Ajamaroe Gebied | Riwayatmu Dulu dan Kini

Ajamaroe Gebied | Riwayatmu Dulu dan Kini
"Administratively the Dutch designate a large sector of the Vogel-kopt in western New Guinea as the Ajamaroe District. The same term is applied to the inhabitants of the area, though the yare divided in to many fairly small groups by linguistic differences and have no common name for themselves. Very little is known about any of them except those whom the government has induced to take up part-time residence in about 50 hamlets clustered about a chain of shallow, muddy lakes in the mid-interior. The administrative center for the district is located near the western end of the lakes. Its personnel are few, not more than a half dozen at the most. Their communication and supply line to the outside is by amphibious plane, which is scheduled to make weekly appearances. The only other contact is by foot over at rail to the southcoast, adevious route over rough terrain."

• 715 HAAN, J.H. de. Memorandum: Landelijke ontwikkeling in Nieuw-Guinea in het bijzonder in Ajamaroe. Hollandia, 7 blz. (D120) 7 Januari 1956.

• 716 HOFMAN, Ir. M.F., Kantoor voor Bevolkingszaken. Notities betreffende Ajamaroe e.o. naar aanleiding van een schrijven van de Resident van West Nieuw Guinea dd. 28 Februari 1956, nr. I/1/GB 1513. 3 blz. (D671) [1956]

• 717 BESCHOUWING over de magie, naar aanleiding van een patrouilleverslag van 15-26 Juni 1956 en één daarop aansluitend rapport van de Hoofdagent van Politie II, H. Bollaan, Commandant van Ajamaroe. 6 blz. (D673) [1956]

• 718 HAAN, Ir. J.H. de, Wetenschappelijk medewerker aan de Landbouwhogeschool te Wageningen. Rapport ener studiereis betreffende streekontwikkeling in Nieuw Guinea, in het bijzonder in het Ajamaroegebied. 50 blz., krt. (D415) 30 Mei 1957.

• 719 REYNDERS, Ir. J.J. en RAZOUX SCHULTZ, F.H.N., Agrarisch Proefstation, Hollandia. Verslag van een bodemkundige verkenning in het Ajamaroegebied. 50 blz., foto’s, krtn. (E594) 18 April – 22 Juni 1957.

• 720 BODEGOM, J. van, resident van West Nieuw Guinea. Citaat uit het bestuursverslag Mei 1961, betreffende Ajamaroe. 1 blz. (D730)

Sarana Transportasi Darat dan Udara di Ayamaru

Guna mengatasi hambatan transportasi, pemerintah Nederland Nieuw Guinea mulai membangun jalan penghubung antara Teminabuan dengan Ayamaru. Program ini mulai dilaksanakan sejak Nopember 1958 atau enam tahun sejak Ayamaru dijadikan sebagai pusat pemerintahan Onder-Afdeeling dan ditempatkan seorang Hoofd van Plaatselijk Bestuur (HPB) alias Kepala Pemerintahan Lokal disana.

Dengan memanfaatkan sumber daya setempat, puluhan kilometer jalan penghubung itu mulai dibangun. Di beberapa sungai juga mulai dibuat jembatan kayu. Jembatan itu masih terlihat sangat sederhana, di atasnya diletakkan kayu-kayu kecil yang kemudian ditutup dengan tanah dan pasir.

Begitu juga untuk membuka hubungan dengan lokasi lain dengan cepat, maka pesawat udara pun mulai dipergunakan. Jalur Manokwari, Biak, Sorong dan Kaimana ke Teminabuan dilayani dengan pesawat Havilland Canada Beaver yang dapat mendarat di air. Penerbangan dari Teminabuan ke Ayamaru dimulai pada 1 Desember 1958 oleh De Kroonduif.

De Kroonduif merupakan anak maskapai NNGLM yang mendapat subsidi dari pemerintah Nederland Nieuw Guinea untuk melayani penerbangan di Dutch Nieuw Guinea. Nama De Kroonduif merupakan bahasa Belanda yang artinya sama dengan Merpati Bermahkota (Crowned Pigeon), yang merupakan logo maskapai tersebut.

Selain menggunakan De Havilland Canada Beaver, De Kroonduif juga menggunakan Douglas DC-3 Dacota dan Twin Pioneers untuk melayani penumpang di wilayah Dutch Nieuw Guinea antara tahun 1955 hingga 1963. Mulai 1 Desember 1963, De Kroonduif kemudian diambil alih oleh Garuda Indonesia Airways (GIA) melalui Merpati.

Membandingkan Ayamaru Dulu dan Kini

Membaca tulisan H.G. Barnett dari Universitas Oregon, Peace and Progress in New Guinea, yang dikutip pada awal tulisan ini, ibaratnya membaca perjalanan seorang bayi yang baru lahir, belajar berdiri dan kemudian mencoba untuk lari. Ayamaru, sebuah Onder-Afdeeling Nederland Nieuw Guinea yang baru dibentuk pada 10 Mei 1952, seperti itulah kondisinya.

Mencoba melawan kekurangan sarana dan prasarana yang ada, Ayamaru mulai berkembang menjadi seorang bocah yang mulai belajar berjalan. Meski masih tertatih, saat itu akhirnya mulai bisa berdiri. Meski hanya dengan petugas dan pejabat yang jumlahnya maksimal hanya setengah lusin, Ayamaru bergerak mengejar kemajuan. Artinya, kualitas ambteenar (pegawai negeri sipil) saat itu sangat menentukan.

Sarana transportasi darat dan udara mulai disiapkan. Jalan tembus dari Teminabuan pun mulai dibuat pada Nopember 1958. Begitu juga sarana transportasi udara mulai disediakan meski dalam seminggu hanya satu kali pada hari keempat. Pesawat jenis beaver yang dapat mendarat di air, saat itu menjadi satu-satunya andalan.

Kini, 70 tahun telah berlalu. Ayamaru tetap menjadi pusat peradaban di Semenanjung Vogelkop. Meski kedudukannya kini hanya sebatas Distrik dan Ibukota Kabupaten, namun sombar (kewibawaan) sebagai daerah yang pernah menjadi pusat pemerintahan setingkat Wedana (Onder-Afdeeling) masih tetap dipertahankan.

Rumah Hoofd van Plaatselijk Bestuur (Kepala Pemerintahan Lokal) Onder-Afdeeling Ayamaru yang hingga kini masih utuh, membuktikan, bahwa Mefkajim dan Fategomi masih menjadi lokasi yang diberkati. Mefkajim menjadi lokus pendidikan bagi warga Ayamaru dengan aneka marganya. Begitu juga Fategomi (Fait Mu Framafir) yang merupakan perkembangan dari “kampung lama” Faan, Tehak, Gohsames dan Mirafan merupakan cikal-bakal pemerintahan.

Catatan:
Selesai ditulis pada Rabu (8/6) pukul 17:58 WIT di bilangan KODAM XVIII/Kasuari, Arfai, Manokwari, Papua Barat.

Ditulis oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan

Pembina Nasional Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia (FORMASAA-I) Manokwari, Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan