Kristenisasi: Upaya Merancukan Islam Melalui Penyelewengan Ayat-Ayat Alquran dan Hadits

Kristenisasi: Upaya Merancukan Islam Melalui Penyelewengan Ayat-Ayat Alquran dan Hadits

Masroor Library – Oleh para pendeta dan pengnjil (evangelists) yang mengaku dulunya beragama Islam, QS Ali Imran : 45 sering dipergunakan sebagai senjata untuk menarik orang-orang Islam ke dalam agama mereka. Mereka mengatakan bahwa Alquran sendiri sangat memuliakan kedudukan (derajat) Yesus Kristus bahkan telah menyebut beliau sebagai “wajihan fi al-dunyaa wa al-akhirat” (terkemuka di dunia dan di akhirat). Karena satu-satunya yang terkemuka di dunia dan di akhirat itu hanya Allah, maka kata mereka mengapa kalian (orang-orang Islam) tidak mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kalian ?

Riva’i Burhanuddin misalnya, pendeta dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (The Seventh Day Adventist Church) ini dalam bukunya Isa dalam Alquran terbitan Indonesia Publishing House Cimindi, Bandung (1956) mengatakan bahwa kalimat “muqarrabin” yang tercantum dalam ayat itu katanya berasal dari kata “Rabbi” artinya “Tuhan”. Tapi setelah umat Islam menanggapi dan menunjukan kesalahan dari tulisan tersebut, Riva’i Burhanuddin segera meralatnya dengan dalih salah cetak! Inilah kelicikan dari orang yang mengaku dulunya “tokoh Islam” lalu murtad masuk agama Kristen.

Empat puluh tahun kemudian terbit pula sebuah buku berjudul Tegakan Taurat , Injil dan Alquran tulisan Wirtodjo yang diberi ciri tahun1996. Menurut Ali Mukhayat MS (Pengamat Kristologi dari Tasikmalaya), penulis buku ini pun adalah seorang Kristen Advent Hari Ketujuh (The Seventh Day Adventist Church), yang dengan terang-terangan telah menjiplak bagian-bagian tertentu dari buku Pdt. Riva’i Burhanuddin di atas. Padahal apa yang ditiru-tirunya itu betul-betul suatu “blunder besar”. (Islam Menjawab Wirtodjo (Kristen Advent), Tasikmalaya 1997, Kalimat Penghantar hal. 4)

Tidak lama setelah itu terbit lagi sebuah buku berjudul Kebenaran yang Terungkap dari Alquran karangan Robert P. Walean. Buku yang diterbitkan oleh Last Event Duty Institute Jakarta ini ditulis dan dikemas dalam bentuk Islami, dilengkap dengan 37 judul referensi mengenai Kristologi karangan Kristolog Muslim terkenal dalam dan luar negeri. Namun pencantuman referensi itu pun lagi-lagi merupakan upaya untuk mengelabuhi umat Islam awam.

Dari dalam negeri misalnya terdapat buku Jawaban untuk Pendeta (Ikut Penafsiran Kristen atau Islam?) dan 100 jawaban untuk Missionaris. Keduanya tulisan Al Ustadz KH Abdullah Wasi’an, Kristolog senior Indonesia yang juga mahaguru Kristologi dari beberapa kelompok Studi Pemantapan Akidah di Indonesia (Dengan beliau penulis pernah berkorespondensi mengenai Kristologi selama satu tahun dan memiliki beberapa tulisan beliau, baik dalam bentuk makalah maupun yang telah dicetak dan diterbitkan menjadi buku, Alhamdulillah)

Sedangkan dari luar negeri terdapat buku Is The Bble God’s Word? Tulisan DR Ahmed Hussain Deedat, Occidentalist & Kristolog senior duniayang juga Direktur Islamic Propagation Centre International (IPCI) Durban, Afrika Selatan. Di Indonesia masterpiece beliau dalam bidang perbandingan agama The Choice sangat terkenal dan menjadi rujukan bagi para pemula yang mempelajari Kristologi. (Dengan beliaupun penulis pernah berkorespondensi selama tiga tahun dan memiliki publikasi-publikasi Kristologi dalam Bahasa Inggris, baik buku-buku maupun kaset audio-video. Untuk mengetahui siapa itu DR Ahmed Deedat dan apa hubungannya dengan Jemaat Islam Ahmadiyah, dapat dibaca dalam makalah penulis berjudul DR Ahmed Deedat Kristolog Senior Dunia ?)

Meskipun penulis buku Kebenaran yang Terungkap dari Alquran ini  tidak menyebutkan dari Gereja mana berasal. Namun setelah membaca pembahasan-pembahasan yang terdapat di dalam bukunya, kita akan segera mengetahui identitas penulis ini. Hanya orang-orang dari Gereja Kristen Advent Hari ketujuh (The Seventh Day Adventist Church) yang selalu membahas masalah “pengharaman makan daging babi, menghormati hari Sabat dan mementingkan masalah baptisan “ (hal….). Jadi selama 44 tahun ini telah tiga orang Advent yang menyerang Islam melalui Islamologi.

Bagi orang Islam yang masih awam mengenai Kristologi, buku setebal 36 halaman ini (edisi plus @2000) mungkin disangkanya buah pena seorang Muslim. Apalagi dalam prakata buku tersebut dicantumkan alam khas Islam. Begitu pula dengan isi pembahasannya yang banyak mengutip dan menggunakan istilah-istilah Islam dari Alquran dan Hadits. Wajar jika orang Islam itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya buku tersebut ditulis oleh seorang Kristen yang sangat mahir dalam bidang Islamologi dan lihai memutar balikkan dalil-dalil. Lantas apa sebenarnya maksud / tujuan buku-buku tersebut ?

Walaupun penerbitnya telah menyebutkan bahwa “isi buku ini bukan hendak mengkristenkan Islam” dan “tujuan utama tulisan ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran isi Alquran” (prakata hal 3). Namun sebagaimana dengan publikasi-publikasi Kristiani lainnya, buku ini pun pada intinya ingin mengatakan kepada kita (umat Islam) bahwa: ”Yesus yang dilahirkan di Palestna oleh perawan Maryam adalah benar-benar sang Kristus, anak Allah, bahkan Allah itu sendiri. Bukankah Alquran kitab suci kalian itu menyebutkan? Inilah intisari Alquran yang ada di tangan kalian. Maka terimalah Yesus Krstus sebagai Juru Selaamat Tunggal bagi kalian!”

Meskipun isi ketiga buku tersebut “biasa-biasa saja” dan hanya merupakan pengulangan (repetisi) materi dari buku-buku sejenis yang sudah ada namun ketiganya sangat efektif dalam merancukan akidah Islamiyah umat Islam awam. Sedemikian halus “keindahan jalinannya” sehingga bagi mereka yang masih awam mungkin tidak menyadari ujung tambang itu telah mengikat leher mereka dan menariknya pada maksud / tujuan penulisnya.

Mengenai hal ini Masyhud SM, S.Th, Kristolog muda yang dibesarkan dalam lingkungan Islam dan Kristen pernah menulis:

“Perkembangan Islamologi yang dimiliki oleh para pendeta di Indonesia untuk menyerang Islam tampaknya sangat lambat sekali. Kita bisa menyimak dan membandingkan pemikiran mereka dari masa ke masa. Ayat-ayat Alquran yang dipakai dalil oleh Riva’i Burhanuddin diambi oleh Hambran  Ambrie, Petrus Salindeho dan Dr Suradi. Padahal tulisan itu sama sekali tidak ilmiah dan lebih cenderung mengikuti pikiran yang serampangan. Namun ia sangat efektif karena mayoritas masyarakat Indonesia masih belum terbiasa bergumul dengan alam pikiran ilmiah. Oleh karena itu tulisan-tulisan tersebut sangat berbahaya  bagi mereka yang memiliki pikiran sederhana dan praktis. Dengan demikian sangat diperlukan penjelasan dari pihak Islam untuk meluruskan penyimpangan penafsiran Alquran yang dilakukan oleh para pendeta Kristen tersebut.” (Upaya Merancukan Islam (Sebuah Pengantar) dari buku Jawaban Tuntas untuk Pendeta, Pustaka Da’i, Surabaya, Cet.II, Juni 1995, hal xviii).

Apa yang menjadi kekhawatiran Masyhud di atas sekarang ini telah menjadi kenyataan. Bahkan dampak tulisan-tulisan Islamologi itu jug telah mempengaruhi orang-orang yang dianggap “tokoh Islam” (penceramah agama). Akibat kurangnya penjelasan dari pihak Islam, khususnya dalam meluruskan penyimpangan penafsiran ayat-ayat Alquran, banyak dari orang-orang Islam yang awam mengenai Kristologi menjadi berpindah agama (murtad), dari Islam menjadi Kristen. Beberapa nama diantaranya telah disebutkan oleh Masyhud: Riva’i Burhanuddin, Hambran Ambrie, Petrus Salindeho dan Dr. Suradi. Daftar itu terus bertambah dengan nama-nama berikut ini: Paulus Sahari, (dulunya adalah KH Sahari) Abu Bakar Masyhur Yusuf Roni (dulunya penceramah agama/ Mubaligh Islam, sekarang Direktur Sekolah Tinggi Teologi (STT) Midras El Hasyim, Jakarta dengan gelar D.Div (Doktor Teologi), Rusli Nurveha, Lies Saodah (dulunya penceramah agama / Mubalighoh Islam, sekarang pemuji lagu-lagu Rohani Kristen dan seorang penginjil / evangelist). Ev. Drs. Danu Kholil Dinata (alumnus Ponpes Daar Al Tauhid Arjawinangu, Cirebon, sekarang sedang melanjutkan S-2 di Zamboanga City Filipina dengan nama baru Theofillus Dani’el), Junaedi Salat, dan lain-lain.

Setelah mereka murtad dari Islam dan tenggelam dalam lumpur kekufuran, mereka berusaha menarik orang-orang Islam lainnya untuk berkubang dalam lumpur yang sama. Mereka publikasikan kesaksian-kesaksian, baik dalam majalah milik mereka maupun memalui kaset yang mereka sebar luaskan secara gratis. Isinya merupakan penonjolan pribadi mereka yang seolah-olah sebagai petualang sejati dalam mencari kebenaran. Akan tetapi dalam menceritkan kesaksian tersebut mereka tidak jujur, bahkan sengaja ditambah-tambah untuk lebih meyakinkan “ketokohan” mereka sebelumnya dalam Islam terutama bagi pembaca-pembaca Kristen. Dua diantara mereka adalah DR. A.M. Yusuf Roni dan Ev. Drs. Danu Kholil Dinata. (A.E. Fithri, Makalah Tanggapan Terhadap Tulisan Drs. Danu Kholil Dinata dalam “Kutemukan Mutiara di Padang Pasir” (Bulettin CCN Gema Nehemia No. 32), Surabaya, 5 November 1997 dan Bey Arifin  & H. Mubeisj Umar, Dialog Islam dan Kristen, Pustaka Progressif, Surabaya, Cet. IV, September 1983).

Hal-hal yang penulis kemukakan di atas merupakan bukti kongkret dari peringatan Allah Ta’ala dalam QS Al Baqarah, II:120 yang semakin terbukti kebenarannya. Dalam konteks hak dan kebebasan beragama dewasa ini, para penginjil (Evangelists) makin agresif melancarkan aksi pemurtadan dengan menghalalkan segala cara. Selain melalui publikasi, kini dirancang jurus baru “Pemurtadan Berkedok Islam” dengan dirancangkannya program studi “Studi Islamologi” melalui penelitian dan pengkajian Alquran dan Alhadits secara intensif guna menjungkir balikkan pengertiannya.

Di Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta, misalnya, Islamologi dikaji secara intensif selama 40 SKS meliputi mata kuliah Bahasa Arab, Studi Quran dan Hadits Nabi. Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih Islam, Antropologi Islam, Konsep Kalam, Filsafat Islam, Tasauf dan lainnya. Ini guna mencetak para pendeta dan penginjil yang siap pakai dan mampu mengkristenkan umat Islam lewat jalur Dialog Teologis. Ironisnya, program  ini didukung oleh pengajar dari dosen pasca sarjana IAIN. (Sabili, No. 3/Tahun VIII/26 Juli 2000 hal.20).

Di tempat lan, Ev. Dr. Suradi ben Abraham, Direktur Yayasan Christian Center Nehemia (CCN) Jakarta menganjurkan agar umat Kristen mempelajari Alquran dan Hadits Nabi sebagai senjata ampuh untuk misinya. Bahkan untuk memperluas wawasan Islamologi para penginjilnya, Suradi pernah mengirimkan seorang bernama Danu Kholil Dinata (Theofillus Daniel) ‘menyusup’ ke Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Negeri Cirebon menjad I mahasiswa (Rakeeman Al-Sekarmoolwy, SPL, Data Akurat Ev. Drs. Danu Kholil DInata: Evangelist Christian Center Nehemia Jakarta yang disusupkan ke STAIN Cirebon, Indramayu: Arsip Perpustakaan Pribadi, Mei 1998).

Dari markas pusat IPCI di Durban, Afrika Selatan Deedat juga telah menyinggung masalah Kristenisasi di Indonesia ini dalam bukunya What is Name ? Sebagai beriut:

“IN INDONESIA, the largest Muslim populated country in the word, there are over 6000 full-time Christian missionaries, not priests, parson nor minister attached to their respective Chruchs, but propagators (crusaders) of their Faith to the non-Christians harassing “the heathen” as they call them. These Christians missionaries have more private air strips of their own than the Indonesian Govemmenthas. They have mission ships that anchor off the island, because Indonesia is a country of over 2000 islands, which have no harbor or docking facilities. They invite the native for refreshment and entertainment on board the ship and subtly initiate them into their blasphemy in their operation code named “over-killed”. They are aiming to make Indonesia a Christian Nation by the tum of the century”. (What is His Name ? Durban RSA IPCI, 7th Print, Februay 1995. P. 13)

Dengan mencermati data-data di atas maka semakin jelaslah bagi kita, usaha Kristenisasi di Indonesia ini telah mempergunakan segala macam cara dan metode untuk mencapai tujuannya. (Mat. 10 : 16). Walaupun demikian, upaya mereka itu selamanya tidak akan pernah berhasil bahkan terjagal ditengah jalan. Mengapa ?

Majalah terkenal TEMPO dalam edisinya 21 September 1974 menurunkan tulisan mengenai Ahmadiyah di Indonesia. Dalam Laporan Utama itu ditulis alasan mengapa para penginjil (Evangelists) akan gagal dalam mengkristenkan umat Islam Indonesia. Dikatakan TEMPO demikian:

“Tetapi kesimpulan paling menonjol dari seluruh panggilan Ahmadiyah ialah: mereka telah memberikan senjata yang bagus bagi umat Islam setidak-tidaknya dalam apologi menghadapi serangan Eropa yang terutama santer sampai Perang Dunia I …. Buku-buku kaum Ahmadi telah menyerang lebih langsung”. Buku-buku yang telah mengupas Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Kitab–kitab agama lain, berasal dari mereka hal-hal yang tidak pernah muncul dari bumi Mesir atau Arab umumnya sampai pada tahun yang lebih akhir….”

Jadi inilah sebab utama yang menyebankan kaum Kristiani tidak akan mampu mengkristenkan umat Islam Indonesia. Tidak lain dan tidak bukan hanyalah karena orang-orang Ahmadiyah yang telah menjadi “pionir” dalam menghadapi misi Kristen lewat Kristologi. Lebih lanjut TEMPO menulis:

“….. Pada tahun 1937 muncul pula dari Ahmadiyah Wadian empat buah buku: Jesus dalam Bijbel serta Nabi Isa Anak Allah? Oleh M Sadiq, HA terbitan Medan dan Jakarta. Dua yang lain adalah Kebenaran Nabi Muhammad Menurut Bijbel oleh M Rahmat Ali, HA. OT. Jakarta . Itulah buku-buku perbandingan agama atau Krstologi yang pertama kali di tangan umat Islam Indonesia….”

Anehnya, ketika membahas masalah Orientalisme dan Occidentalisme Prof. Dr. KH. A Mukti Ali, MA mantan menteri Agama RI dan pelopor Ilmu Perbandingan agama di Indonesia tidak menyebutkan satupun buku-buku Kristologi “yang pertama kali di tangan umat Islam Indonesia” itu. Justru yang beliau sebutkan adalah buku-buku Kristologi  yang terbit belakangan. (Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, Bandung Mizan Cet III Maret 1993, hal 38). Mungkinkah beliau bermaksud menghapus peranan Ahmadiyah dalam bidang ilmiah di Indonesia ? Wallohu A’lam !

Berkat persentuhannya dengan Ahmadiyah pulalah organisasi Islam lain semisal NU, Muhammadiyah, Persis dan DDII mulail mengadakan kegiatan-kegiatan dan kulih-kulih umum mengenai Kristologi. Dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di Lhokseumawe tanggal 8 Desember 1989, Mensegneg Drs. Murdiono menjawab pertanyaan seorang peserta Tanwir Muhammadiyah , bahwa di negeri Belanda ada Lembaga Islamologi, yang anggotanya tokoh-tokoh Kristen. Dengan maksud, jika mereka berhadapan dengan orang Islam, mereka dapat berbicara. Mengapa di negeri Belanda ada jurusan Islamologi tetapi di Indonesia belum adaKristologi?

Ikatan Alumni Keluarga Lembaga Dakwaj Islam (LPDI) yang berada di bawah naungan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) setiap tanggal 25 Desember juga menyelenggarakan kuliah Umum dan Bedah Buku Kristologi. Biasanya mereka mendatangkan pembicara pakar Kristologi Indonesia (KH Abdullah Wasi’an Sidoarjo, Surabaya) atau para muallaf mantan pendeta. Selain itu Forum antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) dan Ulil Albab juga mulai aktif membahas masalah Kristologi. Bahkan FAKTA bekerja sama dengan majalah SABILI telah mempublikasikan materi-materinya melalui Kolom Bimbingan Tauhid. Begitu pula dengan Ulil Albab pimpinan Kodiran Salim, mulai mengadakan kursus tertulis Kristologi. Tidak kalah menariknya di Jawa Timur para Kristolog mantan  pendeta dan pastor bergabung dalam Yayasan Jamaah Al Muhtadin aktif menyelenggarakan serangkaian dialog dengan tokoh Kristen.

Beberapa dialog yang pernah berlangsung diantaranya, KH Abdullah Wasi’an dengan Ev. Dr. Suradi ben Abraham pada tanggal 4 Aprl 1989 di Jakarta dan dengan Pdt. Robert Westley Sitorus  (Advent) pada tanggal 13 Februari 1990 di Kantor Tabloid Salaam, Bandung. Mahmud SH berdialog dengan Dr. Alex dan Drs. Sudidarma (Gereja Betania, Surabaya), Drs Yusriansyah, Ir. Ikhwan Hariyadi dan Mahmud, S.H. berdialog dengan DR. Missah (Kepala Gereja Advent Wil Jawa Timur dan Bali) di Surabayadan Masyhud, SM , S.Th berdialog dengan Dr. Sictus Situmorang dan Landrikus, M. Th (Gereja Katolik) di Ponorogo.

Kita patut bersyukur karena pasca perang kemerdekaan Indonesia telah melahirkan sederetan Kristolog Muslim yang mumpuni. Diantaranya Alm Yoesoef Sou’aib, Alm KH Arkanuddin Masrury, Alm KH Bahauddin Mudhary, O Hashem dan M. Hashem, Prof Drs KH Hazbullah Bakry, SH., Drs H. Abu YAmin Roham, KH Jall Muksin dan Prof Rasyidi.

Penulis  :     Rakeeman R.A.M. Jumaan
Sumber :     Bisyarat
Diterbitkan di :     Bisyarat Edisi Desember – Januari 2001 – 02/Volume INo.5
Tulis Ulang & Edit :     Bagus Sugiarto
Publikasi :     MasroorLibary.Com

No Responses

Tinggalkan Balasan