Kesan Angker Rumah Kontrakan | Lama Tidak Dihuni Atau Alasan Lain ?

Kesan Angker Rumah Kontrakan | Lama Tidak Dihuni Atau Alasan Lain ?
"Pak, berani sekali tinggal di rumah itu. Selama ini tidak ada yang berani kontrak disana sejak terjadi kasus itu. Makanya, ketika tadi saya tanya tinggal dimana, Pak jawab di rumah itu. Saya hampir tidak percaya. Hanya mereka yang memiliki ilmu yang mau dan bisa tinggal disitu."

Masroor Library – Rumah kontrakan yang dijadikan sebagai Rumah Missi Mubalig Daerah Papua Barat itu berada di sekitar KODAM XVIII/Kasuari. Persisnya di depan gerbang masuk KODAM, lorong pertama yang ke arah pantai. Secara administratif, berada di lingkungan RT 001 RW 001 Jl. Trikora Arfai I, Kelurahan Anday, Distrik Manokwari Selatan, Kab. Manokwari.

Rumah yang didominasi cat berwarna oranye itu berada paling ujung dari jalan raya. Tepatnya, rumah ketiga atau rumah pertama dari bibir pantai. Rumah itu memiliki luas sekitar 112 meter persegi. Sedangkan luas tanahnya sendiri sekitar 250 meter persegi. Masih ada sisa tanah di halaman samping sekitar 140 meter persegi lagi.

Pokok jati dengan diameter 30 centimeter dan tinggi 10 meteran berada di halaman samping. Tampaknya pohon jati itu telah ditanam sejak sekitar 10 tahunan lalu. Pagar beton baru saja selesai dibuat, membatasi bagian sebelah timur rumah. Material pasir dan bebatuan serta kayu bekas bongkaran rumah tampak menumpuk di pinggir halaman.

Bila dilihat dari depan, rumah itu tampak mewah. Pagar besi yang kokoh menjadikan kesan mewah semakin bertambah. Teras seluas 12 meter persegi mempercantik bagian depannya. Begitu juga atap teras yang terbuat dari baja ringan, melindungi bagian depan dari panas dan hujan. Saluran air tampaknya juga telah dibuat sedemikian rupa untuk menghindari banjir atau sekedar genangan air.

Bagian dalam rumah itu terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu ruang makan, tiga kamar, dua kamar mandi, sebuah dapur lengkap dengan westafel dan tempat cuci pakaian. Sebuah selasar menghubungkan dari bagian dapur hingga ke depan rumah. Lebarnya sekitar satu setengah meter dengan panjang 14 meteran. Secara sepintas, rumah itu tidak memperlihatkan kesan angker. Apalagi setelah dicat berwarna oranye. Kesan yang ada justru suasana ceria dan hidup. Bila malam hari lampu dinyalakan, dindingnya memendarkan warna yang terang. Hanya karena luas, ada kesan pengaruh jarak. Artinya, bila sendirian berada di dapur, kesan itu akan terasa.

Menurut penuturan beberapa tetangga, rumah itu sudah lama tidak dihuni. “Ada sekitar tujuh tahunan,” kata pemilik Warung Bakso & Mie Ayam “Blitar Putra” di bawah Kodam, sebelah rest area kendaraan yang akan keluar kota. “Rumah itu angker sekali. Apalagi sejak ada yang meninggal secara misterius. Orangnya seusia saya,” kata dia melanjutkan. Beberapa kali rumah itu memang pernah ditempati. Yang tercatat, misalnya oleh pedagang bakso dan seorang ustad. “Sekarang yang pedagang bakso itu pindah ke rumah yang depan itu. Sedangkan Ustad Arfan telah pindah ke Sorong dan kini ada di Jakarta. Itu sekitar tujuh tahun yang lalu,” paparnya.

Sejak saat itu, rumah itu tidak ada yang menempati lagi. Kemudian rumah itu dijual oleh pemiliknya. Rumah itu kemudian direnovasi dan dilengkapi dengan pagar beton di sisi bagian timurnya. Saat ini Jemaat Lokal Manokwari mengontrak ke pemilik barunya, yang merupakan aktifis dan ketua suatu partai politik. Ketika pertama kali tiba di rumah itu, rumputnya sudah tinggi. Bagian dalamnya juga masih relatif kosong. Hanya ada beberapa barang, di antaranya barang-barang inventaris Jemaat dan juga barang milik anggota yang sementara dipinjamkan. Kini, perabot di dalamnya sudah mulai dilengkapi oleh Mubalig Daerah Papua Barat dengan menggunakan dana pribadi sambil proses pengajuan kelengkapan rumah ke PB.

Setelah 20 hari genap di Manokwari, kini rumah itu telah terlihat lebih hidup dan ceria. Tidak ada lagi kesan angker dan seram seperti sebelumnya. Hawa manusia telah melingkupinya, mengusir hawa sebelumnya yang angker. Ayat-ayat Suci Al-Qur’an dari bacaan sewaktu shalat atau mengaji selalu menggema minimalnya tiga hingga lima kali dalam sehari. Oleh sebab itu, agar hawa manusia mendominasi di rumah itu, maka kegiatan-kegiatan yang baik terutama yang terkait dengan mengaji dan doa ‘alaniyyah harus terus dilaksanakan. Shalat berjamaah lima waktu dan doa Rohani Program dengan suara keras selalu diperdengarkan. Tujuannya, agar hawa negatif yang sebelumnya menguasai rumah itu, perlahan mulai hilang.

Begitu juga dengan penataan perpustakaan dan foto-foto Pendiri Jemaat dan Hadhrat Khalifah akan semakin menjadikan rumah itu terang secara rohani. Apalagi bila parabola Muslim TV Ahmadiyya (MTA) pun sudah dipasang dan ditayangkan secara rutin tiap hari. InsyaAllah, rumah itu akan penuh dengan berkat-berkat rohani yang istimewa karena langsung diisi dengan materi kerohanian dari Hadhrat Khalifah Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as. []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan