“Saya senang Jalsah bisa dilaksanakan di Papua Barat terutama di Wedoni. Bila dilaksanakan di lokasi lain, kami akan kesulitan untuk dapat hadir. Kendala jarak dan mahalnya biaya transportasi menjadi hambatan untuk kami bisa hadir ke Jalsah.”
Masroor Library – Namanya Oji Setyawan, biasa dipanggil Abah Oji. Aslinya dari Cianjur, Jawa Barat. Abah Oji dan beberapa keluarga besarnya hijrah dari Cianjur ke Papua Barat pada 2012 lalu. Beberapa kali berpindah tempat: mulai dari Manokwari (SP 7), Kaimana (Kilo Nol) hingga Manokwari Selatan (Wandoki/Wedoni).
Pada Jalsah Salanah Nasional 2023 di Daerah Papua Barat, Abah Oji merupakan peserta tertua. Lelaki kelahiran dua hari setelah kemerdekaan RI (1945) itu tinggal di Wedoni, titik utama Jalsah di Daerah Papua Barat.
Selama beberapa tahun, Abah Oji dan istri, Umi Solihat tinggal di sebelah shalat centre/Mushala “Masroor” Wedoni. Menempati ruangan papan berukuran sekitar 12 meter persegi. Kini, Abah Oji telah membangun rumah sendiri. Rumah permanen itu terletak di sebelah barat Mushala.
Selama Jalsah, rumah Abah Oji itu difungsikan sebagai tempat acara dan juga tempat menginap kaum perempuan. Sedangkan bagian samping dirombak menjadi tempat makan alias langgarkhanah.
Meskipun dalam suasana Jalsah, Abah Oji masih sempat menggarap kebun yang terletak di depan Mushala. Sebab, perbedaan waktu dua jam, menyebabkan acara baru dimulai pkl. 10:00 atau 11:00 WIT di timur ini. Abah Oji dapat merawat kebunnya yang sekarang ditanami tomat, terong dan bawang daun.
“Saya memang senang berkebun. Dari berkebun inilah kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi,” ungkap ayah dari Maulana Aang Khunaefi, Mubalig Daerah Sulawesi Tenggara di Kendari tersebut, Sabtu (7/1) pagi. “Sebagian hasil berkebun itu dijual ke pasar, sisanya untuk keperluan sendiri.”
Karena berlimpahnya sayuran di komplek pemukiman Jemaat di Wedoni, maka tiap ada acara Jemaat, baik Lokal, Regional maupun Nasional, kebutuhan sayuran bisa terpenuhi. Begitu juga saat Jalsah Salanah 2023 ini dan sebelumnya acara KPA Usia Remaja, 25-29 Desember 2022.
“Saya senang Jalsah bisa dilaksanakan di Papua Barat terutama di Wedoni. Bila dilaksanakan di lokasi lain, kami akan kesulitan untuk dapat hadir. Kendala jarak dan mahalnya biaya transportasi menjadi hambatan untuk kami bisa hadir ke Jalsah,” pungkasnya.
Memang, kendala jarak dan tingginya bea transportasi di Papua Barat, menyebabkan lokasi Jalsah pun dibagi lagi menjadi tiga titik yang sebelumnya hanya satu titik saja. Bahkan, sebelumnya lagi, Panitia Pusat mewajibkan harus ikut ke Kurik, Provinsi Papua. Sesuatu yang tidak mungkin terlaksana. Sebab untuk dapat hadir di lokasi dalam Provinsi Papua Barat sendiri pun masih banyak kendala. []
Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Pengalaman Bertabligh di Kalangan Sastrawan
Mutasi : Antara Kebutuhan, Penyegaran dan Pengkhidmatan
Mutasi: Momen Mengukur Kuantitas dan Kualitas Rabtah Serta Merekatkan Silaturahmi
Kembali ke Papua Barat Dengan Segudang Pengalaman Berat
Dua Agenda Berdekatan di Bulan Mei Sebagaimana Dikabarkan Dalam Mimpi
No Responses