Gebrakan Rabtah di Fakfak dan Kaimana Papua Barat | Public Relations Diharapkan Semakin Meningkat

Gebrakan Rabtah di Fakfak dan Kaimana Papua Barat | Public Relations Diharapkan Semakin Meningkat
"Yang satu (Sekr. Tablig) harus melaksanakan rabtah untuk tujuan tablig dan yang lainnya (Sekr. Umur Kharijiah) harus melaksanakannya untuk tujuan public relations, untuk meningkatkan hubungan."

Masroor Library – Fakfak, Papua Barat [3/12] Daerah Papua arat melaksanakan rabtah dengan menggunakan motto: Kenal itu Awal, Undangan Merupakan Pengakuan dan Diminta Solusi adalah Eksistensi. Motto ini pernah dicoba dilaksanakan sebelumnya oleh Mubalig Daerah Papua Barat saat masih menjadi Sekr. Umur Kharijiah JAI Markaz, Kemang, Bogor (2016). Ternyata, motto ini sangat aplikatif, bisa diterapkan dimana saja termasuk di Papua Barat.

Pertama, motto “Kenal itu Awal”. Maksudnya, perkenalan itu merupakan tahap awal. Setiap anggota Tim Rabtah, baik Pengurus maupun Mubalig atau anggota Jemaat pada umumnya dapat melakukan perkenalan dengan terukur. Terukur disini artinya sudah difikirkan sebelumnya mengenai siapa yang akan dijadikan sebagai teman perkenalan tersebut.

Bila ia adalah seseorang dengan kedudukan sebagai Camat tentu berbeda perlakuannya dengan yang hanya Kepala Desa atau masyarakat biasa. Intinya, perkenalan adalah awal pintu masuk bagi kita untuk ke depannya. Kenal awal mungkin cukup hanya dengan bersalaman, atau bersalaman dan menyebutkan nama serta asal, atau setelah semua itu diakhiri dengan bertukar nomor kontak dan foto bersama.

Untuk memastikan dan memperpanjang waktu, saat meminta nomor HP atau sebaliknya, mintalah dia missed call ke nomor kita atau kita calling ke nomor dia. Dari sini kita lebih yakin akan kebenaran nomornya. Tanya juga bila ada nomor lain lagi, tentunya untuk cadangan kalau-kalau nomor yang pertama tidak aktif apalagi berbeda operator.

Dalam proses perkenalan singkat, isi pembicaraan diatur sedemikian rupa sehingga poin-poin mengenai identitas orang tersebut bisa tergali dalam waktu cepat. Bila waktunya panjang, upayakan agar semua informasi bisa mengalir dan mengkonfrontirnya hinga dua-tiga kali. Bila kita sudah memperkenalkan diri, kemudian sasaran perkenalan kita itu tidak alergi dengan foto bersama, maka artinya secara normatif tidak ada pengaruh secara psikologis bagi dia. Namun, bila ia enggan, kemungkinan dia antipati dengan Jemaat. Ada orang yang mengatakan, bahwa melalui perkenalan, kita bisa menjadikan dia itu sebagai kawan atau lawan. Jadi, sejak awal kita sendiri sudah memperlakukan dan memposisikan dia sesuai dengan hasil akhirnya.

Sedangkan motto “Undangan itu Pengakuan” menjadi tolok ukur bahwa kita sudah mulai “diakui”. Undangan bisa bermacam-macam bentuk dan ragam kegiatannya. Undangan yang paling lumrah, adalah undangan hajatan (kenduri). Meskipun memang kita belum begitu akrab, hadiri saja undangan semacam ini.

Undangan lainnya adalah terkait dengan kegiatan RT/RW, Desa, Kecamatan, Pisah-Sambut Pimpinan, Peresmian, Momen Besar, Perayaan tertentu dan lain-lain. Undangan bisa melalui surat tertulis ataupun hanya sekedar via SMS/WA/telpon atau lisan sekalipun. Intinya, dengan adanya suatu undangan ini artinya eksistensi kita sudah dianggap alias dijadikan sahabat oleh dia. Kesempatan bagi kita untuk lebih banyak mengenal orang-orang yang lainnya dengan memanfaatkan keberadaannya.

Motto berikutnya “Diminta Solusi adalah Eksistensi”. Diminta solusi maksudnya adalah kita diminta menyelesaikan suatu persoalan atau masalah atau sesuatu yang bagi dia/mereka itu dianggap sebagai beban. Terkadang kita diminta menjadi teman bicara atau tempat diminta pertolongan. Bentuk solusi pun bermacam-macam. Ada kalanya, solusi yang diminta hanya sebatas jawaban pemikiran, kali lain dalam bentuk partisipasi tenaga atau yang lebih jauh lagi sumbangan dana atau barang tertentu. Adakalanya solusi itu kadang tidak diminta tapi kita sendiri yang setelah melihatnya langsung memberikan pendapat atau bantuan.

Beberapa hari sejak tiba di tempat tugas perdana di Fakfak, Papua Barat, Mln. Hadid Mohammad Talha mulai aktif menjalin komunikasi dengan pihak ghair-Ahmadi. Mubalig Daerah Papua Barat memberikan beberapa petunjuk terkait rabtah disana termasuk beberapa nomor kontak rekan ghair Ahmadi. Saat sedang mengenali lingkungan tempat tugas, beberapa orang juga telah didapat sebagai teman. Di antaranya dengan Ahmad Kuda asal Kokas. Meskipun langsung pada motto “Diminta Solusi adalah Eksistensi”, namun moto “Kenal itu Awal” juga terjadi. Tinggal motto kedua yaitu “Undangan itu Pengakuan”. Bila tidak ada undangan juga, bisa langsung didatangi ke alamat yang sudah dipegang.

Begitu juga dengan Ustad Enjang. Motto “Kenal itu Awal” telah dipraktekkan oleh Mubalig Fakfak. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila kemudian ada undangan. “Nanti malam saya diajak silaturahmi sama beliau ini. Katanya kita keliling aja,” kata Mubalig lulusan Jamiah Ahmadiyah Internasional Indonesia tahun 2020 dengan grade Mubasyir (Mbsy.) tersebut. Alhasil, selama hampir satu bulan ditugaskan di Fakfak, sudah mulai banyak hubungan yang bisa dijalin. Selain dengan Ustad Enjang, juga dengan tokoh-tokoh lain. Misalnya, dengan Pdt. Dr. Ronald Helweldery alias Bapen Ronny, Sekretaris Umum Gereja Pekabaran Injil (GPI) Papua di Fakfak. Ronny yang adalah Antropolog jebolan UGM Yogyakarta merupakan teman dari Mubalig Daerah Papua Barat.

Nama lainnya adalah Jumali, Ketua GP Ansor Fakfak dan Baraweri, seorang intel polisi. Sebagai pintu masuk, Mubalig Fakfak menggunakan sosok Imanuel Hindom alias Manu. Manu ini adalah Ketua Pemuda GPI Fakfak yang juga Koordinator Gerakan “Fakfak Mengajar”. Beberapa nama lain juga sempat dijalin komunikasi.

Dari Manokwari, Mubalig Daerah Papua Barat selalu memonitor perkembangan rabtah di Kabupaten Fakfak tersebut. Misalnya, ketika ternyata diketahui bahwa Ustad Enjang adalah personel TNI di Kodim 1803/Fakfak, maka Mubalig Daerah pun menghubungi Komandan Kodim 1803/Fakfak, Letkol. Inf. Doddy Yudha, S.I.P., M.Tr. (Han.). Ini untuk lebih memberikan bobot psikologis dari hubungan tersebut.

Sedangkan untuk di Kaimana, Mubalig Kaimana Mln. Hamid Sirfefa juga tetap aktif menjalin hubungan dengan berbagai pihak. Hubungan tersebut salah satunya melalui latar belakang marga. Seperti diketahui, marga Sirfefa banyak terdapat di Kaimana. Termasuk Wakil Bupati Kaimana Dr. Ismail Sirfefa, S.Sos., M.H. yang masih kerabat Mubalig Lokal Kaimana. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila Mln. Hamid Sirfefa sering berkunjung ke rumah dinas Wakil Bupati.

Seperti halnya di Fakfak, Mubalig Daerah Papua Barat juga memiliki kenalan lama di Kaimana. Sebut saja nama: Drs. Hamid Sirfefa, M.Si., pernah menjadi penasihat MUI Kaimana. Lalu ada Sahri dan juga Safar al-Mudatsir Furuada, keduanya adalah dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Mahdi, Kaimana.

Semoga derap rabtah untuk public relations semakin meningkat di Papua Barat. Dengan demikian, harapan Imam kita tercinta dalam Khotbah Jumat tgl. 15 Juli 2016 di Masjid “Baitul Futuh” London, Inggris akan semakin terlaksana. Bahwa, “Tujuan utama adalah untuk mengenalkan Jemaat dan agama sehingga dapat membimbing dunia menuju Allah Ta’ala, dan juga untuk menarik perhatian mereka kepada perdamaian di dunia.”

Dan, “Tujuan kita BUKANLAH UNTUK MENDAPATKAN PUJIAN secara duniawi. Tujuan utama kita adalah untuk menyenangkan Allah Ta’ala dan membuat Allah Ta’ala ridha. Jika bidang-bidang tersebut BEKERJA BERSAMA-SAMA, maka hasilnya akan MENJADI LEBIH BAIK BERKALI-KALI LIPAT.” []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan