Sebulan Dua Kali Terserang Malaria | Mengenal Penyakit Endemik Papua

Sebulan Dua Kali Terserang Malaria | Mengenal Penyakit Endemik Papua
"Ternyata, di halaman Rumah Missi banyak terdapat tanaman untuk obat Malaria. Dalam Ayurvedic, yaitu ramuan herbal India disebutkan, bahwa 6700 tahun yang lalu, bayam duri (Amaranthus spinosis Linn) sangat ampuh untuk mengobati penyakit malaria. Begitu juga jambu batu, sereh dan jahe merah, dapat meningkatkan stamina ketahanan tubuh saat terserang malaria."

Masroor Library – Pada 9 September 2020, Mubalig Daerah Papua Barat [Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan] sekeluarga resmi menjadi warga Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Seminggu kemudian, Selasa (16/9) siang, dengan diantar jasa angkutan roda dua (ojek), Mubalig Daerah Papua Barat meluncur ke Kantor Dinas Kependudukan Manokwari. Setelah antri sekitar 10 menit, akhirnya KK dan KTP pun didapat.

Tujuan berikutnya adalah Toko Elektronik “Aman Jaya” untuk memesan seperangkat parabola dengan TV LED. Sesuai program “One Halqa One Parabola” (OHOP), rencananya di Mushala “Ahmad” Amban akan dilengkapi dengan parabola untuk menangkap tayangan MTA Internasional. Parabola ini adalah bantuan dari PPMA via SAN.

Setibanya di Mushala, ternyata badan terasa lemah dan menggigil. Akhirnya sambil menunggu kiriman parabola, Mubalig Daerah tiduran di dalam mushala. Beberapa saat kemudian kiriman parabola pun datang. Seperangkat parabola dan TV itu sementara disimpan di rumah Sekr. Dhiafat. Mubalig Daerah kembali ke rumah missi di Arfai dengan sepeda motor yang dikemudikan oleh Muhasib JAI Manokwari.

Kamis (18/9) sore, diantar Sekr. Ta’lim JAI Manokwari, Mubalig Daerah dan istri memeriksakan diri ke Suster Lily Umasugy, sekitar 100 meter dari rumah. Menurut info Suster asal Maluku Tengah yang masih kerabat Bupati Kabupaten Buru dan Kapolres Maluku Tengah itu, Mubalig Daerah kemungkinan terserang malaria. Karena tensi darah tidak memenuhi syarat untuk disuntik, akhirnya diberi resep obat saja. Sedangkan istri dapat disuntik karena tekanan darahnya normal.

Pesan Suster Lily, agar empat hari kemudian, kembali diperiksa lagi. Selama empat hari itu kondisi Mubalig Daerah menjadi semakin lemah dan sering muntah-muntah. Akhirnya, atas saran pengurus, Mubalig Daerah berobat ke dokter Firman di Taman Ria (Jalan Baru, Rendani). Dr. Firman beberapa periode pernah menjadi Direktur RSUD Manokwari. Dia juga dianggap sebagai dokter spesialis malaria.

Setelah uji laboratorium, akhirnya diketahui bahwa Mubalig Daerah terkena malaria. Kata dokter, malaria tersiana (Plasmodium vivax) atau malaria vivax.

“Boleh makan apa saja, kecuali yang pedas dan asam. Perbanyak makan buah-buahan,” kata dokter asal Makassar yang ramah dan murah senyum itu. Resep obat pun dibuat dan ditebus di apotek depan ruang periksa.

Penyebab Terserang Malaria

Malaria (Plasmodium malariae) pada umumnya disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Namun, di Papua dan Papua Barat, selain akibat gigitan nyamuk, ternyata juga diakibatkan oleh kelelahan, telat makan dan juga kepanasan/kedinginan.

“Saya merasa tidak pernah digigit oleh nyamuk,” kata Mubalig Daerah Papua Barat keheranan ketika dinyatakan positif terkena malaria tersiana.

Usut punya usut, ternyata Mubalig Daerah telah telat makan, kedinginan, kepanasan saat kunjungan keempat ke JAI Manokwari Selatan di Kampung Wedoni, Desa Persiapan Anyawi, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan. Jumat (11/9) pagi sebelumnya, diantar Ketua JAI Manokwari Selatan, Mubalig Daerah mengunjungi ibukota Kabupaten Manokwari Selatan di Ransiki dan melihat masjid bambu “Tete Cawat Merah” di Momi Waren.

Perjalanan pagi itu memang sangat dingin mengingat sepanjang jalan masih alami ditumbuhi pepohonan. Sesampai di Momi Waren hingga pulang kembali ke Wedoni, udara terasa panas. Ini dimaklumi karena Mubalig Daerah tidak mengenakan helm dan jaket. Begitu juga, saat waktu makan siang tiba, itu diabaikan juga.

Terasa Sesaat Usai Penutupan Malam Pelajar dan Madrasah

Saat mengimami shalat Dhuhur berjemaah bakda penutupan acara Malam Pelajar & Pra-Madrasah JAI Manokwari di Mushala “Ahmad” Amban, pengaruh malaria itu sudah terasa. Mubalig Daerah hampir-hampir tidak kuat mengimami shalat berjemaah tersebut dengan berdiri. Namun, saat itu masih kuat melaksanakannya.

Malam Pelajar & Pra-Madrasah dilaksanakan pada Sabtu-Minggu (12-13/9) alias sehari setiba Mubalig Daerah beserta keluarga dari Wedoni. Mungkin, ini juga yang menjadi salah satu penyebabnya: kelelahan! Aktifitas yang padat dan maraton menjadikan stamina agak turun, dan ini menjadi pintu masuk malaria menyerang.

Berobat di RS Kodim Manokwari

Karena dr. Firman beberapa kali tidak praktek lagi, maka pengurus menyarankan agar berobat di RS Kodim/1801 Manokwari yang diberi nama Johannes Abraham Dimara. Beliau adalah pejuang integrasi Papua Barat dengan pangkat terakhir Mayor. Alasannya, di RS Kodim, pasien relatif sedikit sehingga mengurangi resiko tertular Covid-19.

Dengan membawa hasil laboratorium dari Laboratorium Felesia, yang ternyata +2 (malaria tahap 2), maka dokter Adriyan menyarankan agar banyak istirahat (bedrest) dan mengkonsumsi buah-buahan. Pantangannya adalah makanan pedas dan asam.

Ini memang benar, ketika malaria tahap pertama sudah agak sembuh, namun karena makan rujak Natsepa, Ambon yang dipesan dari online, akhirnya malaria kambuh kembali. Bahkan, Mubalig Daerah muntah-muntah lebih parah. Asam lambung naik dengan drastis, padahal selama ini tidak pernah merasakan asam lambung. Jangankan asam lambung, maag saja tidak pernah.

Dr. Adriyan memberikan resep yang agak berbeda lagi dari resep yang pernah diberikan oleh Suster Lily dan dr. Firman. Ada enam jenis obat allopathy yang harus dimakan secara rutin tiap hari. Ini merupakan suatu kondisi yang tidak mengenakan, sebab seumur-umur jangankan allopathy, homeopathy saja jarang dikonsumsi. Ini harus menelan obat yang bentuk dan rasanya tidak biasa.

Periksa Yang Kedua Malaria Dinyatakan Tidak Ada

Empat hari setelah periksa pertama, akhirnya datang kembali pada Rabu (16/9) pagi ke RS Kodim 1801/Manokwari. Dr. Adriyan menyarankan agar uji laboratorium lagi langsung di RS Kodim. Hasilnya, ternyata alat canggih Hemoscreen menyatakan bahwa malaria sudah tidak ada! Hanya saja trombosit dan leukosit di bawah standar.

Dr. Adriyan yang menerima hasil laboratorium itu menjadi heran. “Menurut hasil lab ini, malarianya sudah tidak ada. Kemungkinan ada virus jenis lainnya yang menyebabkan penyakit ini. Ini bukan murni malaria. Oleh sebab itu sebaiknya periksa rapid test saja,” kata dia.

Dr. Adriyan berkesimpulan bahwa Mubalig Daerah tidak perlu periksa kembali. Berdasarkan hasil lab itu, hanya perlu meningkatkan leukosit dan trombosit saja. Artinya, konsumsi makanan yang dapat meningkatkan sel darah putih dan keping darah itu perlu diperbanyak.

Menggunakan Resep Herbal dan Terapi Pijat Refleksi

Selain menggunakan obat allopathy dan homeopathy, Mubalig Daerah juga melakukan terapi pijit alias refleksi. Beberapa kali pengurus JAI Manokwari yang bisa memijit melakukan pemijitan. Di antaranya oleh Ketua dan Sekr. Ta’lim. Begitu juga yang dari Wedoni.

Untuk obat herbal, karena asam lambung sering muncul dan menyebabkan pahit di mulut, maka selain obat dari dokter juga dilakukan terapi herbal. Selain minuman susu murni dan jambu biji, juga menggunakan kopi petay china alias kemlandingan alias petay Selong alias tembara (temboro) atau dikenal sebagai tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala).

Untuk petay china atau lamtoro ini, di Ransiki, ibukota Kab. Manokwari Selatan masih banyak ditanam di sepanjang jalan sebagai peneduh. Di Kab. Manokwari sendiri masih ada di beberapa lokasi, meskipun kadang sudah banyak ditebang. Sekr. Ta’lim membawakan baik kopi petay china maupun lamtoro yang masih muda untuk lauk makan.

Harapan Kesembuhan

Dalam harapan Mubalig Daerah, tgl. 20 Oktober 2020 sudah sembuh kembali dari malaria. Ini berdasarkan pengalaman sebelumnya ketika terserang malaria untuk pertama kali, 16 September 2020.Tujuh hari kemudian sudah sembuh kembali. Begitupun tahap kedua, bila kambuh tgl. 12 Oktober 2020, maka diperkirakan akan sembuh tgl. 20 Oktober 2020.

Alhamdulillah, dengan karunia ALLAH Ta’ala, tgl. 20 Oktober 2020 itu kondisi Mubalig Daerah sudah mulai pulih. Mengangkat galon, mengerjakan tugas-tugas administratif dan melakukan perjalanan jarak pendek. Bahkan, Mubalig Daerah sudah bisa menyampaikan khotbah Jumat di Mushala “Ahmad” Amban yang jaraknya sekitar 30 kilometer atau 30 menit perjalanan.

Senin (26/10) malam, Mubalig Daerah diminta memberikan motivasi kepada HMI Komisariat UNIPA di Aula KNPI. Sesuai jadwal, Mubalig Daerah beserta keluarga juga kembali melakukan kunjungan ke Wedoni, dimana anggota JAI Manokwari Selatan tinggal. Selama beberapa hari disana, aktifitas berjalan dengan normal. Mulai dari rapat, khotbah Jumat dan aneka kegiatan lainnya.

Sekembali dari Wedoni, Sabtu (31/10) sore juga mengisi acara Pengajian Rutin bertema Maulid/Siratun-Nabi. Yang selama ini shalat pun dilakukan sambil duduk, kini sudah bisa melakukannya dengan berdiri. Selama 30 menit, ceramah pun bisa disampaikan sambil berdiri.

Hikmah Terserang Malaria

Dengan terserang malaria, ternyata Mubalig Daerah kemudian banyak membaca literatur terkait penyakit endemik Papua ini. Khususnya mengenai metode dan cara pengobatannya, serta obat herbal yang bisa dipergunakan untuk menyembuhkan penyakit ini dan tanaman untuk stamina.

Ternyata, di halaman Rumah Missi banyak terdapat tanaman untuk obat Malaria. Dalam Ayurvedic, yaitu ramuan herbal India disebutkan, bahwa 6700 tahun yang lalu, bayam duri (Amaranthus spinosis Linn) sangat ampuh untuk mengobati penyakit malaria. Begitu juga jambu batu, sereh dan jahe merah, dapat meningkatkan stamina ketahanan tubuh saat terserang malaria.

Secara tidak sadar, selama ini –begitu juga saat terserang malaria– istri biasa memasakkan daun bayam duri liar yang terdapat di halaman samping rumah itu. Biasanya dibuat oseng dengan campuran jagung manis dan daun salam, bawah merah, bawang putih serta rempah lainnya.

Benarlah sabda Rasulullah saw, “Likulli dain dawaaun.” (Bagi setiap penyakit ada [telah disediakan pula] obatnya). Tinggal bagaimana upaya memanfaatkan obat tersebut yang terkadang ada di sekitar kita sendiri.

Upaya Ruhani Melalui Doa

Selain upaya penyembuhan melalui sarana duniawi, dilakukan juga upaya secara rohani lewat doa atau meminta didoakan kepada pihak-pihak tertentu. Ada yang langsung, ada juga yang lewat aplikasi.

Surat permohonan doa kepada Hadhrat Khalifatul Masih V atba pun dikirimkan, dengan meminta rekan di London buatkan langsung. Surat itu dalam bahasa Urdu dan disampaikan kepada Imam Jamaah Muslim Ahmadiyah, Hudhur V atba tercinta. Selama satu bulan, dua kali juga menggunakan aplikasi “Surat ke Hudhur” untuk permohonan doa. Anak-anak (Tova & Yafa) pun tidak ketinggalan menggunakan aplikasi tersebut untuk memohon doa kepada Hudhur bagi ayahnya.

Sejak Hadhrat Khalifah V atba menyampaikan bacaan doa selama pandemik, doa itu pula yang selalu dibaca usai Doa Program Rohani untuk Kemenangan Islam yang Besar. Doa itu adalah, “Allahumma inni a’udzubika min al-barash wa al-junuwn wa al-judzam wa min sayyi al-asqam.”

Pimpinan, dalam hal ini Mubalig Incharge juga menghubungi dan memberikan motivasi serta resep agar segera pulih dari malaria. “Makan biji mahoni atau teh manis diberi beberapa tetes minyak kayu putih murni,” pesan beliau via pesan singkat WhatsApp (WA) ketika Mubalig Daerah sedang dalam perjalanan kembali dari periksa di RS Kodim 1801/Manokwari ditemani istri dan Amir Daerah Papua Barat. []

—o0o—

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Selesai ditulis pada hari Ahad (1/11) pkl. 22.21 WIT
di Rumah Missi Mubalig Daerah Papua Barat
di Arfai, Anday, Manokwari, Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan