“Masya Allah, kaya penasaran dengan buku [Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian] ini. Pengen cepet membacanya.”
Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [26/4]. Jarum jam menunjukkan pukul 15:45 WIT ketika sebuah sepeda motor membunyikan klakson dan berhenti di depan gerbang Rumah Dinas Mubalig Daerah Papua Barat, Rabu (26/4) sore. Mubalig Daerah Papua Barat keluar untuk membuka pintu gerbang. Sesosok pemuda dengan baju koko warna merah muda langsung memarkir motornya di teras samping rumah. Begitu turun dari motor, dia langsung membungkukkan badan dan mencium tangan Mubalig Daerah Papua Barat.
Sosok itu tidak lain adalah Ustad Ilyas Wugaje, S.Pd.I. Pemuda asli Suku Kokoda (Emeyoda) marga Wugaje dari Kampung Negeri Besar (Nebes), Distrik Kokoda, Kab. Sorong Selatan itu kini mengajar di SMP Negeri 4 Manokwari. Alumni salah satu perguruan tinggi Islam swasta di Kab. Bandung itu telah beberapa kali berkunjung ke rumah dinas Mubalig Daerah Papua Barat.
Perbincangan selama hampir satu jam setengah itu banyak membahas situasi dan kondisi di Papua Barat. Mulai dari kondisi geografis, demografis hingga pengalaman pribadinya. Dengan adanya peta Papua Barat yang dipasang di dinding, memudahkan keduanya untuk membahas letak geografis dan tantangan untuk mencapainya. Termasuk, bila kita akan mengunjungi Suku Kokoda di pedalaman Distrik Kokoda. Kondisi cuaca, kadang tidak memungkinkan untuk bulan-bulan tertentu.
Tema perbincangan kemudian beralih membahas gambar-gambar masjid yang ada di dinding sebelah kiri. Ilyas nampak tertarik dengan menanyakan lokasi masjid-masjid itu. Apalagi terkait masjid yang di tengah, yaitu Masjid Mubarak. Mubalig Daerah kemudian menerangkan nama dan lokasi masjid-masjid tersebut. Di antaranya Masjid di Selandia Baru dan Masjid di Australia. Pandangannya juga selalu melihat ke arah foto Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dan para Khalifah yang persis berada di atas gambar masjid itu.
Mubalig Daerah Papua Barat pun menghadiahkan sebuah buku berjudul “Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian” kepada adik dari Jayarudin Wugaje tersebut. “Masya Allah, kaya penasaran dengan buku ini. Pengen cepet membacanya,” postingnya dalam status WA setelah menerima buku tersebut. Karena menjelang Maghrib dan sebagai Imam di Masjid Al-Iksan Logpon, Arfai 1, Ilyas pun akhirnya berpamitan. Seperti saat datang, Ilyas kembali mencium tangan Mubalig Daerah sesaat sebelum meninggalkan ruang tamu.
Sekedar diketahui, Suku Kokoda atau Emeyoda artinya “mari jalan bersama-sama”. Suku ini terdapat di Kabupaten Sorong Selatan, tepatnya di Distrik Kokoda dan Distrik Kokoda Utara. Kehidupan mereka masih sangat sederhana. Mereka tinggal di atas rawa atau aliran sungai. Dari satu kampung ke kampung lain bisa dijangkau dengan moda transportasi air. Banyak sungai-sungai besar yang bermuara ke Teluk Berau atau MacGluer Gulf.
Mubalig Daerah Papua Barat telah membuat pemetaan terhadap suku ini dan prospeknya lumayan bagus. Sayangnya, hingga kini belum tembus kesana mengingat cuaca yang kurang bagus. Apalagi, bila sudah sampai di kawasan Suku Kokoda, maka akan sangat sulit keluar lagi. Kecuali ada perahu yang akan ke kota terdekat dalam waktu tak lama. Untuk mencapai ibukota Distrik Inanwatan pun diperlukan waktu sekitar lima jam dengan perahu. []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses