Masroor Library – Hadhrat Masih Mau’udAS menyatakan dalam karyanya Tadhkiratu Shahadatain (The Narrative of Two Martyrdoms), “Iman Kristen kehilangan pijakan setiap hari di bidang penalaran dan akal sehat dan para cendekiawan besar Kristen meninggalkan keyakinan lama mereka. Bahkan, kaisar Jerman telah berbicara tentang melepaskan keyakinannya. Ini membuktikan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa berkehendak agar kepercayaan Kekristenan dilenyapkan dari muka bumi melalui argumen-argumen rasional.” (Tadhkiratu Syahadattain, hal. 32)
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Hadhrat Masih Mau’ud (as) menulis buku ini pada tahun 1903. Kaisar Jerman – atau Kaiser – pada saat itu adalah Wilhelm II.
Setelah menemukan bagian dari Hadhrat Masih Mau’ud as ini, kami memutuskan untuk mencari tahu di mana dan bagaimana perubahan keyakinan ini terjadi di hati Kaiser Wilhelm II. Ceritanya panjang dan cukup banyak, tapi mari kita lihat sekilas.
Di persimpangan abad ke-19 dan ke-20, banyak raja Eropa berasal dari keturunan atau keluarga besar Ratu Victoria (hidup pada 1837-1901. Beliau Ratu Inggris, keturunan dinasti Hannover, sebuah keturunan Jerman yang memerintah Inggris sejak 1714. Ratu Victoria menikah dengan Pangeran Albert dari Saxe-Coburg-Gotha, Jerman). Wilhelm II adalah cucu Ratu Victoria dari pihak ibu dan dengan demikian sepupu ketiga dari Tsar Nicholas II dari Rusia. Keduanya (Raja Jerman dan Raja Rusia) bergandengan tangan melawan sepupu lain yang kebetulan adalah raja Inggris.
Di tengah masa penjajahan, Rusia, Jerman (atau Prusia) dan Inggris sibuk merebut berbagai tanah di Asia. Aliansi dengan Ottoman (Dinasti Usmaniyah di Turki) banyak dicari karena mungkin bisa membuat banyak perbedaan.
Wilhelm II mengunjungi Sultan Ottoman dalam beberapa kesempatan. Salah satunya adalah pada bulan Oktober 1898 ketika dia menjadi tamu Sultan Abdul Hamid dan tinggal di Konstantinopel selama beberapa waktu.
Dia terus berhubungan dengan sepupunya Tsar Nicholas II melalui surat. Surat-surat ini kemudian diperoleh dari Arsip Pemerintah di Petrograd di Rusia oleh Isaac Don Levine – staf koresponden Chicago Daily News – yang membawa salinannya ke London. Kemudian disusun dalam bentuk buku oleh NF Grant, buku tersebut diberi judul The Kaiser’s Letters to the Tsar – Surat-Surat Kaisar Jerman kepada Tsar Rusia – dan pertama kali diterbitkan oleh Hodder and Stoughton, London pada tahun 1920.
Sebuah surat bertanggal 9 November 1898 sangat menarik karena mengungkapkan perubahan hati kaisar. Di sini kami mengutip beberapa bagian dari surat tersebut: “Pengakuan dan sekte-sekte yang beraneka ragam dan berbeda dari iman Kristiani umum kita telah berbuat terlalu banyak dalam hal pembangunan gereja, pendirian biara, kapel, dll., pada apa yang disebut ‘Tempat Suci Tradisional’.
Hal ini telah menyebabkan semacam persetujuan perlombaan untuk pembangunan menara tertinggi atau gereja terbesar, yang sama sekali tidak selaras dengan situs tempat mereka didirikan. Sebenarnya orang bisa menyebutnya pameran model-Gereja! Hal ini juga mempengaruhi para pendeta dari gereja-gereja yang berbeda, yang memiliki kesenangan dalam intrik dan rancangan politik yang memupuk kebencian bukannya cinta kasih, dan menyebabkan perkelahian bebas dan pertempuran di gereja-gereja bukannya pembacaan Mazmur dan hubungan persahabatan. Tapi yang lebih buruk lagi, mereka telah menciptakan pemujaan terhadap batu-batu dan kayu, yang dilarang dalam perintah ke-2 dari 10 perintah Tuhan, bukan Ketuhanan itu sendiri…[1]
“Sangat alami ini – saya mohon maaf – pemujaan Fetish telah menciptakan penghinaan tertinggi bagi orang Kristen dengan Muslim.”[2]
“Perasaan pribadi saya meninggalkan kota suci [maksudnya mungkin, Yerussalem] adalah bahwa saya merasa sangat malu di hadapan umat Islam dan jika saya datang ke sana tanpa agama sama sekali, saya pasti akan berubah menjadi seorang Mahommetan (pengikut Muhammad atau Muslim)!”
Kita sekarang melihat surat lain yang ditulis oleh Kaiser Wilhelm II. Surat ini tercatat dalam sebuah buku berjudul The Kaiser’s Memoirs: Wilhelm II, Emperor of Germany 1888-1918. Buku tersebut diterbitkan oleh Harper & Brothers Publishers, London, pada tahun 1922. Surat tersebut ditujukan kepada Friedrich von Hollman – kaki tangan dekat dan orang kepercayaan – dalam sebuah surat tertanggal 15 Februari 1903. Dikutip di bawah ini adalah kutipan dari surat ini: “Hal ini dengan sendirinya -membuktikan bahwa Perjanjian Lama berisi sejumlah besar bagian yang murni karakter manusia-historis (sejarah) dan bukan ‘Firman yang diwahyukan Tuhan’. Ini murni deskripsi historis (penjelasan atau gambaran sejarah) dari segala macam peristiwa, yang terjadi dalam kehidupan orang Israel dalam wilayah politik, agama, moral, dan kehidupan spiritual…
“Sejauh yang saya ketahui, saya dipimpin oleh hal di atas hingga pada kesimpulan berikut ini:
Saya percaya pada satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa.
Kami, manusia, membutuhkan-Nya, untuk mengajari, sebuah Bentuk ajaran, terutama untuk anak-anak kami.
Bentuk ini sampai sekarang adalah Perjanjian Lama, seperti yang kita kenal sekarang. Bentuk ini pada dasarnya akan diubah melalui penelitian, prasasti, dan penggalian; tetapi itu tidak akan membahayakan, fakta bahwa, dengan demikian, banyak halo (lingkaran kekeramatan) dari orang-orang terpilih akan hilang, tidak akan menyebabkan kerugian apa pun. Inti dan isinya selalu sama: Tuhan dan pengaruh-Nya.
“Agama tidak pernah merupakan hasil dari ilmu pengetahuan, tetapi sesuatu yang mengalir dari hati dan keberadaan manusia, melalui hubungannya dengan Tuhan.”
Surat di atas ditulis oleh Kaiser pada bulan Februari 1903. Buku Tadhkiratu Syahadatin ditulis oleh Hadhrat Masih Mau’ud (as) pada bulan Oktober 1903.
Sementara korespondensi di atas membuktikan pernyataan Hadhrat Masih Mau’ud (as) adalah benar tentang keyakinan seorang kaisar Eropa, itu juga membuktikan betapa tajamnya Hadhrat Masih Mau’ud (as) tetap mendapat informasi tentang apa yang terjadi di dunia.
John Lewis-Stempel, menulis untuk The Express, London menyatakan bahwa “kaiser memeluk Islam dimulai dengan kunjungan dia pada tahun 1889 ke Turki… Kunjungan selanjutnya ke Yerusalem, kemudian di bawah naungan Sultan penyanjung yang sama, meninggalkan Kaiser yang terkesan menyatakan bahwa telah dia tiba pada agnostik, ‘Saya pasti akan menjadi Mahometan!’
“Segera Kaiser menyebut dirinya ‘Hajji Wilhelm’, pelindung umat Islam”. (The Express, 12 Oktober 2014)
Wolfgang G Schwanitz – seorang sejarawan Jerman-Amerika di Timur Tengah – menyatakan dalam karyanya Die Dutschen und der Islam bahwa “Orang Iran masih bercerita tentang ‘Hajji Wilhelm Muhammad’, yang konon masuk Islam”.
Kita tahu bahwa dia tidak masuk Islam, tetapi dari bukti-bukti sejarah yang dikutip di atas, kita menemukan bahwa dia telah menjauh dari Kristen dan lebih dekat ke Islam seperti yang dikatakan Hadhrat Masih Mau’ud (as) dengan sangat benar.
Kami berharap dan berdoa agar bangsa Jerman segera melihat cahaya Islam yang sebenarnya. Jemaat Muslim Ahmadiyah menunggu dengan tangan terbuka untuk merangkul mereka.
Penulis: Asif M. Basit
Penerjemah: Mln. Dildaar Ahmad Dartono
Sumber: https://www.alhakam.org/kaiser-wilhelm-ii-the-german-king-who-loved-islam/
[1] Perintah kedua: “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi.” Sepuluh perintah Taurat terdapat dalam dua Kitab Perjanjian Lama. Pertama adalah Keluaran 20:2-17. Kedua adalah Ulangan 5:6-21. Turner Philip dalam The Ten Commandments in the Church in a Postmodern World menyatakan bahwa hampir sepanjang sejarah Kekristenan, dekalog ini dipandang sebagai ringkasan hukum Allah dan tolok ukur perilaku, pusat kehidupan Kristen, kesalehan, serta ibadah.
[2] Fetish adalah kelainan seksual yang menyebabkan penderitanya memiliki gairah seksual terhadap benda mati, seperti kain jarik, celana, sepatu, dan benda mati lainnya. Orang dengan gangguan fetish sering menggunakan benda-benda tersebut saat berhubungan seksual. Bahkan tak jarang benda mati ini juga dipakai untuk menggantikan hubungan yang sesungguhnya dengan orang lain. https://www.merdeka.com/jateng/fetish-adalah-kelainan-seksual-ketahui-ciri-ciri-dan-penyebabnya-kln.html
Related Posts
Meneliti Manuskrip Kuno Al Quran Daun Lontar
Kunjungi Ciaruteun Ilir dan Pasir Muara Telisik Prasasti Tinggalan Kerajaan Tarumanegara
Gotrasawala Panitia Pangeran Wangsakerta | Belajar dari Lembaga Penulisan, Penyalinan dan Penerjemah Naskah/ Manuskrip pada Masa Kasultanan Cirebon
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar | Menelisik Jejak Pakuan Pajajaran dan Toponimi Lokasi di Sekitar Kampus Mubarak
No Responses