Masroor Library – Maha Suci Dia, Yang telah menjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, yang telah Kami berkati, sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari Tanda-tanda Kami Sesungguhnya Dia, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.(Bani Israil : 2)
Secara umum pengertian Isra Mi’raj adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerussalem. Sedangkan Mi’raj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah Allah SWT menjalankan salat lima waktu dalam sehari semalam.
Kalau kita kaji lebih dalam, dalam surah Bani Israil seperti di atas kita tidak menemukkan penjelasan tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad saw. Justru dalam surah tersebut hanya menjelaskan tentang peristiwa Isra saja.
Dan untuk peristiwa Mi’raj ini dibahas secara rinci pada Surah An Najm (ayat-ayat 9 – 19) yang telah diwahyukan tidak lama sesudah hijrah ke Abessinia, yang telah terjadi di bulan Rajab tahun ke 5 nabawi, diceriterakan secara terperinci dalam buku-buku hadist yang membahas Mi’raj Rasulullah saw, sedang Isra Rasulullah saw dari Mekkah ke Yerusalem, yang dibahas oleh ayat ini, menurut Az Zurqani terjadi pada tahun ke-11 nabawi; menurut Muir dan beberapa pengarang Kristen lainnya pada tahun ke-12. Tetapi menurut Mardawaih dan Ibn Sa’d, perintiwa Isra terjadi pada 17 Rabiul-awal, setahun sebelum hijrah (Al-Khashaish al-Kubra) . Baihaqi pun menceriterakan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah.
9. Kemudian ia, Rasulullah, mendekati Allah; lalu Dia, Allah, kian dekat kepadanya,
10. Maka jadilah ia, seakan-akan, seutas tali dari dua buah busur, atau lebih dekat lagi.
11. Kemudian Dia mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang telah Dia wahyukan.
12. Hati Rasulullah tidak berdusta apa yang dia lihat.
13. Maka, apakah kamu membantahnya tentang apa yang telah dia lihat?
14. Dan. sesungguhnya. Dia melihat-Nya kedua kali,2879
15. Dekat pohon Sidrah tertinggi,
16. Yang didekatnya ada surga, tempat tinggal.
17. Ketika pohon Sidrah ditutupi, oleh sesuatu yang menutupi,
18. Penglihatannya tidak menyimpang dan tidak pula melantur.
19. Sesungguhnya, ia melihat satu Tanda besar dari Tanda-tandaTuhan-Nya. (An Najm: 9 – 20)
Dengan demikian semua hadist yang bersangkutan dengan persoalan ini menunjukkan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah, yaitu kira-kita pada tahun ke-12 nabawi, setelah Siti Khadijah wafat, yang terjadi pada tahun ke-10 nabawi, ketika Rasulullah saw. tinggal bersama-sama dengan Ummi Hani, saudari sepupu beliau.
Tetapi Mi’raj, menurut pendapat sebagian terbesar ulama, terjadi kira-kira pada tahun ke-5 nabawi. Dengan demikian dua kejadian itu dipisahkan satu dengan yang lain oleh jarak waktu enam atau tujuh tahun, dan oleh karenanya kedua kejadian itu tidak mungkin sama yang satu harus dianggap berbeda dan terpisah dari yang lain. Lagi pula peristiwa-peristiwa yang menurut hadist terjadi dalam Mi’raj Rasulullah saw. sama sekali berbeda dalam sifatnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Isra.
Kecuali kesaksian sejarah yang kuat ini, ada pula kejadian-kejadian lain yang berkaitan dengan peristiwa itu mendukung pendapat, bahwa kejadian itu sama sekali berbeda dan terpisah satu sama lain :
Al Quran menguraikan kejadian Mi’raj Rasulullah saw. dalam surah An Najm, tetapi sedikit pun tidak menyinggung Isra, sedang dalam Surah Bani Israil Alquran membahas soal Isra, tetapi sedikit pun tidak menyinggung peristiwa Mi’raj.
Dan dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa kejadian Isra dan Mi’raj adalah dua peristiwa yang berbeda waktu . Jika Isra terjadi sekitar tahun 5 Nabawi sedangkan untuk kejadian Mi’raj adalah terjadi sekitar tahun 11 atau 12 nabawi.
Terjadinya Kesimpang Siuran
Kata Isra dalam bahasa Arab berarti perjalanan malam, baik dilakukan di bumi atau di langit. Sedangkan kejadian Nabi Muhammad saw baik di bumi maupun langit terjadi pada waktu malam hari. Jadi yang isra memang isra yang Mi’raj juga isra.
Sebab ke dua adalah banyaknya persamaan dalam apa yang dilihat oleh Rasulullah saw baik dalam perjalanan isra maupun mi’raj seperti naik buraq, perjumpaan dengan para nabi melihat pemandangan surga dan neraka dan sebagainya.
Hal inilah yang menyebabkan para perawi (wartawan) yang melaporkan kejadian agak bingung dan salah tanggap. Pada hakikatnya para perawi yang mulia itu tidak dapat disalahkan apa lagi dicela. Pelapor bisa saja salah dalam menganalisa. Mereka yang kuat daya ingat dan cermat serta punya kemampuan memikirkan pentingnya melaporkan sesuatu yang menyangkut Nabi saw akan lebih akurat dalam menyampaikan beritanya. [goes]
Catatan: Penomoran ayat dihitung mulai Basmalah sebagai ayat pertama.
No Responses