Dekat Mexico City, situs kuno Teotihuacan tampaknya sejalan dengan gugus bintang yang dikenal sebagai Pleiades yang diceritakan sebagai hari matahari berada di titik tertinggi di langit,(zenith). Memang dua piramida besar di situs tersebut diberi nama matahari dan bulan. Suku Aztec juga menyembah dan menyanjung matahari dan dengan suka rela melakukan pengorbanan manusia untuk memperbabaharui kekuatan yang habis dari dewa matahari mereka Huitzilopochtli. (Elaide, hal. 149)
Di seluruh Afrika banyak suku mengadopsi dewa kepada sifat-sifat alam seperti sungai, gunung, bulan dan matahari, tapi ini semua sering dianggap sebagai manifestasi dari Sang Pencipta, dan karena itu dewaini harus dilihat dalam konteks yang berbeda.
Banyak budaya lain di Eropa dan Asia menggambarkan pencipta mereka sebagai matahari yang melahirkan bintang-bintang, misalnya mitos yang terkait denganApollo, Baal, Marduk, Yhi, dan Phoebus.
Peradaban kuno di berbagai belahan dunia sangat mengagumi matahari, bulan dan bintang-biintang karena jarak mereka, kekuatan dan siklus teratur. Namun para sarjana seperti Bastian di abad ke 19 dan kemudian Frazer di awal abad 20 menyampaikan bahwa praktek menyembah matahari bukanlah fenomena global, tetapi lebih umum ditemukan di Meksiko, Peru, Mesir, Asia dan Eropa Primitif. (Eliade, hal. 124)
Ibrahim dan Tanda Surga
Nabi Ibrahim AS dibesarkan dalam masyarakat politeistik dan orang-orang mencari Pencipta mereka di alam sekitar merekam tapi tanpa kepuasan seperti yang kita baca dalam Alquran surah Al An’aam ayat 77-80:
“Maka ketika kegelapan malam menyelimutinya ia melihat sebuah bintang. Ia berkata ‘Inikah Tuhanku?’ Kemudian ketika bintang itu terbenam ia berkata: ‘Aku tidak suka kepada yang suka terbenam’ Ketika tatkala ia melihat bulan terbit dengan memancarkan cahaya ia berkata: ‘Inikah Tuhanku?’ Tetapi tatkala terbenam ia berkata : ‘Seandainya Tuhanku tidak memberi petunuk kepadaku niscaya aku akan menjadi diantara kaum yang sesat’. Maka tatkala ia melihat matahari bersinar ia berkata: ‘Inikah Tuhanku ? Ini paling besar!’ Tetapi ketika terbenam ia berkata: ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas dari apa-apa yang kamu persekutukan.’ Sesungguhnya aku menghadapkan perhatianku kepada DZat Yang menciptakan seluruh langit dan bumi dengan hati condong kepada Allah SWT, dan aku bukanlah dari antara orang-orang musyrik'”
Ayat-ayat ini menggambarkan sejauh mana masyarakat pada waktu itu (sekitar 4000 tahun yang lalu) telah jatuh ke dalam penyembahan benda langit. Sebuah pengetahuan mendalam dianugerahkan bahwa dia [Nabi Ibrahim AS] diberi petunjuk untuk memahami bahwa sesungguhnya sosok yang mengatur cakrawala itu tidak bisa menggunakan pengaruh mereka secara terus menerus kepada manusia, sedangkan Sang Pencipta ada di mana-mana.
Ayat-ayat itu menunjukkan bagaimana Ibrahim AS menggunakan argumen untuk menunjukkan kepada orang-orang kesia-siaan kepercayaan kuno mereka ketika ia telah menjadi penerima Wahyu langsung. Hal ini bukan berarti Nabi Ibrahim AS sendiri telah meraba-raba untuk mencari penciptanya melalui proses ini. Bukti ini diperkuat dalam ayat kemudian dalam surat yang sama.
“Dan itulah hujjah Kami yang Kami memberikannya kepada Ibrahim terhadap kaumnya. Kami meninggikan derajat orang yang Kami kehendaki. Sesungguhnya Tuhan Engkau Maha Bijaksana, Maha Mengetahui” (QS Al An’am : 84)
Kalender Yahudi
Orang-orang Yahudi dan Muslim asal-usulnya berasal dari garis keturunan Nabi Ibrahim AS. Setelah menjadi budak di bawah kekuasaan Mesir selama beberapa generasi, bahkan setelah munculnya Nabi Musa AS untuk membebaskan mereka dari perbudakan, orang-orang Yahudi masih kembali lagi kepada berhala dan gambar-gambar. Secara bertahap bagaimanapun monoteisme diangkat kembali oleh para nabi.
Kalender Yahudi disebut kalender Lunisolar dalam hal itu didasarkan pada kalender Lunar lebih pendek dari kalender matahari 365 hari. Kalender mereka penuh dengan peristiwa penting dari sejarah Yahudi yang berhubungan dengan musim tertentu misalnya Pesach atau Paskah, dirayakan pada musim semi (Christian Easter bertepatan dengan Paskah) dan sehingga koreksi diterapkan setiap beberapa tahun untuk memastikan bahwa kalender Lunar dan surya dapat disinkronisasi.
Kristen dan Matahari
Kristen muncul dari Yudaisme dan karena itu semua orang Kristen awal adalah seorang Yahudi (Yahudi yang telah menerima Yesus sebagai Mesias mereka) adalah Monkteistik. Namun, mereka hidup dalam konteks peradaban lain seperti Romawi, Yunani, Mesir, Persia, yang semuanya memiliki budaya yang kuat. Sebagai orang Kristen Mereka mencoba untuk menjauhkan diri dari politik orang-orang Yahudi dan juga mencoba untuk bisa diterima di Eropa, teologi mereka kadang-kadang menjadi bergabung dengan budaya lokal yang ternyata malah merusak Kristen.
(bersambung)
Related Posts
Agama Penyembah Matahari | Mengenal Agama Kuno 3
Agama Penyembah Matahari | Mengenal Agama Kuno 1
Gagasan dan Keyakinan Kristen Tentang Keselamatan dan Kebenaran | Bagian 3
Gagasan dan Keyakinan Kristen Tentang Keselamatan dan Kebenaran | Bagian 2
Gagasan dan Keyakinan Kristen Tentang Keselamatan dan Kebenaran | Bagian 1
No Responses