun memiliki indera-indera tertentu yang mana sarana-sarana dan ketrampilan khususnya telah diciptakan.

Islam Tidak Hanya Memberikan Keselamatan; Islam juga Memberikan Satu Kesuksesan dan Kesejahteraan

Tabiat alami suatu jiwa tidak hanya untuk menghindari rasa sakit, tetapi juga untuk mencari kenyamanan. Akan tetapi, agama yang hanya membebaskan jiwa dari penderitaan hanya memenuhi setengah dari kebutuhannya, sebagaimana memiliki dua tuntutan – pertama, untuk bebas dari rasa sakit dan kedua untuk mendapat hiburan.

Agama Kristen hanya menjanjikan keselamatan, yaitu pembebasan dari kesedihan dan penderitaan. Ini seolah-olah seseorang yang menantang musuhnya diberi tahu, “Jangan khawatir, dia tidak akan menyakitimu.” Namun, ini tidak akan menjadikan tenangnya sampai dia diberitahu, “Jangan khawatir, lawanmu tidak hanya tidak akan menyakitimu saja, tapi kamu juga akan menang atasnya.” Ini karena hanya bebas dari penderitaan tidak bisa menjadi sumber kepuasan mutlak.

Islam telah menetapkan ini sebagai tahap terakhir, yaitu, setelah dibebaskan dari rasa sakit dan kesedihan, seseorang mencapai kesuksesan dan kesejahteraan. Ini dikenal sebagai falaah; dengan kata lain, setelah mencapai kemenangan, kesuksesan dan dominasi, seseorang diberikan sarana kemudahan dan kenyamanan. Oleh karena itu, Islam tidak hanya menjelaskan bagaimana menghindari penderitaan, tetapi juga bagaimana mencapai kenyamanan. Inilah perbedaan pertama dan terpenting antara Islam dan Kristen.

Para pendeta Kristen mengerahkan semua kekuatan dan antusiasme mereka untuk memanggil orang-orang menuju keselamatan. Sebaliknya, Alquran menyatakan sejak awal: أُوْلَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدٗى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ “Mereka itulah yang mengikuti petunjuk dari Tuhan mereka dan mereka itulah yang akan berhasil.” [1]

Mereka yang mengikuti perintah Islam akan mencapai bimbingan dan semua tingkatan-tingkatan spiritual. Selain itu, merekalah yang akan berhasil mencapai tujuannya. Ini adalah tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada sekedar dibebaskan dari penderitaan. Tidak ada keraguan bahwa keyakinan Kristen juga menarik perhatian untuk memperoleh kemudahan dan kenyamanan, tetapi itu belum ditekankan. Sebaliknya, hal itu dianggap sekunder, sementara mencapai keselamatan dianggap sebagai tujuan yang sebenarnya. Jelaslah dari ini bahwa baik mereka yang menyusun Alkitab memiliki sudut pandang yang sempit, atau bahwa kemudian orang mengganti atau mengubah kitab suci. Dengan demikian, inilah salah satu perbedaan utama.

Perbedaan Pertama Antara Kristen Dan Islam

Sekarang saya ingin menyebutkan bahwa Islam juga menghadirkan gagasan keselamatan seperti halnya agama Kristen menampilkan gagasannya sendiri, tetapi gagasan keselamatan [dalam Islam] memegang status yang lebih rendah daripada falaah (sukses dan sejahtera). Sama seperti perguruan tinggi yang memberikan gelar berbeda untuk tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah, seperti sarjana, master, tingkat menengah (setara dengan tingkat A) dan kualifikasi tingkat masuk, demikian pula, Islam memiliki tingkat dan pangkat yang berbeda. Tidak diragukan lagi bahwa keselamatan juga suatu tingkatan, meskipun lebih rendah. Jadi sementara Islam dan Kristen setuju bahwa keselamatan itu ada, Islam menganggapnya sebagai tingkat yang lebih rendah, sedangkan Kristen menyatakannya sebagai peringkat tertinggi.

Perbedaan Kedua

Perbedaan lain antara Islam dan Kristen adalah bahwa agama Kristen menekankan fakta bahwa keselamatan tidak dapat dicapai melalui upaya dan tindakan seseorang, tetapi semata-mata melalui rahmat Tuhan. Ini mengajarkan bahwa karena tidak ada yang pernah bisa melakukan semua perbuatan baik, Tuhan mengorbankan putranya agar semua dosa umat manusia dihapuskan dan diberikan keselamatan.

Islam setuju bahwa keselamatan bergantung pada rahmat Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki sebab dan tidak mungkin sesuatu ada tanpa sebab. Seringkali kita tidak mengetahui penyebab dari sesuatu, namun penyebabnya pasti ada. Mungkin juga penyebab tertentu dapat diatur lebih lanjut oleh penyebab lain.

Misalnya, seseorang mempekerjakan seorang pekerja dengan tarif empat anna sehari [bentuk mata uang yang lebih lama, sama dengan 1/16 atau seperenambelas rupee]. Semakin banyak usaha dan kerja keras yang dilakukan pekerja itu dalam pekerjaannya, semakin baik dia dapat melaksanakan tugasnya; dan jika dia menunjukkan kelambanan dalam pekerjaannya, dia akan bersalah karena ketidakjujuran dan penipuan. Namun, jika dia unggul dalam pekerjaannya, itu tidak akan memberinya hak untuk meminta upah yang lebih tinggi. Tentu saja, jika dia bekerja selama satu setengah hari, bukan sehari, dia berhak meminta enam anna, bukan empat. Namun, jika manajer senang dengan pekerjaan karyawan hari itu dan memberinya delapan anna bukan empat anna, maka empat anna tambahan itu bukan bagian dari gaji sebenarnya, melainkan karena kebaikan dan kemurahan hati manajer. Tetapi mengapa bantuan ini diberikan kepada karyawan tertentu itu dan bukan kepada orang lain? Ini karena karyawan tersebut berusaha, dan pada gilirannya, upaya ini menarik imbalan lebih lanjut. Sementara kerjanya itu sendiri hanya bernilai empat anna, karyawan tersebut memperoleh penghargaan tambahan ini karena kemurahan hati manajer yang telah ia tarik berkat upaya tersebut.

Begitu pula, Islam juga menyatakan, jika keselamatan diberikan, itu semata-mata melalui rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi, faktor yang menarik rahmat-Nya adalah usaha dan perbuatan seseorang. Secara keseluruhan ditemukan dalam masalah-masalah duniawi bahwa ketika X tidak bisa dikatakan sebagai suatu akibat langsung dari Y, X terjadi karena Y. Sebagai contoh, pemerintah telah menentukan gaji bagi para prajurit sebagai imbalan atas upaya maksimum yang dapat dilakukan selama pertempuran. Namun, mereka yang bertarung dengan semangat keberanian yang luar biasa diberi tanda jasa dengan semua jenis medali dan penghargaan. Terlepas dari kenyataan bahwa ketika mereka mendaftar, mereka berjanji, jika diperlukan, mereka tidak akan ragu sekalipun mereka harus menyerahkan kehidupan mereka.

Tahukah Anda, saat itu, kenapa pemerintah memberikan penghargaan-penghargaan ini? Karena itu adalah penghargaan atas jasa seseorang. Jadi, meskipun pemerintah tidak memberi penghargaan kepada prajurit secara langsung sebagai imbalan atas usaha tersebut, namun usaha tersebut, pada dasarnya, tetap menghasilkan imbalan. Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan keselamatan dengan cara yang sama. Seorang yang melakukan perbuatan (baik) – tidak diragukan bahwa seorang memiliki banyak kelemahan – tapi ketika mereka melakukan segala usaha yang mungkin, perjuangan mereka akan menarik belas kasihan dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan mereka akan memperoleh keselamatan sebagai hasilnya. Kita melihat dalam berbagai urusan duniawi bahwa ketika seorang individu melakukan usaha-usaha yang luar biasa dalam pekerjaannya, (maka) mereka dapat menarik rahmat dari para atasan mereka. Lalu mengapa seseorang yang berusaha untuk meraih keridhoan Tuhan Yang Maha Kuasa tidak dapat menarik belas kasihan-Nya?

Perbuatan-perbuatan sangat penting untuk Mencapai Keselamatan

Jadi, pandangan kami bahwa tindakan-tindakan itu diperlukan karena melalui tindakan tersebut rahmat dapat diraih, dan melalui rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa seseorang dapat memperoleh keselamatan. Jadi tanpa perbuatan baik, tidaklah mungkin untuk mendapatkan keselamatan. Sebagai contoh, mengapa seseorang menunjukkan rasa belas kasihan kepada orang lain? Karena dia melihat orang lain menderita dan berada dalam masalah. Dengan kata lain, rasa sakit dan penderitaan seseorang menarik belas kasihan orang lain. Oleh karena itu, terdapat sarana-sarana untuk semuanya dan cara pertama dalam memperoleh rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa adalah melalui perbuatan, itulah mengapa Islam sangat menekankan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan baik. Meskipun begitu, keselamatan pada akhirnya bergantung pada rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salah untuk Hanya Bergantung pada Perbuatan Seseorang untuk Memperoleh Keselamatan

Nabi nan SuciSAW satu kali ditanya apakah beliau diberi keselamatan akibat perbuatan beliau. Beliau menjawab, “Tidak. Keselamatanku juga akan diberi melalui rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.”
Tidak ada seorang pun yang derajatnya lebih hebat dibanding RasulullahSAW. Ketika NabiSAW telah menyatakan bahwa keselamatannya hanya akan diraih melalui rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, lalu bagaimana bisa ada orang lain yang hanya bergantung pada usaha-usahanya sendiri? Tentu, perbuatan-perbuatan diperlukan untuk memperoleh rahmat dan ini adalah teori yang Islam kemukakan. Bandingkan ini dengan teori yang dikemukakan Kristen dan putuskanlah teori mana yang benar dan mana yang salah.

Catatan:
[1] Alquran, Surah al-Baqarah, 2:6. Dalam metode penomoran ayat-ayat AlQur’an Karim, bismillahirrahmaanirrahiim yang terletak pada permulaan setiap Surah sebagai ayat pertama sesuai dengan standar penomoran ayat-ayat Al-Qur’an Karim yang digunakan oleh Jemaat Ahmadiyah, kecuali pada permulaan Surah at-Taubah.

Sumber:
The Review of Religions: EDISI JUNI 202
Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Nooruddeen Jahangeer Khan untuk tim penerjemah The Review of Religions
Penerjemah: Ghalib Ahmad, Muhammad Murbayuddin Qoyyum dan Sulthonul Qalam, JAMAI Darjah Tsalitsah Studi Muwazanah Madzahib (Perbandingan Agama) tahun ajaran 2020-2021.
Editor dan Pengajar: Mln. Dildaar Ahmad Dartono.

No Responses

Tinggalkan Balasan