Perjalanan Mutasi Masa Pandemi | Hadirkan Berkat

Perjalanan Mutasi Masa Pandemi | Hadirkan Berkat

“Bila kita selalu bersyukur, maka apapun akan menjadi berkat. Sesuatu yang pahit akan terasa manis. Sesuatu yang berat akan menjadi ringan. Yang penting, percaya pada Rencana Tuhan.”

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI Papua Barat [2/8-20] PESAWAT Batik Air bernomor ID-6136 dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar itu dengan mulus mendarat di Bandar Udara Rendani, Manokwari, Papua Barat, Minggu (2/8-20) siang pkl.13:30 WIT. Roda-roda mungilnya dengan aman menjejak landasan bandara yang baru saja diguyur hujan. Penumpang bergegas turun dan menuju bus bandara yang telah menunggu di ujung landasan.

Perjalanan selama dua jam dua puluh menit tersebut mengakhiri rangkaian perjalanan sejak Sabtu (1/8-20) sebelumnya. Perpindahan mutasi pada masa pandemi COVID-19 ini memerlukan waktu dan energi ekstra. Perjalanan Ambon (Maluku) ke Manokwari (Papua Barat) yang biasanya hanya ditempuh dalam waktu sekitar empat jam saja, kini ditempuh lebih dari 24 jam alias enam kali lipat. Biaya dan akomodasi perjalanan pun menjadi lebih meningkat.

Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya

Pertama, sarana transportasi dari Ambon ke Manokwari belum beroperasi kembali. Meskipun dalam aplikasi kadang dicantumkan jadwal penerbangan langsung Ambon-Manokwari, namun pada kenyataannya itu hanya jadwal referensi saja. Belum ada penerbangan langsung.

Kedua, rute perjalanan menjadi memutar. Karena penerbangan langsung belum beroperasi, maka penumpang harus memutar rute dari Ambon ke Ternate, Makassar lalu Manokwari. Atau, lebih ringkas lagi dari Ambon, Makassar dan Manokwari. Tentu saja, biaya akan lebih mahal dibanding penerbangan langsung.

Ketiga, transit di tengah perjalanan. Transit juga memerlukan tambahan dana pengeluaran. Penginapan di sekitar bandara harganya lumayan barvariasi. Kesemua pengeluaran saat transit, jumlahnya bisa mencapai setengah jutaan. Kesemua faktor tersebut menyebabkan biaya perjalanan menjadi meningkat hingga dua kali lipat.

Ada beberapa peristiwa yang menjadi penggugah semangat sebelum dan selama perjalanan

Pertama, terkait pesawat. Yang awalnya menggunakan Wings Air, karena ternyata setelah booking, belum ada juga yang beroperasi, maka dialihkan (reschedule) ke pesawat Lion Air dengan rute memutar ke Makassar.

Kedua, saat tiba di Bandara Ambon dan akan cek-in, ternyata bagasi melebihi kapasitasnya. Untuk kabin masih seberat 7 kilogram, sedangkan bagasi harus pesan. Ada tiga koper yang beratnya lebih dari 40 kiloan. Harga bila bersamaan dengan pesawat yang sama, sekitar Rp 5 jutaan. Untunglah ada anggota Jemaat yang mencarikan solusinya, yaitu dikirim terpisah melalui cargo. Akhirnya tiga tas tersebut dialihkan lewat Angkasa pura Cargo dengan biaya yang lebih murah sekitar 80%-nya.

Ketiga, pembatalan (cancelation) pesawat Lion Air dari Makassar ke Manokwari. Saat sedang transit dan menginap selama 15 jam di salah satu penginapan dekat bandara Sultan Hasanuddin di Maros, Makassar didapat info via pesan singkat bahwa pesawat Lion Air Makassar-Manokwari batal berangkat pada Minggu (2/8) pagi. Pesawat akan berangkat pada Senin (3/8) pagi pkl. 04:40 WITA dari Makassar ke Manokwari.

Namun, Mubalig Daerah Papua Barat sekeluarga tetap berangkat ke bandara dari penginapan sesuai jadwal semula. Meski awalnya agak kebingungan di bandara karena banyak kantor maskapai yang belum buka, namun itu tak berlangsung lama. Akhirnya ada seorang petugas cek-in yang dapat dimintai info terkait pembatalan dan langsung memproses pengalihan pesawat.

Karena jadwal penerbangan langsung Makassar-Manokwari yang paling pagi ada pkl. 09.10 WITA, maka Batik Air menjadi pesawat pilihan. Apalagi Wings Air, Lion Air dan Batik Air merupakan pesawat yang berasal dari satu maskapai, Lion Air Group. Semua proses perpindahan tidak mengeluarkan biaya sepeser pun lagi. Setelah antri di loket sekitar satu jam, akhirnya tiket pun didapat.

Ketua Jemaat Lokal Manokwari Bpk. Lukman Latiu, Ketua LI Nur Sundusia Buton, Ketua DPW Papua Barat Bpk. La Abidin dan anggota Jemaat Lokal Manokwari lainnya termasuk Nashirat, Abna dan Banat telah menunggu di Terminal Bandara Rendani, Manokwari. Dengan kendaraan roda empat, Mubalig Daerah Papua Barat diantar ke rumah yang akan dijadikan sebagai Rumah Missi.

Rumah itu terletak di bawah Kodam XVIII Kasuari, di Jl. Trikora Arfai I. Lokasinya hanya 20 meter saja dari gerbang Kodam, tepatnya di lorong pertama depan Kodam. Rumah itu berada di jejeran ketiga dari jalan Raya. Setelah rumah Pak Jumal (pensiunan staf Kodam), rumah anaknya yang pegawai di kantor Bupati Manokwari, barulah rumah yang dijadikan rumah missi. Rumah ini milik politikus suatu partai daerah pemilihan Kota Sorong.

Tampak di ruang tamu, 14 koli buku-buku yang dikirim dari Kantor Pos Ambon telah tiba. Rombongan dan pengantar kemudian duduk bersilaturahmi di atas karpet yang dihamparkan di ruang tamu. Bakda Ashar, pengantar kembali ke rumah masing-masing. Tinggal Pak La Ode Muktiali alias Pak Uci yang masih tinggal untuk memeriksa keperluan dan kelengkapan sarana di rumah itu.

Malamnya, Ketua Jemaat Lokal Manokwari beserta istri yang juga Ketua LI, Ketua DPW Papua Barat dan anak-anaknya datang kembali untuk silaturahmi. Berbagai topik dibahas dalam perbincangan santai malam itu: situasi sosial, politik dan keagamaan serta rencana ke depan untuk penataan rumah missi Mubalig Daerah Papua Barat.

Rumah Missi ini terbilang luas. Halaman sampingnya saja seluas 120 meter persegi. Tiga kamar tidur terdapat di dalamnya. Ada dua kamar mandi: dalam salah satu kamar, dan untuk dua kamar lainnya. Selain itu terdapat ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur dan selasar. Luas rumah itu sendiri sekitar 96 meter persegi.

Sesuai dengan mimpi sebelumnya, penggenapannya kini sudah terbukti. Mobil yang dipakai untuk menjemput ke bandara (Hi-Lux), anak-anak kecil yang ikut menjemput tampak seperti dalam mimpi. Begitu juga jalan yang dari bandara menuju ke rumah missi, semua persis seperti dalam mimpi. Wallahu a’lam! []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan