Kunjungi Distrik Ayamaru di Maybrat Tunaikan Tugas Negara dan Jemaat

Kunjungi Distrik Ayamaru di Maybrat Tunaikan Tugas Negara dan Jemaat
"Pangdam XVIII/Kasuari meminta Ustad untuk menjadi konsultan penulisan sejarah jejak Bung Karno di Ayamaru, Kab. Maybrat. Oleh sebab itu, Ustad akan diberangkatkan ke Kab. Maybrat tepatnya di Distrik Ayamaru untuk napak tilas dan berjumpa dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat disana."

Masroor Library – Maybrat, Papua Barat [10/6]. Mengakhiri agenda hari pertama kunjungan ke Distrik Ayamaru, Kab. Maybrat, Jumat (10/6) malam itu hujan ringan turun membasahi kawasan pinggir Danau Ayamaru. Kilat dan guntur bersahutan menyebabkan jaringan listrik padam untuk beberapa saat. Komplek mess perwira Kodim 1809 Maybrat itu terlihat gelap-gulita. Sesekali hanya terdengar suara lolongan anjing.

Ibarat pepatah, “pucuk dicinta, ulam pun tiba”, kunjungan ke Kab. Maybrat ini tidak terfikirkan sebelumnya. Sebab, meskipun sudah diagendakan sebelumnya, tetapi beberapa kali belum terlaksana. Ternyata, takdir menentukan lain. Yang seharusnya kunjungan itu dibiayai dari dana kegiatan mubalig (DKM), pihak Kodam XVIII/Kasuari kini yang menanggungnya.

“Atas permintaan Pangdam, Ustad diminta untuk melakukan kunjungan ke Distrik Ayamaru, Kab. Maybrat. Semua biaya akomodasi dan transportasi, kami yang akan tanggung. Bila tidak Sabtu, bisa hari Senin nanti. Sedangkan saya sendiri akan pergi mendahului kesana,” kata Wakabintal Kodam XVIII/Kasuari Papua Barat Letkol. Mustagfirin, S.Ag., M.Si. melalui sambungan telepon.

Dengan persiapan mendadak dan dimajukan, akhirnya Mubalig Daerah Papua Barat pun menyiapkan kelengkapan untuk penerbangan Jumat (10/6) pagi. Sebab, ada agenda internal lainnya lagi yang juga akan dilakukan. Usai dari Kab. Maybrat, Mubalig Daerah Papua Barat juga berencana mengunjungi Kab. Sorong Selatan bersama Mubalig Lokal Kota Sorong.

Setelah tiba di Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Mubalig Daerah Papua Barat langsung dijemput oleh tim intelijen untuk beristirahat sebentar di Mess Dandim Maybrat yang terletak di kawasan Puncak Cendrawasih, Kota Sorong. Rencananya, bakda shalat Jumat, akan meluncur ke Kab. Maybrat. Sebab, pkl. 15:00 WIT, akan dilangsungkan pertemuan dengan berbagai pihak terkait.

Perjalanan sekitar tiga jam itu kemudian dilakukan bersama sopir kontrak Kodim 1809 Maybrat asal Bugis. Karena mengetahui seluk-beluk medan selama perjalanan, dia seolah memahami setiap inci jalan. Dimana ada lubang, kolam (sebutan untuk lubang yang ukurannya lebih besar) atau lokasi longsor. Begitu juga dengan kelolan dan tanjakan/turunan yang memang banyak ditemukan sepanjang jalan.

Karena belum santap siang dari pagi, keduanya kemudian singgah di rest area KM 82, yaitu di sebuah warung yang bertuliskan “Sederhana”. Lokasinya di sebelah Koramil Kab. Sorong, sekitar satu jam lagi perjalanan ke perbatasan Kab. Maybrat atau Kab. Sorong Selatan. Pemilik warung ini adalah orang Jawa yang telah sukses memiliki tanah luas disana. Pos Koramil juga adalah hibah dari dia berikut listrik yang berasal dari jenset.

Saat melintasi Kampung Welek, Mubalig Daerah Papua Barat pun melihat ke layar gawai. Ternyata ada tiga kali panggilan masuk (missed call) yang berasal dari nomor Letkol. Mustagfirin, S.Ag., M.Si. Karena kebetulan sedang ada sinyal 4G, maka dilakukan telpon balik nomor Utusan Pangdam XVIII/Kasuari Papua Barat itu. Ternyata, beliau sudah menunggu bersama beberapa Kapitang di Koramil 1809-01 Ayamaru.

Tiga puluh menit kemudian, mobil yang ditumpangi telah memasuki halaman Koramil itu. Seorang perwira berpangkat Letnan Kolonel menghampiri. Ternyata dia adalah Letkol. Cahyo Widodo, Pasiter Kodam V Brawijaya yang sedang BKO di Kodim 1809 Maybrat. Mubalig Daerah Papua Barat diajak masuk ke ruang Danramil 1809-01 Ayamaru Mayor Anwar Koly, S.H.

Sesaat kemudian Utusan Pangdam pun memasuki ruangan. Beberapa orang juga ikut bergabung dalam pertemuan terbatas tersebut. Dandim 1809 Maybrat Letkol. Harry Ismail, S.I.P. pun menyempatkan hadir meskipun setengah jam kemudian akan turun ke Korem PVT di Kota Sorong untuk menghadiri pelantikan Dandim Sorong Selatan yang baru.

Tokoh Adat Pace Simson Sonny Bless sebagai yang dituakan di Kampung Mefkajim II Distrik Ayamaru kemudian mulai menceritakan sejarah Ayamaru: nama dan filosofinya, sejarah saat masih di bawah pengaruh Kesultanan Tidore, masa Kolonial Belanda dan perkembangan hingga penyerahan kedaulatan dan integrasi dengan NKRI.

Mubalig Daerah Papua Barat yang ditugaskan sebagai konsultan sejarah terkadang membenarkan data yang disampaikan atau meluruskannya. Ternyata, Pace Sonny tampaknya belum bisa membedakan posisi Ayamaru saat sebelum dan sesudah menjadi Onder-Afdeeling serta ketika digabung dengan Onder-Afdeeling Bintuni di Steenkool.

Yang menarik adalah saat menceritakan mengenai Bung Karno yang dikatakan pernah tinggal di Ayamaru. Menurut dia, rumah yang pernah ditempati Bung Karno itu masih ada, yang sekarang dikenal sebagai HPB atau Hoofd van Plaatselijk Bestuur alias rumah untuk Kepala Pemerintahan Lokal saat itu. Disinilah, yang masih ada sedikit perbedaan pendapat antara Pace Sonny dan Mubalig Daerah Papua Barat.

Pace Sonny menganggap bahwa rumah HPB itu dibangun sekitar tahun 1938. Hal ini berbeda dengan pendapat Mubalig Daerah yang menyatakan bahwa rumah-rumah itu dibangun sekitar tahun 1954-1956. Sebab, baru pada 10 Mei 1952, Ayamaru menjadi Onder-Afdeeling di bawah Afdeeling West Nieuw Guinea yang beribukota di Sorong dan membawahi beberapa Onder-Afdeeling lainnya.

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan