Tutupnya Kasus Lekh Ram | Sebuah Pembunuhan di Lahore zaman Penjajahan Inggris di India

Tutupnya Kasus Lekh Ram | Sebuah Pembunuhan di Lahore zaman Penjajahan Inggris di India

Masroor Library – Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS dari Qadian (wafat tahun 1908), pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, telah mendakwakan dirinya sebagai Al-Masih, Imam Mahdi dan utusan Allah Ta’ala yang tunduk pada Yang Mulia Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana semua pendakwa lain yang mengaku pada suatu tingkatan yang dibimbing Ilahi, orang-orang dan para sarjana di masa beliau AS meminta bukti kebenaran beliau AS. Meskipun beliau AS memiliki bukti-bukti dari berbagai literatur Islam untuk mendukung pendakwaan beliau, beliau AS dianugerahi tanda-tanda oleh Allah Ta’ala untuk beliau AS tampilkan kepada mereka yang menginginkannya.

Pendakwaan beliau AS menarik perhatian tidak hanya umat Muslim tetapi juga orang-orang Kristen dan Hindu, sebagai seorang juru selamat yang ditunggu-tunggu agama-agama ini di akhir zaman. Ketiga agama tersebut telah menyebutkan seorang juru selamat dalam eskatologi (akidah mengenai keyakinan tentang era akhir) mereka. Jadi, bukan hanya umat Muslim yang menuntut bukti kebenaran Al-Masih ini, tetapi juga para pengikut dari agama-agama besar ini.

Kebanyakan buku yang ditulis oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS, kaya akan wacana intelektual dan masih tetap merupakan studi rinci tentang interpretasi eskatologis dari semua agama besar dunia1. Namun, wacana intelektual tidak selalu dianggap cukup dalam budaya religius yang beragam di India pada masa pemerintahan Inggris. Sebuah tren debat (munazira) telah menjadi sangat populer di sebagian besar negara bagian India, dengan para lawan berdebat secara tatap muka dan pada akhirnya keduanya mengklaim kemenangan. Perdebatan ini tidak pernah berakhir secara damai, karena kedua belah pihak bermaksud menghina satu sama lain.

Hadhrat Ahmad AS, telah turut serta dalam sejumlah perdebatan, melihat tidak ada manfaat dari cara dakwah ini. Cara berbeda untuk mengetahui kebenaran, yang beliau perkenalkan, adalah dengan petunjuk dan bimbingan Ilahi; beliau percaya bahwa siapa pun yang mencari kebenaran harus datang kepada beliau, tinggal bersama beliau untuk beberapa waktu dan melihat tanda-tanda Tuhan. Ribuan orang dilaporkan telah menempuh cara ini dan membuktikan kebenaran dari Hadhrat Ahmad AS. Pendekatan ini benar-benar sejalan dengan amalan Nabi Muhammad SAW dan amalan ribuan orang suci Islam, tetapi telah hampir punah seiring berjalannya waktu.

Pendekatan unik lain yang diterapkan oleh Hadhrat AhmadAS mencakup peristiwa yang dinubuatkan, digolongkan sebagai nubuatan dalam terminologi teologis. Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah memberikan pengetahuan tentang masa depan dan yang gaib kepada orang-orang yang ditunjuk-Nya, sehingga dunia mengindahkannya2. Sejumlah peristiwa yang dikabar-gaibkan oleh Hadhrat AhmadAS bersifat universal, sementara yang lainnya tampaknya terbatas pada individu (perseorangan) tertentu. Mulai dari wabah pes di Punjab, jatuhnya Tsar Rusia dan Perang Dunia yang menghancurkan, semuanya terwujud di kemudian hari3.

Waktu untuk membuktikan bahwa nubuatan berkenaan dengan seseorang juga akan menarik perhatian trans-agama dan dunia. Nubuatan-nubuatan tentang para pendakwa ketuhanan di Barat seperti John Hugh-Smyth Piggott dan Alexander Dowie dipublikasikan di Pers Inggris, Amerika dan Australia. Salah satu nubuatan tersebut adalah tentang Lekh Ram, seorang tokoh Gerakan Arya Samaj. Nubuatan ini merupakan peringatan yang dikeluarkan oleh Hadhrat Ahmad AS. Beliau memperingatkannya untuk menahan diri dari mencaci-maki Nabi MuhammadSAW, karena serangannya terhadap pribadi Yang mulia RasulullahSAW sangat menghina dan meghasut, dan dapat menyebabkan Murka Ilahi.

Punjab, India di masa penjajahan Inggris adalah yang terkaya dari semua negara bagian India dalam hal keragaman agama. Tiga agama besar tersebut adalah Islam, Sikh, dan Hindu. Para misionaris Kristen ikut bergabung dalam persemaian agama-agama ini dengan cara propaganda baru. Ini berarti empat agama besar bersaing untuk hidup berdampingan di wilayah tersebut, dengan Hindu menjadi satu-satunya agama non-dakwah. Banyaknya orang Hindu masuk agama Kristen dan Islam menjadi masalah yang sangat memprihatinkan bagi umat Hindu. Tidak hanya kasta rendah merasa lebih bermanfaat untuk masuk Islam, tetapi orang-orang Hindu yang memilih pendidikan Barat, cenderung berpindah ke agama Kristen.

Berdirinya Organisasi Hindu Arya Samaj dan Terpecahnya Organisasi Arya Samaj Sepeninggal Swami Dayanand

Dalam keadaan inilah Arya Samaj didirikan oleh Swami Dayanand pada tahun 1875, sebagai gerakan pembaharu untuk menghidupkan kembali kepercayaan Hindu dan memungkinkan orang-orang Hindu yang murtad untuk kembali menjadi Hindu. Sebagai sebuah sekte modern dan dakwah yang menjadi saingan kalangan Hindu ortodoks (golongan Hindu lama atau lebih dulu ada), Swami Dayanand menghadapi penentangan yang lebih besar dari kelompok-kelompok Hindu ortodoks daripada dari umat Muslim dan Kristen.

Sepeninggal Swami Dayanand pada tahun 1883, tiga orang muridnya yaitu Guru Datt, Pandit Lekh Ram dan Lala Munsi Ram, memainkan peran utama dalam membentuk dan menafsirkan ideologi Arya Samaj. Guru Datt, yang berpendidikan tinggi dan berpengaruh di lingkungan akademis, berkumpul di sekeliling dirinya sekelompok Arya Samaj yang mendukung penafsiran ulang ajaran Dayanand. Titik balik ini menampakkan Arya Samaj berubah menjadi sekte militan Hindu4.

Belakangan, Pandit Lekh Ram, seorang pemimpin seksi militan Arya Samaj, memfokuskan upaya kaum Arya pada penentangan Islam. Kenneth Jones, mengomentari kecenderungan militan Lekh Ram, mengira bahwa “Dikarenakan pertumbuhannya di lingkungan Muslim dan pernah bertugas di bawah petugas Muslim di kepolisian, Lekh Ram bereaksi menjadi seorang pribadi Hindu yang sadar dan militan5.” Serangan agresifnya terhadap Islam muncul untuk mendefinisikan identitasnya.

Bukan hanya orang Muslim yang mengeluhkan sikap agresifnya yang militan terhadap Islam, tetapi para pengikutnya sendiri memiliki pendapat yang sama dan secara terbuka mengungkapkannya dalam cerita-cerita para pengikut mereka terhadap sikap Lekh Ram6. Penulis biografi Arya Samaj berpendapat, “Kecintaannya pada keyakinan Arya telah membuatnya sangat berprasangka buruk sehingga ia tidak akan memaafkan kelemahan atau kekurangan lawan. Dia tidak akan tinggal diam ketika ada yang dikatakan tentang Weda dan akan mengucapkan kata-kata paling kasar sebagai tanggapannya, tanpa memandang status lawan bicaranya7.” Penulis melanjutkan dengan menyatakan bahwa nada keras Lekh Ram memuncak selama wacana lisannya8.

Arya Samaj telah terpecah menjadi dua golongan pada tahun 1893; keduanya bertentangan secara ideologis. Sayap yang lebih berpendidikan bekerja di bawah kendali Lala Hans Raj dan Lala Lajpat Rai, sedangkan sayap lainnya, radikal dan ekstremis seperti dalam ideologinya, dipimpin oleh Pandit Lekh Ram9. Sayap militan Arya Samaj ini mengerahkan seluruh energi mereka untuk merancang skema yang mengarah pada permusuhan terbuka dengan Muslim10.

Hadhrat Ahmad AS, setelah mendapati pernyataan yang sangat kasar dari Pandit Lekh Ram kepada Nabi Muhammad SAW, mengundangnya untuk mengunjungi Qadian dan tinggal di sana sebentar, sehingga tuduhannya dapat dibantah dan tanda dari Allah terwujud11/12 Lekh Ram menerima tawaran tersebut dan melakukan perjalanan ke Qadian pada tahun 188513. Selama tinggal di sana, ia surat-menyurat dengan Hadhrat Ahmad AS, mengejek keyakinan Islam, Nabi Muhammad SAW, dan klaim Hadhrat Ahmad AS 14. Dia juga meminta Hadhrat Ahmad AS untuk meminta Tuhannya untuk menunjukkan tanda yang mendukung Islam, seraya mengaku bahwa dia juga meminta Parmeshar untuk menunjukkan tanda yang mendukung keyakinan Hindu15.

Lekh Ram mengusulkan agar keduanya memohon kepada Tuhan masing-masing, supaya mengakhiri hidup orang yang menganut agama palsu16. Sambil Hadhrat Ahmad AS menyangkal semua tuduhan Lekh Ram dalam surat-menyuratnya, beliau AS juga menerima tantangan ini17.

Lekh Ram meramalkan bahwa Hadhrat AhmadAS akan mati karena kolera dalam waktu tiga tahun sejak tanggal ramalan tersebut, sedangkan Hadhrat AhmadAS mengklaim bahwa beliau telah diberitahukan oleh Allah Ta’ala bahwa Lekh Ram akan dibunuh pada hari-hari Idul Fitri, dalam jangka waktu enam tahun sejak nubuatan itu dipublikasikan18/19.

Untuk memahami sifat sebenarnya perdebatan tersebut, penting bahwa faktor-faktor yang menggiring ke arah itu haruslah dipahami terlebih dahulu. Lekh Ram dikenal oleh semua kalangan agama karena bahasa yang sangat menghasut yang dia gunakan dalam ucapan dan tulisannya kepada semua agama besar. Dia mewarisi pendekatan agresif dan kasarnya dari pendiri Arya Samaj, Pandit Dayanand, yang telah mempraktekkan serangan seperti itu pada semua agama lain, terutama Islam20/21. Pilihan kata-katanya sangat menghasut dan menyakitkan umat Muslim. Misalnya, ia mengumumkan konsep Islam tentang surga sebagai kumpulan pelacur22. Lekh Ram meneruskan kebiasaan ini dengan memusatkan diri untuk menyerang Islam dan pendirinya, Nabi Muhammad SAW, sehingga meningkatkan ketegangan antara Hindu-Muslim di Punjab di abad ke-1923. Bahasa kasar ini menimbulkan tekanan dan ketegangan di sebagian besar kalangan Muslim di India, tetapi tidak ada reaksi yang masuk akal24.

Penghinaan yang dilakukan oleh Lekh Ram dan Arya Samaj lainnya terhadap Nabi MuhammadSAW, mengakibatkan umat Islam melakukan penghinaan sebagai pembalasan atau melakukan kekerasan dan kerusakan. Surat-surat kabar berbahasa daerah dari Punjab, India pada masa jajahan Inggris yang diterbitkan pada akhir tahun 1880-an dan sebagian besar tahun 1890-an, secara teratur meliput “Ketegangan Hindu-Muslim” dan menggambarkan bagaimana para pengikut kedua agama tersebut bereaksi keras dalam menanggapi serangan satu sama lain terhadap agama mereka. Mendekati penutupan dekade, berita-berita seperti itu bertambah dalam volume dan intensitas, terutama pada tahun 189725.

Satu-satunya reaksi masuk akal terhadap serangan kalangan Hindu Arya Samajist terhadap Islam datang dari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS dari Qadian, yang dipuji sebagai ‘Jawara Agama Islam26.’ Karya besarnya yang pertama diterbitkan, Barahin-e -Ahmadiyya (bukti kebenaran Islam dan Pendirinya yang Suci), seperti yang dikatakan Bob van der Linden, “membantah secara sistematis pernyataan” yang dibuat melawan agama Islam oleh agama lain, terutama oleh kalangan Arya Samaj27. Hadhrat Ahmad AS mengirimkan salinannya kepada Dayanand, pendiri Arya Samaj, menawarkannya untuk maju dalam debat berdasarkan kitab tersebut tetapi Dayanand bahkan tidak menanggapi, apalagi menantangnya28.

Barahin-e-Ahmadiyya diterima dengan baik oleh semua Muslim, yang merasa bahwa merupakan kewajiban moral mereka untuk menanggapi serangan tak berdasar tersebut. Buku ini, tidak hanya membela Islam tetapi juga serangan balasan terhadap agama-agama lain yang tokoh-tokohnya menghasut baik dari orang Kristen maupun kalangan Arya Samaj29/30/31. Dibungkam oleh logika, pengikut kedua agama tersebut membalas dengan peningkatan bahasa yang menghasut terhadap Islam.

Lekh Ram menanggapi dengan menulis Takzeeb Barahin-e-Ahmadiyah (sanggahan bukti kebenaran Islam dan Pendirinya), yang diikuti dengan serangkaian risalah yang diterbitkan baik oleh Hadhrat Ahmad AS maupun Pandit Lekh Ram, satu demi satu. Lekh Ram kemudian dikenal sebagai orang yang paling keterlaluan dalam memusuhi Islam baik dalam pidato maupun tulisan, terus-menerus menyerang Islam dengan bahasa yang paling menghina. Meskipun Punjab memiliki sejarah panjang konflik agama, tidak ada masalah lain yang menimbulkan keresahan dan kekerasan seperti serangan Pandit Lekh Ram terhadap Islam32/33, Dialog, debat, cetak dan bahkan kekerasan, semuanya dilakukan dalam upaya untuk mengekang serangan lisan busuk ini terhadap Islam.

Kitab Barahin Ahmadiyah karya Hadhrat Ahmad AS dan karya-karya beliau yang lain, adalah sanggahan paling kuat dan logis dari tuduhan Lekh Ram34/35. Pada titik inilah, nubuatan oleh ‘sang Juara Islam’, Hadhrat Mirza Ghulam AhmadAS, dikenal.

Nubuatan dari Hadhrat Ahmad AS

Nubuatan dari Hadhrat Ahmad AS telah dimuat pada tanggal 20 Februari 1893, di mana beliau menubuwatkan bahwa jika Lekh Ram tidak menahan diri dari melakukan caci-makian terhadap Pendiri Islam SAW, ia akan mengalami nasib menyakitkan yang akan sangat kejam dalam segala aspek36. Nubuatan itu ditampakkan dalam beberapa tahap sesuai kehendak Allah Ta’ala. Nubuatan-nubuatan tersebut berlaku sesuai dengan reaksi Lekh Ram. Ketika Lekh Ram pertama kali menuntut sebuah nubuatan, Hadhrat AhmadAS mengumumkan bahwa Allah Ta’ala telah memberitahukan kepada beliau “pelanggaran [Lekh Ram] akan membuatnya melihat Murka Tuhan. Dia bukanlah apa-apa melainkan anak sapi tak bernyawa yang mengeluarkan suara-suara aneh37.”

Kemudian pada tanggal 20 Februari 1893, Hadhrat Ahmad AS menyatakan bahwa pada saat beliau berkhalwat berkenaan tentang Lekh Ram, beliau diberitahukan oleh Allah Ta’ala bahwa “dalam waktu enam tahun sejak tanggal ini, yaitu 20 Februari 1893, orang tersebut akan menjadi korban murka dan kutukan Tuhan sebagai akibat pelanggaran yang dia lakukan terhadap Nabi MuhammadSAW. “

Wahyu lain yang diterima oleh Hadhrat Ahmad AS adalah “masalahnya akan selesai dalam waktu enam.” Jangka waktu nubuatan akan tergenapi telah diumumkan oleh Hadhrat Ahmad AS dalam buku beliau berjudul “Karamat-us-Sadiqeen” melalui wahyu Ilahi; Lekh Ram akan melihat Murka Tuhan ini selama hari-hari Idul Fitri38. Sejak awal Hadhrat Ahmad AS juga telah menjelaskan, bahwa kematian Lekh Ram bukan karena suatu penyakit, melainkan sebab dan akibatnya yang luar biasa dan tidak biasa39.

Lekh Ram terus menggunakan bahasa yang kasar dan menghasut terhadap Nabi Muhammad SAW. Sejarah berbicara, ejekan terhadap beliau SAW merupakan amunisi terbaik yang dimiliki para penentang Islam untuk menghasut umat Muslim dan mendapatkan hasil yang diinginkan40.

Hadhrat Ahmad AS sebagai satu-satunya orang yang tampil sebagai pembela Islam41.

Risalah permusuhan dari Lekh Ram, terutama yang berjudul “Surat Jihad”, menimbulkan reaksi massa oleh kaum Muslimin, meninggalkan Lekh Ram sebagai satu-satunya penyumbang bagi “pertumbuhan permusuhan di Punjab dan kemudian dia diserang di dalam surat-surat kabar Muslim, Sikh dan Kristen42. ”

Api kekerasan yang dipicu oleh Lekh Ram sendiri dan kemudian membara melalui serangan-serangan yang terus-menerus secara tidak senonoh, membawa jalan kepada sempurnanya kabar gaib dari Hadhrat Ahmad AS.

Pembunuhan Lekh Ram

Kegelisahan umat Muslim semakin meningkat. Para Maulwi (ulama Muslim) di Bombay mengancam Lekh Ram dengan tindakan pengadilan jika dia tidak “memberikan kepada mereka semua salinan dari sebuah karya yang didalamnya Pandit telah melukai perasaan suci umat Muslim dengan menggunakan bahasa tidak sopan dalam mengkritik agama mereka dan pendirinya43/44.” , Meskipun demikian, ketegangan antara Muslim dan Arya terus tumbuh.

Paisa Akhbar, dalam edisi 29 Agustus 1896 menyatakan, “Takzib-e-Brahin-i-Ahmadiyyah [buku sanggahan karya Lekh Ram dari kalangan Hindu Arya Samaj menentang Pendiri Jemaat]… diperhitungkan menyebabkan kerusakan besar. Buku tersebut dimaksudkan sebagai sanggahan terhadap kitab ‘Barahin-e-Ahmadiyya karya Mirza Ghulam AhmadAS tetapi Pandit telah menggunakan bahasa yang paling ofensif (menyerang) secara tidak hormat melontarkan rentetan kritik keras dan menghina Islam, para pemimpinnya, para pengikutnya. Termasuk juga para Nabi dan hal-hal yang dianggap sakral (suci dan terhormat) oleh umat Muslim.”

Paisa Akhbar juga meminta pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap Lekh Ram dan melarang buku dan pamfletnya. Mereka mencoba mengancamnya dengan tindakan pengadilan dan berusaha untuk mengajukan tuntutan hukum terhadapnya di Delhi, yang dibatalkan oleh Pengadilan45/46. Punjab, yang kaya akan keragaman, melihat penduduknya bergerak ke arah agresi dan kekerasan. Lekh Ram tidak hanya mendapatkan permusuhan dari kalangan Muslim tetapi juga dari kalangan Hindu ortodoks, Sanatan Dharm, Kristen dan Sikh47/48.

Umat Muslim Punjab merayakan hari raya Idul Fitri mereka pada tanggal 6 Maret 1897. Sukacita dan semangat pesta masih terasa di Lahore, ketika Lekh Ram berada di rumah di Jalan Wachhu Wali, di jantung kota bertembok. Dia ditemani oleh seorang murid yang sedang belajar bahasa Sansekerta darinya. Murid tersebut telah terlihat bersama Lekh Ram selama tiga minggu. Lekh Ram sendirian dengan murid baru ini di kamarnya. Ibu dan istrinya duduk di luar kamar di pekarangan rumah. Keheningan senja dipecah oleh teriakan keras dari dalam kamar. Terkejut dan kaget, ibu Lekh Ram dan istrinya bergegas masuk ke dalam kamar, mendapati Lekh Ram telah ditikam, bermandikan darah oleh luka tusukan yang dalam di perutnya, ia berjuang untuk menjaga agar ususnya tidak keluar49.

Orang yang diduga pembunuh, yang menyamar sebagai murid, tidak bisa ditemukan. Ibu dan istri Lekh Ram memberikan kesaksian bahwa tidak ada yang lolos dari pintu utama kamar dan tidak ada jalan lain untuk melarikan diri dari rumah. Lekh Ram, di ranjang kematiannya, dikatakan telah menuduh orang yang datang kepadanya untuk disucikan [sebuah upacara untuk dianggap menyucikan]. Pernyataan ini dikatakan didukung oleh istri dan ibunya50. Keadaan pembunuhan itu mencurigakan sejak awal. Surat Kabar Bahasa daerah setempat memuat spekulasi bahwa pembunuhnya mungkin dari kalangan Sanatan Dharm [sebuah organisasi Hindu juga], yang kepercayaannya terus-menerus diserang oleh Lekh Ram. Dinyatakan di beberapa surat kabar bahwa karena dia ditemukan telanjang, pembunuhannya bisa jadi merupakan akibat dari hubungan terlarang yang dia miliki dengan seorang wanita, dan bahwa pembunuhnya adalah kerabat Arya dari wanita yang bersangkutan51.

Sungguh mengherankan bahwa nama orang yang mendampingi pemimpin terkenal dan tokoh masyarakat seperti Lekh Ram ini, tetap tidak dikenal oleh teman atau rekan Lekh Ram, meskipun dia menemaninya selama tiga minggu52.

Sementara spekulasi tentang identitas pembunuh berlanjut di pers daerah setempat, semua surat kabar Arya Samaj tampaknya menuding Hadhrat Ahmad AS, karena nubuatan yang beliau kemukakan tentang kematian Lekh Ram. Semua artikel Arya Samaj tidak hanya mengklaim bahwa Hadhrat Ahmad AS telah merencanakan pembunuhan untuk memenuhi nubuatannya, tetapi juga memperingatkan Arya untuk berjaga-jaga jika Hadhrat Ahmad AS mungkin menginginkan nasib yang sama untuk mereka semua53. Tuduhan ini dengan sangat tegas diajukan oleh Arya Samaj sehingga tim penyidik polisi menggeledah rumah Hadhrat Ahmad AS di Qadian dalam upaya untuk menemukan bukti yang memberatkan54.

Kekeliruan Propaganda Arya Samaj

Sangat wajar jika Arya Samaj menuduh Hadhrat Ahmad AS bersekongkol untuk memenuhi nubuatannya, namun mereka tidak memiliki bukti pendukung untuk mendukung klaim mereka. Rincian nubuatan yang diterbitkan oleh surat kabar Arya tidak akurat, karena mereka menyatakan bahwa tahun 1897 adalah tahun keenam nubuatan, saat Lekh Ram seharusnya sudah mati55. Ini adalah pernyataan yang salah yang tampaknya dibuat hanya untuk menekan pihak berwenang agar mendakwa Hadhrat Ahmad AS sebagai pelaku pembunuhan. Nubuatan tersebut, seperti yang disebutkan sebelumnya, dikeluarkan pada bulan Februari 1893 dan dengan demikian jangka waktu enam tahun tidak akan berakhir sebelum Februari 1899. Jelaslah bahwa kerangka waktu nubuatan itu diketahui dengan baik oleh kaum Arya, tetapi sengaja diubah untuk menguatkan tuduhan palsu56.

Sementara itu pada satu segi Hadhrat Ahmad AS sendiri menunjukkan kekeliruan tuduhan bahwa beliau telah bersekongkol pembunuhan tepat ketika kerangka waktu nubuatan itu akan segera berakhir, di sisi lain, suratkabar Paisa Akhbar juga menarik perhatian pada fakta bahwa nubuatan itu masih memiliki dua tahun sebelum berakhir57/58.

Hadhrat Ahmad AS juga mencoba menjelaskan kenyataan bahwa sama sekali tidak masuk akal bahwa dia akan menugaskan salah satu pengikutnya untuk membunuh Lekh Ram. Hadhrat AhmadAS berpendapat bahwa tindakan seperti itu, akan menyebabkan pengikut tersebut meragukan klaim Hadhrat Ahmad AS sebagai utusan Ilahi, dan tidak akan lagi menjadi pengikut59. Alasan ini secara terbuka didukung oleh editorPaisa Akhbar, yang menyatakan, “tidak mungkin Mirza dapat meminta salah satu muridnya, di antaranya adalah beberapa orang terpelajar, untuk membunuh mendiang Lekh Ram, karena dengan melakukan itu, dia akan membuktikan dirinya sebagai penipu60.”

Arya Samaj terus-menerus bersikeras bahwa bahkan jika Hadhrat Ahmad AS ad tidak berada di balik pembunuhan Lekh Ram, dia seharusnya dipekerjakan untuk menggunakan kemampuan kenabiannya dan untuk meminta kepada Tuhannya untuk mengungkapkan kepadanya keberadaan pembunuh untuk menyelesaikan perdebatan.

Meskipun polisi menggeledah rumahnya di bawah tekanan dari kaum Arya Samaj61, tidak ada bukti apapun yang ditemukan yang menghubungkan Hadhrat Ahmad AS dengan pembunuhan tersebut. Hadhrat Ahmad AS membacakan kepada pengawas syarat-syarat kontrak yang disepakati antara Lekh Ram dan dirinya sendiri; dia tidak menyembunyikan apa pun dan tidak ada yang perlu dicurigai oleh polisi.

Beberapa kalangan Arya kemudian menyatakan bahwa bukan Hadhrat Ahmad AS saja, melainkan seluruh tokoh Muslim terlibat. Propaganda ini menyebabkan rumah dan kantor Asosiasi Muslim terkemuka lainnya dan para pemimpin mereka digeledah. Tempat Anjuman-i-Himayat Islam serta rumah sekretarisnya dan rumah sekretaris Anjuman-i-Naumania, juga digeledah tapi tidak ada hasilnya62. Ini jelas menunjukkan bahwa penggeledahan rumah Hadhrat Ahmad AS telah dilakukan dengan alasan yang adil dan pihak berwenang tidak berada di bawah pengaruh ketika membebaskan Hadhrat AhmadAS karena keterlibatannya. Hadhrat Ahmad AS hanya mengeluarkan nubuatan tentang kematian Lekh Ram dan mempublikasikannya.

Sebuah telegram dibawa ke perhatian untuk investigasi. Telegram itu dikirim dari Bombay beberapa hari sebelum pembunuhan Lekh Ram. Pengirim telah menanyakan tentang alamat Lekh Ram63. Mengejutkan untuk dicatat bahwa ketika materi yang mencurigakan tersebut diterima, masih belum ada perhatian yang diberikan pada nubuatan Hadhrat Ahmad AS yang tertunda dan tidak ada peringatan yang dimunculkan dengan pihak berwenang. Beberapa suratkabar-suratkabar berbahasa daerah menggarisbawahi hal ini, mengingatkan masyarakat bahwa jika kecurigaan seperti itu terjadi pada Arya Samaj, mengapa Lekh Ram tidak diberi keamanan seperti yang telah komunitas Kristen berikan kepada Abdullah Atham [pemuka tokoh pendebat mereka], ketika Hadhrat Ahmad AS membuat nubuatan terhadapnya64.

Chauwdhwin Sadi, pada tanggal 23 Maret 1897, menyatakan bahwa Lekh Ram telah diperingatkan “tentang nasib yang akan datang hanya beberapa hari sebelum pembunuhannya.” Akal sehat akan menyarankan bahwa Lekh Ram dan rekan-rekannya akan mengingatkan otoritas penegak hukum untuk memantau Hadhrat AhmadAS, karena beliau akan menjadi tersangka utama. Tidak ada keluhan seperti itu yang pernah diajukan, dengan jelas menunjukkan bahwa nubuatan Hadhrat AhmadAS tidak penting bagi mereka dan mereka meragukan bahwa nubuatan itu akan terpenuhi.

Misteri Pembunuhan atau Nubuatan yang Terpenuhi?

Polisi dikatakan telah tiba di lokasi pembunuhannya. Mereka menggeledah propertinya dan tidak dapat mencapai kesimpulan tentang bagaimana pembunuh itu bisa melarikan diri, ketika ibu dan istri Lekh Ram berada tepat di luar satu-satunya pintu kamar. Lekh Ram dilarikan ke rumah sakit Mayo di Anarkali, di mana dia bertahan hidup selama enam jam. Dia dikatakan sangat kesakitan tetapi dalam keadaan sadar. Dia tercatat pernah menyebut-nyebut pembunuh itu, tetapi tidak pernah menuduh Hadhrat Ahmad AS.

Lekh Ram dirawat oleh Dr Mirza Yaqub Beg dan Letnan Kolonel F Perry, mantan pengikut Hadhrat Ahmad AS. Dr Beg menyatakan bahwa meski Lekh Ram mengetahui hubungannya dengan Hadhrat Ahmad AS, Lekh Ram tidak pernah menyebut Hadhrat AhmadAS sebagai tersangka.

Ketika cerita mencapai akhir, banyak fakta mencengangkan muncul, bahwa petugas polisi bersama Lekh Ram sejak dia ditemukan ditikam hingga saat dia menghembuskan nafas terakhir, tetapi pernyataan kematiannya tidak pernah tercatat65. Pertanyaan juga muncul tentang mengapa teman Lekh Ram, yang telah menunjukkan kekhawatiran tentang bahaya nyawa Lekh Ram, tidak diajukan oleh Arya untuk menjelaskan mengapa dia menyimpan ketakutan seperti itu [tidak mengungkapkan sebelumnya]. Ini sekali lagi menyoroti fakta bahwa Hadhrat Ahmad AS sama sekali tidak terlibat dalam pembunuhan Lekh Ram, atau teman-teman seperti itu akan mengungkapkan kecurigaan mereka kepada pihak berwenang.

Pencarian ketat dilakukan oleh polisi tetapi tidak ada jejak pembunuh yang pernah ditemukan. Semua area yang berdekatan dengan rumah Lekh Ram, di samping seluruh lingkungan itu (tetangga) digerebek dan digeledah, tetapi pembunuhnya tidak pernah ditemukan.

Sementara Hadhrat Ahmad AS dan umat Muslim Punjab dituduh oleh kalangan Arya bahwa mereka terlibat dalam pembunuhan Lekh Ram, Hadhrat Ahmad AS sebagai satu-satunya yang tidak menampilkan kekerasan sebagai pembalasan terhadap tuduhan tersebut. Suratkabar dalam bahasa daerah dipenuhi dengan berita bentrokan kaum Arya dan kaum Muslim di seluruh Punjab, namun tidak ada satu penerbit media pun yang melaporkan kekerasan di Qadian atau di tempat lain, yang dipicu oleh Hadhrat Ahmad AS. Satu-satunya tanggapan yang disaksikan dari Hadhrat AhmadAS adalah seperti pengumuman tergenapinya nubuatan dan ungkapan kesedihan beliau AS bahwa Lekh Ram harus menderita murka Tuhan, yang sebenarnya dapat dia hindari dengan tidak melakukan caci-maki terhadap Nabi Muhammad (saw)66.

Masyarakat yang berpikiran bijaksana tidak bisa mengabaikan filosofi di balik nubuatan yang diterbitkan oleh Hadhrat AhmadAS. Ada banyak yang menyatakan bahwa mereka juga cenderung menganggap Hadhrat AhmadAS terlibat dalam pembunuhan Lekh Ram, tetapi setelah membaca karya-karya Lekh Ram dan tanggapan Hadhrat AhmadAS, mereka berubah pendapat. Beberapa orang menulis ke surat kabar menawarkan untuk menuntut, dengan sumpah, bahwa Hadhrat AhmadAS tidak pernah menggunakan bahasa kasar atau kotor ketika menunjukkan titik-titik lemah ajaran agama Hindu, serta menyangkal kesalahan pernyataan yang telah diberikan saat itu oleh musuh-musuh beliau AS 67.

Pada bulan Mei 1897, ketika si pembunuh tidak dapat ditemukan, ada pengakuan bahwa nubuatan Hadhrat Ahmad AS ‘mungkin’ telah menjadi kenyataan. Maulvi Muhammad Hussain dari Batala, dilaporkan telah mengomentari nubuatan dalam majalah Ishaatus Sunnahnya, “bahkan jika itu menjadi kenyataan, itu tidak dapat dianggap lebih dari ramalan seorang astrolog (ahli nujum)68.” Komunikasi lain ke Wafadar dibaca, “Mirza mungkin membuat prediksi, tapi ini bisa dilakukan dengan bantuan ilmu mesmerisme (ilmu kesaktian tenaga dalam)69.”

Sangat besar tekanan dari kaum Arya Samaj pada Pemerintah untuk melibatkan Hadhrat Ahmad AS dalam pembunuhan Lekh Ram bertahan selama berbulan-bulan di antara berita utama utama Suratkabar-suratkabar Bahasa Daerah di seluruh Punjab. Pada akhir April 1897, media terlihat melaporkan bahwa Hadhrat AhmadAS tidak bersalah seperti dalam kasus pembunuhan Lekh Ram. “Terlepas dari kenyataan bahwa musuh-musuh Mirza Ghulam Ahmad AS banyak melaporkan dirinya (yang dianggap sebagai pembunuh Lekh Ram), Pemerintah bertindak bijaksana dengan tidak ikut campur tanpa bukti yang cukup. Letnan Gubernur saat ini pantas mendapatkan pujian yang besar karena tidak mengambil tindakan atas dasar kabar angin tersebut.”

Umat Hindu terpaksa menuduh pemerintah mendukung kaum Muslim dan tidak menganggap serius pencarian pembunuh Lekh Ram70. Tuduhan ini sekarang dapat dibuktikan sebagai tidak berdasar, setelah mempelajari surat-menyurat rahasia yang terjadi antara Pemerintah Punjab dan Menteri Sekretaris Negara urusan India di London. Pertukaran surat-menyurat ini dengan jelas menunjukkan bahwa kasus tersebut ditangani dengan sangat serius, seperti yang ditulis oleh sayap publik Departemen Dalam Negeri kepada Pemerintah Punjab, pada tanggal 25 Maret 1897, “Pemerintah India akan dengan senang hati menerima informasi telegraf dari pandangan Letnan Gubernur sejauh ada perasaan tidak enak antara orang-orang Muhammadan (umat Muslim) dan orang-orang Hindu sebagai akibat dari pembunuhan Lekh Ram baru-baru ini dan senantiasa terus mencari informasi apapun tentang perkembangan-perkembangannya71.”

Pemerintah Punjab menulis kembali melalui telegram no. 372 pada 27 Maret 1897 informasi berikut ini: “Letnan Gubernur Punjab percaya bahwa kepahitan perasaan antara umat Hindu dan umat Muhammad yang didasarkan pada ekspresi media pribumi mengenai pembunuhan Lekh Ram terbatas pada kelas-kelas terpelajar di Lahore, Amritsar, Ludhiana, Hoshiarpur, Ferozepore dan Peshawar dan terutama kelas siswa, dan telah digerakkan oleh komunitas Arya tempat Lekh Ram berada … sekarang, kegembiraan mereda, tetapi pembunuhnya masih buron72.”

Ini menunjukkan tingkat ketertarikan yang dipertahankan oleh Pemerintah Punjab dalam kasus Lekh Ram. Surat-menyurat rahasia ini juga menunjukkan tidak adanya prasangka terhadap kalangan Arya Samaj. Pembunuh misterius, yang namanya tidak diketahui, membunuh Lekh Ram pada hari raya Idul Fitri. Dia secara misterius melarikan diri dari ruangan yang hanya memiliki satu pintu untuk digunakan sebagai pintu masuk dan keluar. Semua komunitas agama menuduh satu sama lain sebagai para komplotan dibalik pembunuh misterius ini. Lekh Ram telah menghina semua agama besar selama hidupnya, jadi masuk akal bahwa pengikut dari salah satu agama ini dapat melakukan hal yang mengakibatkan kematiannya yang keras dan kejam dan pembunuhan itu tetap tertutup dalam spekulasi. Terlepas dari semua lini penyelidikan, pembunuh misterius itu tidak pernah ditemukan dan nubuatan tentang kematian Lekh Ram digenapi dalam surat itu. Upaya untuk membuktikan Hadhrat AhmadAS sebagai bersalah gagal total73.

Kasus ini telah dan akan selalu tertutup, dan merupakan kesaksian besar atas kebenaran Hadhrat Ahmad AS sebagai Al-Masih yang dijanjikan, sebagai utusan Allah Ta’ala. []

 

 

Penulis : Asif M Basit, Kurator Ahmadiyya ARC (Archive and Research Center – Pusat Arsip dan Penelitian), Director Programming (Direktur Program) MTA International abasit@mta.tv dari judul asli A Murder in British Lahore – Closing the Case of Lekh Ram pada 21st August 2015 oleh Asif M Basit; London – UK, Ahmadiyya History.
Diterjemahkan : Darjah Syahid JAMAI angkatan kedua (Ahmad Hasan, Andhika Ibrar Ahmad, Fahrizal dan Syah Alam Lubis) dalam studi perbandingan agama (Muwazanah Madzahib);
Editor : Mln. Dildaar Ahmad Dartono.

Catatan:

1 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Ruhani Khazain, www.alislam.org/rk.
2 Holy Qur’an, Surah al-Jinn, Verse 27-28.
3 James Thayer Addison, “The Ahmadiya Movement and Its Western Propaganda – Gerakan Ahmadiyah dan Propaganda Barat,” Harvard Theological Review (Tinjauan Teologis Universitas Harvard) 22, no. 01 (January 1929): 1–32, doi:10.1017/S0017816000000468.
4 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 39–54, doi:10.2307/2942838.
5 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 39–54, doi:10.2307/2942838.
6 Pandit Lekh Ram, Kulliat-e-Arya Musafir (Saharanpur: Satya Dharam Parcharak Press, 1904).
7 Pandit Lekh Ram, Kulliat-e-Arya Musafir (Jullundur: Satya Dharam Parcharak, 1897).
8 Pandit Lekh Ram, Kulliat-e-Arya Musafir (Jullundur: Satya Dharam Parcharak, 1897).
9 Gene R. Thursby, Hindu-Muslim Relations in British India: A Study of Controversy, Conflict and Communal movements in Northern India (Hubungan umat Muslim dan umat Hindu di India zaman penjajahan Inggris: Studi Kontroversi, Perselisihan dan gerakan masyarakat di India Utara), 1923-1928.
10 Gene R. Thursby, Hindu-Muslim Relations in British India: A Study of Controversy, Conflict and Communal movements in Northern India, 1923-1928.
11 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Aina-e-Kamalat-e-Islam, Ruhani Khazain, Vol. 5 (Surrey: Islam International Publications, 2009), 651.
12 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Istifta, Ruhani Khazain, Vol. 12 (London: 1984), 110.
13 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 39–54, doi:10.2307/2942838.
14 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Istifta, Ruhani Khazain, Vol. 12 (London: 1984), 113-116.
15 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Istifta, Ruhani Khazain, Vol. 12 (London: 1984), 110.
16 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Istifta, Ruhani Khazain, Vol. 12 (London: 1984), 110.
17 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Istifta, Ruhani Khazain, www.alislam.org/urdu/rk/Ruhani-Khazain-Vol-12.pdf.
18 James Thayer Addison, “The Ahmadiya Movement and Its Western Propaganda,” Harvard Theological Review 22, no. 01 (January 1929): 1–32, doi:10.1017/S0017816000000468.
19 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Aina-e-Kamalat-e-Islam, Ruhani Khazain, Vol. 5 (Surrey: Islam International Publications, 2009), 650.
20 Vernacular Papers British Library (Perpustakaan Britania (Inggris Raya) tentang suratkabar-suratkabar daerah, Akhbar-e-Aam (Lahore), 169.
21 Ganga Prasad Upadhaya, The Light of Truth, 780.
22 Ganga Prasad Upadhaya, The Light of Truth, 780.
23 Kenneth W. Jones, Arya Dharm (London: University of California Press, 1976),14624 Vernacular Papers British Library, Punjab Samachar, 184.
25 Vernacular Papers British Library, “Summaries,” (India Office Records).
26 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution – Gerakan Massa di Punjab: Sumbangan Arya Samaj,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 146 & 148, doi:10.2307/2942838.
27 Bob van der Linden, Moral Languages from Colonial Punjab, (New Delhi: Manohar, 2008), 185.
28 Bob van der Linden, Moral Languages from Colonial Punjab, (New Delhi: Manohar, 2008), 186.
29 Bob van der Linden, Moral Languages from Colonial Punjab, (New Delhi: Manohar, 2008), 104.
30 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, The Message or a Cry of Pain, p.19.
31 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 149, doi:10.2307/2942838.
32 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 152, doi:10.2307/2942838.
33 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 152, doi:10.2307/2942838.
34 Muhammad Abdul Majid, Sadqa-e-Jariya baraey Firqa-e-Arya (Sedekah jariyah kepada golongan Arya).
35 Khalil Muhammad, Adam: Nijat-e-Arya.
36 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Aina-e-Kamalat-e-Islam, p.650.
37 ibid
38 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Karamat us Sadiqeen, Ruhani Khazain.
39 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Barkaat-ud-Dua, Ruhani Khazain, Vol. 6 (Tilford, Surrey: 2008), 2-3.
40 Publications like Ummahatul Momineen, Rangeela Rasool, Satanic Verses, caricatures and satirical depiction of the Prophet in the very recent years are all examples of actions leading to violent reactions. Penerbitan dari kalangan yang memusuhi Islam seperti buku mereka berjudul Ummahatul Muminin (Istri-istri Nabi), Ranggila Rasul (Rasul berjiwa muda), ayat-ayat Setan oleh Salman Rushdi, karikatur dan gambaran mengejek terhadap Nabi dalam beberapa tahun ini adalah contoh tindakan yang mengarah pada reaksi bersifat kekerasan.
41 Antony Copley, ed., Gurus and Their Followers: New Religious Reform Movements in Colonial India – Para Guru dan Pengikut Mereka: Gerakan-Gerakan Pembaharuan Agama di masa India yang terjajah (New Delhi ; New York: Oxford University Press, 2000), 111.
42 Bob van der Linden, Moral Languages from Colonial Punjab, (New Delhi: Manohar, 2008), 186.
43 Akmal-ul-Akhbar, March 21, 1890.
44 Tribune, May 3, 1890.
45 “Synopsis of the lawsuit against Lekh Ram in Delhi – Ringkasan gugatan hukum terhadap Lekh Ram,” (India Office Records, British Library – Rekam Data Kantor India, Perpustakaan Britania) Shelf Mark IOR/LP/R/1/1/223.
46 Kenneth W. Jones, “Communalism in the Punjab: The Arya Samaj Contribution,” The Journal of Asian Studies 28, no. 01 (November 1968): 152, doi:10.2307/2942838.
47 “The Chaudhwin Sadi,” March 23, 1897.
48 Rahbar-i-Hind (Lahore), March 15, 1897.
49 Dafe-ul-Auham, 81.
50 Akhbar-i-Am (Lahore), March 26, 1897.
51 Rahbar-i-Hind (Lahore), March 15, 1897.
52 (as) far (as) the author has been able to research on the literature printed in India in response to Lekh Ram’s murder, Arya or Non-Arya, no name of the suspected murderer has been mentioned. (Sejauh yang penulis mampu dalam meneliti literatur cetak di India yang menyebut dan menanggapi pembunuhan Lekh Ram, baik dari kalangan Arya maupun bukan Arya, tidak ada nama tersangka pembunuhan yang disebut.)
53 “Special Supplement,” Bharat Sudhar (Lahore), March 13, 1897.
54 Akhbar-i-Am (Lahore), March 11, 1897.
55 Punjab Samachar (Lahore), March 13, 1897.
56 Bharat Sudhar (Lahore), March 13, 1897.
57 Paisa Akhbar (Lahore), March 27, 1897.
58 Siraj ul Akhbar (Jhelum), March 22. 1897.
59 Various books of the Hadhrat Mirza Sahib (as) carry references to this e.g. Aina Kamalat-e-Islam, Al-Istifta, Barakat-ud-Dua.
60 Paisa Akhbar (Lahore), March 27, 1897.
61 Paisa Akhbar (Lahore), Apr. 14, 1897.
62 Wafadar (Lahore), March 15, 1897.
63 Akhbar-i-Am (Lahore), March 19, 1897.
64 The Nur Afshan, April 23, 1897.
65 “The Chawdhwin Sadi,” March 23, 1897.
66 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as, Barkat-ud-Dua.
67 Paisa Akhbar (Lahore), April 10, 1897.
68 Jaafar Zattali (Lahore), May 1, 1897.
69 Wafadar (Lahore), May 15, 1897.
70 Arya Gazzette (Lahore), Jun 24, 1897.
71 “Telegram 444” (Judicial and Public Department (Departemen Hukum dan Publik), India Office Records British Library), File 765/1897.
72 “Telegram 444” (Judicial and Public Department, India Office Records British Library), File 765/1897.
73 James Thayer Addison, “The Ahmadiya Movement and Its Western Propaganda,” Harvard Theological Review 22, no. 01 (January 1929): 1–32, doi:10.1017/S0017816000000468.

 

No Responses

Tinggalkan Balasan