Ijtima Ansharullah Hari Kedua dari Testimoni Hingga Ramah Tamah dengan Kepala Suku dan Kepala Desa

Ijtima Ansharullah Hari Kedua dari Testimoni Hingga Ramah Tamah dengan Kepala Suku dan Kepala Desa
"Tanpa sepeser pun uang, saya melakukan perjalanan dari Biak ke Kaimana. Meskipun orang tua tinggal di Kaimana, tetapi saya besar di Fak Fak, Sorong dan Biak. Oleh sebab itu, saya berangkat ke Kaimana untuk pertama kalinya."

Masroor Library – Manokwari Selatan, Papua Barat [20/8]. Pomadi adalah nama aslinya. Sedangkan Watora merupakan nama marga dari suku Irarutu di Kaimana, Papua Barat. Pomadi Watora adalah nama lengkapnya. Pomadi sendiri bukan nama asli dalam bahasa asli Papua. Menurut penuturan yang bersangkutan, nama Pomadi itu memiliki sejarah terkait dengan profesi ayahnya.

Pomadi Watora dilahirkan dari seorang ayah asal Kaimana bermarga Watora, dan ibu asal Biak bermarga In Fandi. Ibunya adalah seorang mualaf yang baiat ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Erna In Fandi alias Nenek Moi adalah nama ibunya. Moi merupakan cucu dari Nenek Moi. Oleh sebab itu, meskipun nama aslinya Erna In Fandi tetapi orang-orang biasa memanggilnya dengan nama Nenek Moi.

Karena ayahnya seorang polisi militer (POM), maka anak lelakinya diberi nama Pomadi. Hal ini juga terjadi dengan seseorang yang diberi nama Pepradi. Karena dilahirkan bertepatan dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), maka diberi nama Pepradi. Pepradi berasal dari Pepera dan Adi. Karena agak sulit untuk menyebut Peperaadi, maka dibuat menjadi Pepradi.

Bakda shalat Shubuh pada Sabtu (20/8) pagi itu, sesuai agenda, Pomadi memberikan testimoni mengenai baiatnya masuk ke dalam Jemaat. Menurutnya, saat itu Pomadi tinggal di Biak dan diminta oleh ibunya untuk pulang ke Kaimana. Ibunya ingin Pomadi juga baiat menyusul ibunya dan kakak serta adiknya yang telah baiat lebih dahulu di Kaimana.

“Tanpa sepeser pun uang, saya melakukan perjalanan dari Biak ke Kaimana. Meskipun orang tua tinggal di Kaimana, tetapi saya besar di Fak Fak, Sorong dan Biak. Oleh sebab itu, saya berangkat ke Kaimana untuk pertama kalinya,” kata mantan anggota Polisi Pamong Praja (Pol PP) Kab. Fak Fak hampir 10 tahun tersebut.

Setiba di Kaimana, Pomadi menuju Kilo Nol untuk melakukan baiat. Peristiwa itu terjadi pada awal Februari 2022. Melalui Mubalig Lokal Kaimana Mln. Hamid Sirfefa, Pomadi alias Adi pun menyatakan baiat ke dalam Jemaat. Selama beberapa bulan kemudian, Pomadi tinggal di Kaimana, sebelum akhirnya ikut acara Ijtima Nasional Ansharullah di Papua Barat bertempat di Kampung Wedoni, Distrik Oransbari, Kab. Manokwari Selatan.

Hari kedua Ijtima, Pomadi juga ikut dalam Perlombaan dan Permainan yang diselenggarakan oleh Panitia Lokal. Lomba Ranking 1 dilaksanakan di Mushala “Masroor” sedangkan Permainan bertempat di halaman depan Rumah Missi. Sebanyak 100 soal Ranking 1 dipertandingkan, sementara Permainan mengutamakan kejelian dan ketaatan terhadap instruksi. Permainan yang dilakukan di antaranya: Sangkuriang, Naik Becak, Naik Motor dan Tebak Berkebalikan.

Malamnya bakda shalat Maghrib jamak Isya akan dilakukan ramah tamah dengan orang asli Papua (OAP), yaitu Kepala Suku dan Kepala Kampung/Kepala Desa Wedoni di teras Rumah Missi sambil santap malam. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya rombongan itu pun tiba. Selain Kepala Suku, Kepala Kampung juga hadir Pengurus Majlis Gereja, staf Kampung dan keluarga dari Kepala Kampung.

Sebanyak sekitar 15 orang asli Papua dan dua orang pendatang dari Jawa dan Gowa hadir malam itu di acara Ijtima Anshatullah Papua Barat. Sambil menikmati santap malam, perbincangan dengan tetamu pun berlangsung cair. Bahkan, Mubalig Daerah Papua Barat ternyata berjumpa dengan orang sesama dari Indramayu, yaitu Mas Nanang yang merupakan anak piara Kepala Suku Wedoni Ruben Mandowen.

Perbincangan antara Mubalig Daerah Papua Barat dengan Mas Nanang pun dilakukan dalam bahasa Jawa Indramayu. Menurut orang asli keturunan Karangturi (Indramayu) dan Kertamulia (Cianjur) itu, bahwa sejak 2006 telah berada di Papua Barat. Bahkan, di Ransiki, ada lebih dari 10 KK orang Indramayu yang tinggal disana.

Acara Ijtima Nasional Ansharullah di Papua Barat hari kedua pun diakhiri dan akan dilanjutkan dengan hari ketiga yang diawali dengan shalat Tahajud, shalat Shubuh dan Daras. Malam itu semua peserta beristirahat, sementara panitia dokumentasi mempersiapkan video kegiatan yang akan dikirimkan ke Panitia Pusat untuk ditayangkan saat acara Penutupan. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan