Mengungkap Kristen | Temuan Selama Satu Abad Terakhir

Mengungkap Kristen  | Temuan Selama Satu Abad Terakhir

Masroor Library – Sejak terbitnya majalah Review of Religions di tahun 1902 dan kedatangan Hazrat Masih MauudAS di akhir abad ke 19 ketika beliau mendakwahkan bahwa sebagian dari tugas yang beliau emban adalah mengungkap kebenaran dari agama Kristen serta nabinya Yesus KristusAS, ternyata telah banyak sekali temuan selama satu abad terakhir yang membenarkan pernyataan beliau itu serta memberikan gambaran baru tentang asal muasal agama Kristen. Artikel ini merangkum semua temuan itu serta dampaknya pada pemahaman kita tentang agama tersebut. Artikel ini mengarahkan pembaca kepada artikel-artikel lain yang pernah dipublikasikan dalam majalah Review of Religions tentang subyek ini yang telah membahasnya secara lebih mendetil

Satu abad yang lalu ketika majalah ini pertama kali diterbitkan, pandangan terhadap agama Kristen dianggap berdasarkan suatu yang solid dan bersumber dari agama itu sendiri sejak dua ribu tahun sebelumnya. Nyatanya dalam tahun-tahun belakangan ini banyak sekali temuan yang telah menghancurkan beberapa dongeng atau mithologi dan menjadikan orang ragu akan fondasi dari agama tersebut. Majalah Review of Religions juga telah mengungkapkan bagaimana temuan-temuan itu telah mengemuka pada saatnya yang tepat guna membenarkan pernyataan yang dilakukan oleh Hazrat Masih Maudas dimana ilmu pengetahuan pun mendukung pernyataan tersebut. Mari kita lihat beberapa dari temuan itu yang nyatanya telah membuka tingkap baru kepada riset tentang agama Kristen.

Kain Kafan Turin

Kain kafan Turin adalah sepotong kain yang demikian terkenal dan diyakini sebagai kain kafan yang pernah menyelimuti tubuh YesusAS saat di lubang kuburan setelah peristiwa penyaliban. Kain kafan ini disimpan di Turin, Italia, selama ratusan tahun dan secara periodic banyak peziarah yang berkunjung ke kota itu untuk melihat kain tersebut. Pada tahun 1898, kota ini memutuskan akan mempertontonkan lagi kain kafan itu guna memperingati 50 tahun konstitusi Italia yang baru dan pada saat itu merupakan kali pertama kain kafan itu difoto.

Kain Kafan Turin

Secondo Pia yang adalah Walikota Asti dan juga seorang fotografer amatir terkenal, telah ditunjuk untuk tugas itu. Usaha yang pertama dilakukan pada tanggal 25 Mei tetapi gagal karena sistem pencahayaan kameranya rusak. Kesempatan kedua dan terakhir dilakukan pada tanggal 28 Mei. Ia melapisi sebuah lempengan kaca dan mempajankannya ke arah kain kafan itu selama 14 menit. Ketika sedang mengembangkan pelat itu, ia merasa puas karena imaji di kain itu muncul. Namun ia terkejut karena imaji yang muncul di negative film bukanlah imaji topeng yang biasa dilihat para pengunjung, tetapi benar-benar menggambarkan sebuah wajah. Imaji ini mirip sekali dengan gambaran wajah Yesus yang dikenal di seluruh dunia. Sebelum era fotografi, adalah suatu hal yang tidak mungkin melihat imaji demikian, karena hanya ada pada imaji negatif.

Sejak saat itu kalangan Gereja mendapat tekanan berat karena hasil riset menunjukkan bahwa jika kain kafan itu adalah benar kafannya YesusAS maka jejak-jejak darah mengesankan kalau beliau sebenarnya tidak dalam keadaan mati ketika diturunkan dari atas kayu salib.

Dalam serangkaian eksprimen dalam tahun 1988, para ilmuwan yang ditugaskan Vatican menganggap bahwa mereka telah berhasil meyakinkan dunia kalau kain kafan itu adalah barang palsu dari abad pertengahan, dan dengan cara demikian mereka berupaya menyingkirkan ancaman tersebut. Hanya saja riset terakhir menunjukkan kalau eksprimen mereka itu cacat prosedur atau bahkan sengaja dipalsukan dengan menyatakan bagaimana tidak mungkin dan absurdnya imaji negatif dalam foto bisa dibuat beberapa ratus tahun yang lalu ketika belum ada fotografi. Malah kemudian ada teori yang mengemukakan bahwa sosok Leonardo da Vinci itulah yang telah memalsu imaji itu. Perdebatan mengenai hal ini masih juga berlangsung. (Lihat juga Review of Religions Juli 1997 untuk analisis yang lebih mendetil).

Makam di Srinagar

Hazrat Masih Mau’udAS dengan bimbingan Ilahi melalui wahyu, mengemukakan konsep selamatnya YesusAS dari kematian di atas salib serta kesimpulan bahwa wujud ini kemudian dimakamkan di India. Hal inilah yang menjadi inti dari buku beliau Yesus di India yang telah membangkitkan perhatian orang di seluruh dunia. Keyakinan Masih Mau’udAS itu bertentangan secara diametral dengan pandangan umat Kristiani dan Muslim ortodoks di masa itu.

Beliau mengungkapkan bagaimana YesusAS sebagai seorang Nabi besar nyatanya mempunyai ruang lingkup missi yang jauh lebih besar dan tidak terbatas kepada umat Yahudi di Palestina saja karena domba-domba Israel yang hilang sudah bertebaran ke negeri timur terseret arus perbudakan bangsa Persia. Karena itu YesusAS juga telah melakukan pendakwahan risalahnya kepada umat Yahudi di Irak, Iran, Afghanistan, Pakistan dan terakhir di India. Jika YesusAS tetap saja tinggal di Palestina maka mana mungkin beliau bisa menyampaikan pesannya kepada sepuluh suku bangsa Yahudi lainnya karena yang ada di Palestina hanya dua suku bangsa.

Dengan berjalannya waktu, banyak cendekiawan termasuk dari Jerman seperti Kersten dan Gruber telah mengikuti petunjuk itu dan tertarik kepada makam kuno dari nabi pangeran Yuz Asaph yang terdapat di jalan Khanyar di ibukota Kashmir yaitu Srinagar. Konferensi dunia tentang “Deliverance of Jesus from the Cross” (Keselamatan Yesus dari kematian di atas salib) yang diadakan di London pada tahun 1978 langsung menambah ramai perdebatan di antara para ilmuwan tersebut. Perdebatan itu juga menarik perhatian cendekiawan lain seperti Andreas Faber- Kaiser, Dr. Ladisjav Filip dan Profesor Hassnain di antaranya

Hasil riset menunjukkan banyak persamaan di antara sosok Yuz Asaph dengan Mesiahnya bangsa Yahudi, sehingga sekurang-kurangnya mensiratkan perlunya riset yang lebih serius oleh ilmuwan dunia. Kita harus menunggu apa yang akan dimunculkan tentang subyek ini di masa depan.

Fragment Perjanjian Baru

Setelah sekian tahun muncullah sebagai berita utama di media tentang temuan Naskah Laut Mati, tetapi sebelum itu pun ada temuan lainnya yang sama signifikannya. Salah satunya ialah temuan papyrus Oxyrhinchus di Mesir pada tahun 1897. Dalam fragment papirus itu terkandung beberapa ayat Kristiani tetapi yang tidak dikenal (sepertinya ucapan-ucapan YesusAS) yang baru terungkap kemudian ketika ditemukan fragment di Nag Hamadi yaitu ada kaitannya dengan Injil Thomas.

Pada tahun 1958 , Dr. Morton Smith menemukan Injil Rahasia di Mar Saba, Palestina, yang diatribusikan sebagai Injil Markus. Pada abad sebelum munculnya Review of Religions, Tischendorf menemukan Injil tertua yang lengkap dari abad ke 4 di biara St. Catherine di Sinai, Mesir, yang kemudian disebut sebagai Codex Sinaiticus.

Penelitian selama seabad yang lalu ini mengungkapkan fakta mencengangkan tentang adanya perbedaan besar di antara Injil modern dengan Codex Siniaiticus itu. Ada bagian dari Injil seperti bagian akhir Injil Markus (tentang kebangkitan kembali) yang tidak terdapat pada Injil-injil yang tua. Bahkan rujukan tentang kenaikan ke langit juga tidak ditemukan (untuk detilnya lihat Review of Religions Agustus 1994).

Naskah Laut Mati

Pada tahun 1947, seorang Badui di padang pasir Yudea di tepi Laut Mati menemukan sebuah gua di Qumran yang berisikan naskah-naskah kuno bergulung yang tersimpan dalam tempayan tembikar. Bertambah banyak naskah yang ditemukan selama tahun-tahun itu sampai 1956 di 11 gua lainnya. Sebelum memahami signifikasi naskah tersebut, banyak yang berusaha memperjual-belikannya sebagai barang antik. Dalam masa lima puluh tahun setelah itu, para ilmuwan telah mencoba menterjemahkan dan memahami naskah naskah tersebut. Sekarang ini sudah lebih banyak yang diketahui tentang naskah itu tetapi tetap saja belum jelas apakah berkaitan dengan agama Yahudi dan harapan tentang akan turunnya Messiah mereka, ataukah naskah itu milik kelompok aliran dalam umat Yahudi seperti Essene dan Ebonite, atau bisa jadi juga merupakan dokumen paling awal dari agama Kristen. Temuan tersebut telah menyulut perdebatan mengenai subyek tersebut. Para ilmuwan mulai sadar bahwa umat Kristiani pada awalnya adalah umat Yahudi dan karena itu tradisi mereka memiliki akar yang sama.

Analisis yang lebih mendalam atas naskah-naskah bergulung itu mengungkapkan tentang sosok seorang Guru Kebenaran yang mencoba membawa kembali umat Yahudi kepada Tuhan mereka dan tentang seorang Pendeta Durjana yang mengkhianati dirinya serta menyesatkan banyak orang. Sampai dengan hari ini para ilmuwan masih berdebat tentang identitas sosok-sosok itu, antara lain bisa jadi YesusAS, Yakobus (saudaranya), Paulus, Yahya Pembaptis atau bisa jadi pendeta-pendeta Yahudi yang lebih awal seperti klan Hasmonea.

Majalah Review of Religions telah memberikan kontribusi banyak menyangkut argumentasi tersebut sehingga beberapa cendekiawan terkemuka seperti Eisenmann telah tertarik untuk berdiskusi dengan cendekiawan Ahmadi (lihat edisi November 1995, April 1997 dan Agustus-Oktober 1997 untuk detilnya).

Perpustakaan Nag Hamadi

Pada tahun 1945 hampir bersamaan dengan pemusatan aktivitas di Qumran, beberapa naskah bergulung juga ditemukan di sebuah gua di Nag Hamadi di Mesir Atas. Diperkirakan naskah itu tersimpan di gua tersebut sejak abad ke 4. Teks yang bisa dibaca mengandung karya yang tidak diabsahkan seperti Injil Thomas dan karya lain yang tidak termasuk dalam yang disetujui sebagai kanun Perjanjian Baru, tetapi memberikan sudut pandang baru tentang kepercayaan bangsa Yahudi dan Kristiani dalam periode bersangkutan.

Penghuni gua

Subyek lain yang menarik hati adalah yang berkaitan dengan surah Al-Kahfi di dalam Al-Quran yang meliput hal tentang orang-orang Kristiani awali yang berlindung di gua-gua selama lebih dari 300 tahun dalam rangka menyelamatkan diri dari penganiayaan. Pada umumnya orang beranggapan bahwa ayat-ayat itu berkaitan dengan gua Catacomb di kota Roma, padahal sebenarnya ini hanyalah kuburan-kuburan di bawah tanah.

Majalah Review of Religions pada tahun-tahun terakhir ini juga meliput subyek tersebut dan mengungkapkan ada beberapa situs yang mungkin menjadi tempat berlindung tersebut, termasuk gua-gua Laut Mati dan Nag Hamadi dimana naskah-naskah bergulung ditemukan. Masih banyak riset yang harus dilakukan mengenai subyek ini karena ada lagi kandidat situs lainnya seperti Emesa di Syria atau bahkan juga gua-gua Cappadocia di Turki yang pernah dihuni umat Kristiani. Para pengunjung ke kota Ephesus di Turki disuguhi cerita yang sama tentang gua-gua dekat reruntuhan tua yang dulunya digunakan sebagai lokasi pertemuan dan peribadatan disamping juga tempat pemakaman. Kedalaman yang diungkapkan Al-Quran mensiratkan bahwa masih akan banyak temuan di bidang ini yang akan memberikan penjelasan tentang kepercayaan dan praktek ibadah umat Kristiani awali (lihat juga Review of Religions April 1994 untuk detilnya).

Yudea – Kristen

Selama seabad terakhir ini bertambah banyak lembaga penelitian yang mencoba menggali fitrat dan bentuk kepercayaan golongan Yudea-Kristiani (orang Yahudi yang menerima YesusAS sebagai Messiah). Hasil riset menunjukkan bahwa umat Kristiani awali adalah orangorang Yahudi. Kelompok ini mencakup juga kaum Ebionite[1], Elkasite dan Mandaean[2]. Yang paling menarik ialah kelompokkelompok ini menganggap YesusAS hanya sebagai Messiah Yahudi atau Nabi dan bukan tuhan sesembahan. Lagipula mereka menganggap Paulus sebagai musuh mereka karena dianggap telah merusak ajaran dan membawa risalah kepada non Yahudi di Eropa.

Selama seabad yang lalu ini bersamaan dengan temuan-temuan arkeologi, orang mulai mempertimbangkan keterkaitan kelompok Essene dan Ebionite dengan naskah Laut Mati serta temuan lainnya (lihat juga Review of Religions November 1993, Desember 1994, Juli 1997 dan Maret 1999 untuk detilnya).

Akidah Trinitas dan Injil

Selama seabad terakhir ini orang juga mempertanyakan akidah Trinitas. Majalah Review of Religions mengungkapkan hasil penelitian karya filosof Kristiani awali seperti Origen dan Arius. Orang juga mulai melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang Dewan Nicaea yang diadakan pada tahun 325 M di Turki di bawah pengawasan Kaisar Roma yaitu Constantine. Adalah pada forum ini mulai munculnya konsep Trinitas yang kemudian menyebar ke seluruh dunia Kristiani.

Riset menunjukkan bahwa banyak gereja yang tidak setuju tetapi mereka dipaksa untuk menerima akidah itu demi kesatuan kerajaan sehingga diduga ada motivasi politik yang mendasarinya. Cendekiawan seperti Origen dan para kontemporernya telah memperdebatkan fitrat dan esensi dari sosok YesusAS selama bertahuntahun, sehingga ketika tiba-tiba semua gereja menerima akidah itu jadinya merupakan suatu hal yang mengejutkan. Yang jelas ada unsurunsur agama pagan (penyembah berhala) yang mempengaruhi agama Kristen seperti adopsi hari solstis musim dingin (yang dirayakan orang Roma guna menyembah dewa matahari mereka) sebagai hari raya Natal.

Riset lanjutan mengungkapkan tentang susunan Injil dan pertalian di antara Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) dengan teks non-kanonikal seperti Injil Thomas (lihat juga Review of Religoions edisi Januari 1994, Pebruari 1994, Pebruari 1995, Maret 1995, April 1995, Desember 1995, September 1996 dan Agustus 1999 untuk detilnya).

Yahya Pembaptis

Siapa sosok Yahya Pembaptis merupakan topik perdebatan di antara umat Muslim dan Kristiani. Menurut umat Kristen, sosok tersebut dipenggal kepalanya atas perintah raja Herodes karena dianggap menjadi pendahulu dari YesusAS. Menurut pandangan Islam, seorang nabi dari Tuhan tidak akan mungkin mengalami nasib seperti itu dan di Al-Quran pun ada pertelaan yang benar tentang Nabi Yahyaas. Majalah Review of Religions menerbitkan fitur 14 bagian mengenai subyek ini dalam edisi Maret 1996 sampai Juni 1997 yang meliput tentang karakter, missi dan kehidupan Yahya Pembaptis serta membandingkannya dengan Yohanes yang Tua[3] dari Ephesus serta Yohanes[4] yang menyusun kitab Wahyu Yohanes ketika sedang bermukim di Patmos.

Konklusi

Kisaran dari berbagai temuan selama seabad terakhir telah menciptakan satu generasi periset baru yang tidak mau lagi menerima ‘fakta’ dan menentang konsep Trinitas, Penyaliban dan Kenaikan ke langit yang telah mengakar selama itu.

Tidak saja bukti-bukti baru itu menjadikan orang meragukan akidah mendasar dari agama Kristen, disamping juga saatnya yang krusial. Sedemikian banyak bukti yang muncul setelah Hazrat Masih Maudas menyatakan akan memecah akidah palsu gereja dan mempersatukan umat manusia di seluruh dunia di bawah panji-panji kedamaian sepertinya suatu kebetulan yang luar biasa atau juga merupakan tindakan Ilahi.

Majalah Review of Religions secara ideal telah menempati posisi untuk mengakomodasi perubahan pandangan ilmiah mengenai subyek ini dan menantang kebijakan yang telah berakar itu berdasarkan bimbingan yang diberikan oleh Hazrat Masih Mau‘udAS seabad yang lalu.

Runutan temuan

1889 Hazrat Masih Maudas mendakwahkan diri sebagai Al- Masih yang Dijanjikan dan menerima baiat Ahmadi pertama.

1898 Secondo Pia pertama kalinya memotret Kain Kafan Turin dan melihat imaji wajah pada negative film.

1899 Kompilasi buku Hazrat Masih Maudas ‘Yesus di India.’ Buku ini mengutarakan selamatnya Yesus dari kematian di atas salib dan tentang makam di Srinagar.

1902 Publikasi pertama dari majalah Review of Religions.

1934 Fragment John Ryland berhasil diuraikan dan ternyata merupakan fragment tertua dari Perjanjian Baru.

1945 Temuan perpustakaan naskah Gnostik di Mesir dekat Nag Hamadi.

1947 Temuan naskah bergulung dari padang pasir Yudea di Laut Mati.

1958 Bukti adanya Injil Markus yang rahasia di Mar Saba, Mesir.

1978 Konferensi di London tentang ‘Keselamatan Yesus dari kematian di atas kayu salib.’

1988 Pernyataan setelah pengujian oleh Vatican bahwa Kain Kafan Turin adalah barang palsu.

Rujukan:

1 Jesus the Evidence, Ian Wilson, Pan Books, 1984.

2 The Jesus Conspiracy – The Turin Shroud & the Truth about the Resurrection, Holger Kersten & Elmar R. Gruber, Element Books, 1994

 3 Jesus in India, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Islam International Publ., 1989.

4 The Nag Hamadi Library, E. J. Brill Publ., Leiden, 1988.

5 Christianity – A Journey from Facts to Fiction, Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Islam International Publ., 1994.

6 The Dead Sea Scrolls Deception. Michael Baigent & Richard Leigh, Corgi Books, 1991.

7 The Lost Gospel, Burton Mack, Element Books, 1993.

8 One Jesus – Many Christs, Gregory J. Riley, Harper, San Fransisco, 1997.

 

 

Penulis : Oleh Fazal Ahmad – U.K.

Penterjemah: A.Q.Khalid

 

[1] Ebionite adalah kelompok pengikut awal Yesusas yang berlaku asketis (hidup miskin). Mereka beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan menganggap Yesus sebagai Messiah dan nabi menurut kitab Ulangan 18:15. (Penterjemah)

[2] Mandaean adalah kelompok yang lebih mengutamakan Yahya Pembaptis sebagai panutan. (Penterjemah)

[3] John the Elder dikenal juga sebagai Presbyter John, raja Kristen legendaris di kawasan timur. (Penterjemah)

[4] Saint John the Evangelist atau Saint John the Divine. Diperkirakan sosok ini adalah saudara Yesusas. (Penterjemah)

No Responses

Tinggalkan Balasan