Ternak Ayam Sebagai Sumber Pendapatan, Rabtah dan Tablig | Si Jengger dan Filosofinya

Ternak Ayam Sebagai Sumber Pendapatan, Rabtah dan Tablig | Si Jengger dan Filosofinya

MAsroor Library – Sejak satu bulan lalu, di halaman Rumah Missi (Kontrakan) Mubalig Daerah Papua Barat di depan gerbang KODAM XVIII/Kasuari, Arfai, Manokwari, terlihat seekor ayam tanggung. Ini tidak biasanya, sebab sebelumnya tidak pernah ada ayam yang masuk pekarangan. Selain karena rumah missi dikelilingi pagar dan gerbang, juga belum pernah ada ayam yang bertandang.

Melihat tampilannya, ayam itu adalah ayam jantan alias calon ayam jago. Mubalig Daerah Papua Barat memberinya nama Si Jengger. Memang, jengger kemerahan ayam itu sudah mulai tumbuh. Tampilannya terlihat gagah. Bulu-bulu khas sebagai ayam jantan pun mulai muncul.

Setelah hampir tiga minggu berada di rumah missi, suara kokokannya pun mulai terdengar meski masih tanggung. Tiap matahari akan terbit, kokokannya menyambut pagi. Lumayan berfungsi sebagai alarm alami untuk membangunkan penghuni rumah agar bergegas shalat tahajud dan shalat subuh.

Seminggu berikutnya alias ketika sudah hampir satu bulan, nampak ayam di rumah missi menjadi ada dua ekor. Keduanya sama-sama ayam jago, dan nampaknya ayam kedua itu adalah kakak dari Si Jengger tadi. Karena baru pertama masuk ke halaman rumah, ayam itu terlihat liar dan gelisah bila melihat Mubalig Daerah.

Beberapa hari kemudian, bertambah satu ekor lagi. Tetapi yang ketiga ini adalah betina. Bulunya berwarna hitam dengan bentuk lebih kecil dari kedua ayam jantan tadi. Bila sore, kedua ayam tadi kembali ke rumah pemiliknya. Sedangkan Si Jengger tetap tinggal di rumah missi. Tiap pagi hingga sore hari ketiganya berada di rumah missi.

Quwwat-e-Qudsiyyah Makhluk Hidup

Bila di kalangan ayam atau hewan saja ada semacam daya tarik alias quwwat-e-qudsiyyah, di kalangan para nabi terlebih lagi. Pendiri Jemaat Ahmadiyah menuliskan, bahwa quwwat-e-qudsiyyah Rasulullah Muhammad SAW adalah yang paling tinggi dan hebat.

Berkat adanya quwwat-e-qudsiyyah tersebut, penentang sengit dan musuh sehebat apapun akan luluh. Beberapa nama sahabat adalah contohnya. Siapa tidak kenal Hadhrat Umar ibn Khaththab RA sebelum menerima kebenaran Islam. Beberapa nama lain juga tidak perlu disebutkan.

Dengan adanya daya tarik pensucian (tasfiyyah), umat Islam di masa awal menjadi terbentuk dan terpola di tangan Rasulullah saw. Mereka kemudian menjadi manusia-manusia suci (quddusuwn) yang juga menarik manusia-manusia lainnya datang mendekat dan menerima kebenaran yang sama.

Program Tea Party Daerah Papua Barat

Untuk di Daerah Papua Barat, demikian juga telah dicoba daya magnetis anggota atau mubalig itu untuk menarik target rabtah dan tablig. Mubalig Daerah Papua Barat secara rutin mengundang berbagai pribadi dan komunitas untuk berkunjung ke rumah missi. Selama delapan bulan ditugaskan di Papua Barat, sudah banyak orang yang berkunjung ke rumah missi.

Daya magnetis ini dimiliki karena berbagai faktor. Ada faktor keilmuan, keaktifan dan kepedulian. Mereka yang berkunjung ke rumah missi biasanya memposisikan sebagai “yunior” atau “adik”. Inilah yang membuat mereka yang berkunjung terkadang tidak memikirkan masalah lainnya.

Jangan Meniru Ayam Betina

Ketika mengikuti Refresher Course Mubaligin Indonesia di Qadian, India selama dua bulan pada 2018 lalu, Mubalig Daerah Papua Barat dan para Mubalig lainnya mengunjungi National Library. Ada satu hal menarik yang disampaikan oleh pengurus Jemaat saat itu.

“Kita tidak boleh seperti ayam betina dalam pertabligan,” kata dia. Alasannya, “Ayam betina itu baru bertelur sebuah saja sudah ribut. Berkoteknya panjang dan terdengar kemana-mana. Nah, ketika ada satu orang yang baiat (MB), kita tidak boleh berkoar-koar seperti itu. Biarlah telurnya banyak dulu. Kalau sudah ribuan telur, mau berkotek juga silakan saja.”

Ini beliau ungkapkan karena pernah kejadian. Ada seorang dai yang melakukan pertabligan ke suatu lokasi di India, setelah ada satu orang yang baiat kemudian informasinya menyebar kemana-mana. Daerah itu menjadi heboh. Para ulama dan aparat akhirnya mulai melakukan penentangan. Terpaksa beliau turun kesana untuk menenangkan situasi.

Prospek Beternak Ayam di Papua Barat

Di Papua Barat, harga ayam terbilang fantastis. Satu ekornya –apalagi yang jantan– istilahnya “bisa mengalahkan harga kambing”. Minimal antara Rp 300.000,- hingga Rp 500.000,- Banyak anggota yang berpengalaman terkait kepemilikan ayam ini.

Oji Setiawan alias Abah Oji, anggota Jemaat Manokwari Selatan asal Jawa Barat pernah meraih keuntungan dari kepemilikan ayam ini. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila hingga kini, ayahanda dari Mln. Aang Khunaefi tersebut tetap memelihara ayam bahkan kambing di Wedoni.

Dengan kondisi alam yang masih banyak kebun dan hutan, otomatis bahan makanan (bama) pun tersedia di alam. Serangga, dedaunan, batu mineral, tanah menjadi rumpuan ayam-ayam itu untuk cepat menjadi besar dan beranak pinak.

Kini, bukan hanya Abah Oji yang memelihara ayam dan kambing. Ketua JAI Manokwari Selatan yang juga Zaim Anshar MC Manokwari 2020-2021 Bapak La Waku pun ikut memelihara ayam dan kambing. Ayam dan kambing itu seharian berkeliaran di pekarangan, begitu sore baru kembali ke kandang.

Begitu juga dengan Mubalig Lokal JAI Manokwari Selatan Mln. Basyiruddin Aziz pun ikut memelihara beberapa ekor ayam. Bahkan, kandangnya pun sudah diletakkan di samping rumah missi. Kandang itu terbuat dari kayu putih, yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai meja di dapur.

Ayam Sebagai Sumber Pendapatan, Rabtah dan Tablig

Tidak dapat dipungkiri, untuk anggota di Wedoni, Manokwari Selatan, Papua Barat, ayam dan kambing merupakan salah satu sumber penghasilan selain sayuran dan buah-buahan. Bila sudah waktunya, ayam atau kambing tersebut dapat dijual kepada pembeli yang memang sudah berlangganan.

Komplek anggota di Wedoni memang sudah dikenal sebagai komplek pemukiman Jemaat. Mereka yang memerlukan tomat, cabai, kelor, pepaya, pisang, jahe merah, kencur, terong, biasa datang ke tempat ini. Meski tidak terlalu sering –atau saat kondisi darurat– ayam atau kambing pun biasanya dijual sebagai sumber pendapatan.

Melalui komoditi tersebut akhirnya Wedoni telah dikenal sebagai komplek Jemaat. Bila dikelola dengan baik, maka hasilnya pun semakin baik lagi. Semoga ini akan membawa kemajuan untuk Jemaat ke depannya. []

Manokwari, 10 April 2021

Disusun Oleh:
Mln. Rakeeman R.A.N. Juman
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan