Masroor Library – Manokwari Selatan, Papua Barat [19/8]. Ungkapan tersebut di atas merupakan opini yang biasa berkembang di kalangan anggota Jemaat bila ada kegiatan tertentu. Soal waktu dan transportasi, memang terkadang bisa menjadi halangan. Tetapi, tidak semuanya menjadi penghambat. Bahkan, untuk hal tertentu itu dianggap sebagai tantangan yang harus dilalui. Untuk di Daerah Papua Barat, contohnya.
Terkadang, suatu kegiatan Jemaat hanya memakan waktu pelaksanaan sebanyak tiga hari saja. Itu biasanya terjadi pada Ijtima ataupun Jalsah. Namun, waktu yang diperlukan dan keberadaan sarana transportasi untuk mencapainya, bisa lebih dari satu atau dua minggu. Ini tergantung dengan jadwal yang ada di daerah tersebut. Oleh sebab itu, penting mengetahui moda transportasi dan waktunya.
Menggunakan moda transportasi udara memang bisa lebih cepat. Namun, biayanya terbilang sangat mahal. Apalagi bila bukan penerbangan langsung alias transit, bisa lebih mahal lagi. Begitu juga moda transportasi darat, selain mahal, juga belum semua daerah di Papua Barat ini terhubung. Satu-satunya moda transportasi yang murah hanyalah lewat laut. Tetapi, jadwal kapal laut harus dicermati dengan teliti.
Setelah dua kali dilaksanakan rapat panitia Ijtima Nasional dan Rapat Umum Wilayah Ansharullah di Daerah Papua Barat via daring (Zoom), maka persiapan untuk itupun akhirnya dimatangkan. Mengingat kendala waktu dan moda transportasi tersebut, maka diperlukan strategi khusus agar peserta bisa hadir ke lokasi acara. Tentu saja, bagi yang lokasinya jauh, itu merupakan suatu perjuangan tersendiri.
Sebut saja Pomadi Watora dan Mln. Hamidin. Keduanya tinggal di Kabupaten Kaimana; Pomadi adalah anggota Ahmadi yang asli orang Papua (OAP), sedangkan Mln. Hamidin adalah Mubalig Lokal yang ditempatkan di Teluk Arguni, Kaimana. Keduanya sejak tanggal 10 Agustus 2022 telah melakukan perjalanan dengan kapal laut dari Kab. Kaimana ke Kota Sorong. Perjalanan itu memerlukan waktu dua hari lamanya.
Dari Kota Sorong, bertiga dengan Mubalig Lokal Kota Sorong, mereka menggunakan moda transportasi udara dari Bandara Dominik Eduard Osok (OSOK) menuju Bandara Rendani di Manokwari. Setelah melakukan perjalanan udara selama satu jam plus satu jam lagi darat, mereka akhirnya tiba di Rumah Dinas Mubalig (RDM) Mubalig Daerah Papua Barat di Arfai 2, Anday, Manokwari.
Berikutnya, dengan moda transportasi darat, bersama Mubalig Daerah Papua Barat, mereka berempat kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi acara Ijtima di Kampung Wedoni, Distrik Oransbari, Kab. Manokwari Selatan. Artinya, bagi seseorang, dia menggunakan tiga moda transportasi sekaligus: laut, udara dan darat. Sementara yang lainnya hanya menggunakan dua atau satu moda transportasi.
Mushala Masroor dan rumah anggota Jemaat Manokwari Selatan di Kampung Wedoni itu akan menjadi tempat kegiatan Ijtima dan RUW MC Ansharullah Manokwari, Papua Barat. Lagi-lagi, kendala sinyal disini, menjadi suatu tantangan tersendiri. Meski demikian, semua itu coba diatasi dengan beberapa alternatif.
Untuk Pembukaan dan Penutupan Ijtima via daring dengan Panitia Pusat dilaksanakan di rumah anggota yang memiliki titik sinyal internet. Sedang untuk pembahasan dan kegiatan lainnya, semacam rapat dan perlombaan Ranking 1, akan dilaksanakan di Mushala. Teras rumah missi difungsikan sebagai tempat makan lesehan dan duduk di kursi.
Mubalig Daerah Papua Barat bertindak sebagai khatib dan imam shalat Jumat dalam kesempatan tersebut. Temanya adalah mengenai Perkembangan Ahmadiyah di seluruh dunia pada 2021-2022. Selain anggota Jemaat, beberapa ghair Ahnadi juga ikut shalat Jumat. Setelah itu, semua hadirin melakukan santap siang bersama di teras rumah missi.
Karena selisih waktu dengan di Indonesia Barat (WIB), maka Pembukaan Ijtima pun dilaksanakan tepat pkl. 15:00 WIT. Dengan menggunakan modem besutan salah satu provider milik Pemerintah, acara Pembukaan Ijtima pun dapat diikuti di rumah anggota yang memang terdapat titik sinyal. Usai Pembukaan, peserta kemudian pindah ke Mushala lagi untuk menyimak Progres Ansharullah Indonesia selama kurun 2021-2022.
Dengan menggunakan layar monitor TV yang ada di Mushala, paparan yang disampaikan oleh Mubalig Daerah Papua Barat pun dapat dinikmati. Berbagai progres dan pencapaian dapat dilihat secara prosentase. Lalu, prosentase itu dibandingkan dengan kondisi di Papua Barat. “Alhasil, kendala yang sebenarnya dialami dan perlu dicarikan solusinya adalah terkait pelaporan saja. Kalau kegiatannya sendiri, selama ini sudah biasa berjalan,” papar Mubalig Daerah Papua Barat itu.
Malamnya, bakda shalat Maghrib jamak Isya dan santap malam, seluruh peserta berkumpul lagi di Mushala untuk membahas Kinerja dan Pencapaian serta pengisian form Anggaran Penerimaan Perorangan (APP), Laporan Perorangan Ansharullah dan Berkirim Surat kepada Hadhrat Khalifah secara serentak.
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses