Seberkas Suara dalam Mimpi yang Memotivasi untuk Berbagi

Seberkas Suara dalam Mimpi yang Memotivasi untuk Berbagi
Bpk. Nasir Ahmad Sarido (75 thn) yang difoto oleh Mln. Murtiyono Yusuf Ismail sebelum mencapai rumah missi Jemaat Piyungan.

Masroor Library – Piyungan,Daerah Istimewa Yogyakarta (24/02/23). Jemaat Piyungan, Bantul, DIY telah selesai melakukan khidmat khalq berupa pembagian sejumlah 25 sembako bagi warga Jemaat dan warga tetangga Masjid Nurul Iman, Piyungan, DIY. Sesuai pesan donatur tunggal, sembako tersebut diperuntukkan untuk warga Jemaat yang ke Masjid, warga ghair tetangga Masjid dan warga Jemaat tertentu yang sudah menjauh dari Jemaat.

Khidmat Khalq ini adalah titipan (amanat) dari Bpk. Nasir Ahmad Sarido (75 thn) dari kota Jogja. Singkatnya, beliau melihat sebuah mimpi yang terdengar suara mengingatkannya untuk berderma (berbagi rezeki). Beliau pun pada Kamis malam datang ke Rumah Missi Piyungan dengan diantar Muballigh Daerah DIY, Mln. Murtiyono Yusuf Ismail.

“Kami tidak mengetahui alasan Bpk. Nasir memilih warga di Jemaat Piyungan untuk melaksanakan niatnya itu”.

Sehari kemudian, Bpk. Miswanto, Ketua Jemaat Piyungan melaksanakan amanat tersebut. Namun, karena keterbatasan waktu, tidak semua terjangkau. Pembagian sembako dilanjutkan oleh Bpk. Ponijan, salah seorang pengurus lain Jemaat Piyungan, ditemani Muballigh lokal Piyungan, Mln. Dildaar Ahmad Dartono.

Bpk. Nasir Ahmad Sarido di malam Jumat itu juga menyampaikan berbagai kisah menarik seputar hidupnya dan kejamaatannya. Seperti pernah berniat dan berencana mewakafkan diri dan kuliah ke Jamiah Rabwah, namun batal karena Hadhrat Khalifatul Masih III (rha) membalas suratnya dan berisi agar beliau merawat saudara-saudarinya saja yang berjumlah 6. Beliau sekitar sebelum 1970 pernah tinggal setahun di masjid Jakarta dan mengalami tarbiyat dari Mln. Abu Bakar Ayyub (almarhum).

Beberapa pesan beliau dalam pertemuan menjelang shalat berjamaah (Maghrib dan Isya) dan setelah berjamaah yang dihadiri beberapa jamaah pribumi ialah agar siapa saja anggota Jemaat [baik pengurus atau Muballig] yang berbicara kepada publik non Jemaat dengan mengatasnamakan Jemaat agar menjaga perilakunya sesuai ajaran Jemaat. Karena, bila tidak demikian, tentu Tuhan akan melakukan ‘teguran’ padanya dengan satu dan lain cara. Pemilik Jemaat ialah Tuhan Sendiri dan Dia punya cara-Nya menjaga Jemaat-Nya sehingga semua anggota Jemaat tidak seenaknya berbicara atas nama Jemaat dan membicarakan Jemaat kepada orang-orang luar tanpa merujuk pada kebenaran dan menjaga perilakunya.

Beberapa hal juga disampaikan oleh Mubda DIY agar sesama Jemaat menjaga hubungan baik dan tidak gemar kesana-kemari menyampaikan kelemahan-kelemahan internal jemaat supaya pihak-pihak yang memusuhi Jemaat tidak mendapat peluang menyerang titik lemah Jemaat. Biarlah perbedaan internal hanya beredar di internal saja secara terbatas.

“Jangan sampai orang-orang yang tidak biasa shalat (kalangan kebatinan) – sembari mengejek, merasa menang dan lebih benar – menunjukkan jarinya kepada mereka yang rajin shalat (khususnya Jemaat), ‘Lihatlah orang-orang yang shalat itu! Ternyata mereka saling membenci dan bermusuhan demi sebuah masalah – [baik itu merasa paling benar atau merasa paling jadi korban, penulis ] – . Lebih baik kita yang tidak shalat tapi saling damai satu sama lain.” ungkap Mubda DIY.

Ayat 11 (dengan basmalah ayat ke-1) dalam Surah al-hasyr ini dikutip beliau dalam pembicaraan tersebut’

Arab-Latin: Wallażīna jā`ụ mim ba’dihim yaqụlụna rabbanagfir lanā wa li`ikhwāninallażīna sabaqụnā bil-īmāni wa lā taj’al fī qulụbinā gillal lillażīna āmanụ rabbanā innaka ra`ụfur raḥīm

Referensi : https://tafsirweb.com/10808-surat-al-hasyr-ayat-10.html

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berkata, ‘Hai, Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian tinggal dalam hati kami untuk orang-orang yang beriman. Hai Tuhan kami ! Sesungguhnya Engkau Maha Pengantun, Maha Penyayang.”

Mln. Dildaar Ahmad Dartono juga mengutip sabda Hadhrat Khalifatul Masih II (ra),

“Kemenangan Jemaat akan ditunda bila sesama Jemaat saling membenci atau bermusuhan.”

Mln. Dildaar Ahmad Dartono tiba di kota Jogjakarta pada Jumat malam (10/02/23) dengan disambut Mubalig Daerah DIY, Bpk. Mln. Murtiyono Yusuf Ismail beserta istri, seorang mahasiswa sebuah Univ di Jogja asal dari anak benua Indo-Pak), ahlus suffah sdr. Kamal, beberapa ahlus suffah lain dari kalangan mahasiswa. Setelah menginap semalam, sabtu siang (11/02) diantar oleh Mubda DIY ke Piyungan ditemani sejumlah Khuddam dengan membawa setengah dari barang-barang yang dibawa.

Setelah berberes-beres dan kerja bakti di rumah missi tersebut bersama warga Jemaat dan non Jemaat, datang juga tiga keluarga tamu Jemaat berturut-turut sebagai berikut: pada hari Kamis malam hingga pagi hari pertama Ijtima Waqf Nau (Jumat) yaitu Bpk. Miswanto dari Medan dan Bpk. Mln. Dadan Saefuddin, yang pernah bertugas di Sumut beserta keluarga masing- masing yang totalnya 10 orang. Sementara, Mln. Firman Ali Syah beserta istri dan seorang putra juga datang di hari Jumat sekitar pukul 10.00 – 11.00 dan menginap di hari malam Sabtu dan malam minggu.

Pada Sabtu (18/02) – bertepatan dengan hari kedua Ijtima Waqf Nau – Mln. Dildaar Ahmad Dartono diundang pertemuan warga RT 01 dan RT 02, Desa Srimulyo. Dalam kesempatan ini Muballig lokal Piyungan menghadiri pertemuan bulanan rutin sekaligus perkenalan diri sesuai permintaan dari pemimpin acara. Acara tersebut dihadiri sekitar 55 kepala keluarga di dua RT perbukitan tersebut. Pentingnya acara tersebut disampaikan sebelumnya oleh salah seorang Pengurus Jemaat, Bpk. Ponijan, bahwa warga pribumi akan lebih open minded dan tidak mencurigai warga baru bila bersedia mengikuti pertemuan warga.

Disusun oleh
Mln. Dildaar Ahmad Dartono
Mubalig Lokal Jemaat Piyungan

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan