Mengenal Missi Zending Katolik di Tanah Papua

Mengenal Missi Zending Katolik di Tanah Papua
"Pater Le Cocq d'Armandville, S.J. merupakan zending Katolik dari Serikat Yesus alias Fransiskan. Adalah Pater ya g tiba pertama di Fak Fak tepatnya di Kampung Sekaru. Begitu juga Pater Auxilius Coenrad Guikers, O.F.M. berasal dari Serikat Persaudaraan Minoritas alias Ordo Fratrum Minorum, juga seorang Fransiskan yang awalnya ditempatkan di Fak Fak tetapi kemudian dipindahkan ke Ransiki yang saat itu masuk dalam Afdeeling North Nieuw Guinea (NNG) di Manokwari. Sebagaimana Pater Le Cocq, Pater Guikers juga mengalami nasib tragis."

Selama beberapa hari, Pater Le Cocq berhasil membaptis 8 orang dan 53 orang lagi selama sembilan hari kemudian. Ini menjadi tonggak masuknya agama Katolik di Tanah Papua khususnya di Fak Fak yang saat itu masih menjadi bagian dari Residency Ternate. Pater Le Cocq meninggal dua tahun kemudian tepatnya 17 Mei 1896 di Mimika karena tersapu ombak besar.

Missi Katolik di Ransiki Afdeeling North Nieuw Guinea

Setelah Katolik berkembang di Fak Fak, akhirnya para pater pun dikirim ke wilayah lainnya di Tanah Papua. Hingga pada tahun 1942, datanglah Pater Auxilius Conrad Guikers, O.F.M. dari Ordo Fraternum Minorum. Setelah beberapa saat tinggal di Manokwari, akhirnya Pater Guikers pun berangkat ke Danau Wissel dengan berjalan kaki dan kembali lagi ke Manokwari lalu ke Ransiki.

Pater Guikers, O.F.M. selama 11 tahun menjadi Fransiskan sampai kematiannya yang sangat tragis karena dieksekusi oleh Jepang di Kampung Momi tepatnya di Kampung Dembek pada 16 April 1942. Selama satu tahun, Pater Guiker, O.F.M. ditugaskan di Fak Fak, dan selama 4 tahun empat bulan di Ransiki.

Pembunuhan Pater Guikers, O.F.M. oleh Jepang di Kampung Momi terbilang sangat sadis. Sejak Jepang menguasai Fak Fak pada 2 April 1942 dan Manokwari pada 12 April 1942, artinya Jepang melakukan pembunuhan itu empat hari kemudian. Faktor politik dianggap berperan dalam pembunuhan itu. Pater Guikers adalah seorang Belanda.

Setelah ditangkap di tempat persembunyiannya di Ransiki, Pater Guikers dibawa ke Kampung Momi (Dembek). Disana, setelah mengalami rupa-rupa penyiksaan, akhirnya Pater Guikers pun diperintahkan untuk menggali makamnya sendiri. Pater Guikers meminta untuk berdoa lebih dulu. Sebelum selesai berdoa, dua buah samurai telah menusuk bagian leher dan dadanya dari sebelah kiri tembus ke bagian kanan.

Meskipun kisah kematian Pater Guikers ini ada dua versi, tetapi keduanya menceritakan hal yang sama. Hanya saja, kisah berikutnya adalah mengenai bagaimana warga (atau penatua) dari Suku Arfak bermarga Ainusi yang kemudian menggali lagi makam Pater Guikers dan mengambil kepala serta tangannya. Kepala itu dipakai untuk prosesi adat, sedangkan tangannya dipakai untuk sasaran tembak di kali.

Ini terkait dengan kesaksian juga yang menyatakan bahwa warga yang melakukan itu karena tertarik ingin menguasai senjata laras panjang Pater Guikers. Sedangkan versi lainnya menyatakan bahwa warga itu menduga bahwa yang dibunuh adalah seorang Jepang yang telah berlaku kejam kepada mereka sehingga mereka ingin menuntut balas meski yang bersangkutan sudah tewas.

Setelah itu, jasad Pater Guikers, O.F.M. dibawa dan dikuburkan di pemakaman umum di Manokwari. Tahun 1989, jasad itu dipindahkan lagi ke pemakaman di komplek Katedral Santo Agustinus di Jalan Brawijaya, Manokwari. Tepat 79 tahun setelah kematiannya, di Kampung Dembek pun dibangun sebuah Tugu Pengampunan yang diresmikan oleh Gubernur Papua Barat sebagai Kepala Suku Besar Arfak pada 21 April 2021.

Perkembangan Katolisitas di Papua Barat Dewasa ini

Setelah seabad, perkembangan Katolik di Tanah Papua semakin pesat. Kini, selain di Merauke dan Fak Fak, di Manokwari pun berkembang cukup pesat. Di Ayamaru umumnya Tambrauw dan Maybrat perkembangannya juga sangat meningkat. Belum lagi di Inanwatan dan Raja Ampat. Begitu juga di Teluk Wondama dan Bintuni.

Keberadaan Katolik biasanya selalu diikuti dengan pembangunan Goa Maria dan Stasi Jalan Salib. Untuk di Manokwari, Goa Maria bisa ditemukan di dekat Bandara Rendani, hanya dipisahkan oleh jalan raya Drs. Esau Sesa. Begitu juga dengan sekolah-sekolah yang sudah mulai berkembang di setiap tempat. []

Catatan:
Selesai ditulis pada Rabu, 18 Mei 2022 pkl. 22:41 WIT di Kawasan KODAM XVIII/Kasuari, Arfai, Manokwari, Papua Barat.

Disusun oleh:
Mln .Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan