Masroor Library – Manokwari, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI Daerah Papua Barat [16/4]. Setelah pertemuan perdana di Shalat Centre “Ahmad” Amban, Manokwari, Ketua Ikatan Mahasiswa Tambrauw (IMT) Kota Studi Manokwari didampingi lima pengurusnya akhirnya mengunjungi rumah missi (kontrakan) Mubalig Daerah Papua Barat di depan gerbang Kodam XVIII/Kasuari, Arfai, Manokwari, Jumat (16/4) sore.
Kunjungan itu sendiri sebenarnya sudah diagendakan minggu lalu, namun karena kegiatan yang relatif cukup padat, akhirnya bisa dilaksanakan hari ini. Dengan menggunakan empat kendaraan roda dua, keenam orang suku asli Papua asal Kabupaten Tambrauw itu meluncur ke Arfai, Manokwari Selatan dari asrama mereka di Amban, Manokwari Barat.
“Ikatan Mahasiswa Tambrauw (IMT) baru dibentuk kembali setelah sempat vakum selama lima tahun yang lalu,” ujar Warianus Yenjau, mahasiswa semester tujuh Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari, Papua Barat. “Bahkan, kami tidak tahu, bagaimana laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya sebab kami memulai lagi dari awal.”
Senada dengan Yenjau, Ketua IMT Kota Studi Manokwari Stepanus Asiti menerangkan, bahwa saat ini IMT Manokwari sedang melakukan pendataan mahasiswa asal Kabupaten Tambrauw di Manokwari. “Sesuai namanya, ini adalah perkumpulan khusus mahasiswa, dan bukan pelajar. Saat ini kami sedang mendata semua mahasiswa asal Kabupaten Tambrauw yang ada di Manokwari,” ujar pemuda dari Kampung Asiti bersuku bangsa Mpur itu.
Setelah memperkenalkan diri nama dan marga/klan masing-masing serta jabatan di kepengurusan IMT, Mubalig Daerah Papua Barat kemudian menyebutkan nama-nama klan/marga yang ada di Kabupaten Tambrauw dan minta agar dikoreksi. Ternyata ada dua data yang masuk sebagai ralat. Misalnya, marga Bame yang menurut pengucapan disana disebut Pame dan marga Majiwi yang sebenarnya adalah marga Macibi.
Para mahasiswa itu tampak heran melihat kemampuan Mubalig Daerah Papua Barat dalam menguasai wawasan etnografi dan antropologi suku-suku dan marga di tempat mereka. Bahkan, mereka juga agak kaget ketiga Mubalig Daerah menjelaskan mengenai jenis-jenis rumah dan fungsinya bagi suku pedalaman di Kabupaten Tambrauw.
“Kami lebih senang disebut sebagai suku pedalaman. Itu terasa ada kebanggaan bagi kami, daripada disebut dengan suku terasing,” kata Yenjau menanggapi ketika Mubalig Daerah menyebutkan bahwa ada suku pedalaman di Maluku Tengah tepatnya di Pulau Seram yang tidak mau bila disebut suku pedalaman. Mereka lebih senang disebut sebagai suku terasing.
Ketika melihat aneka koleksi Alkitab dan buku-buku bahasa Ibrani, mereka seolah tampak kagum. Apalagi ketika Mubalig Daerah kemudian menyebutkan beberapa nats dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam bahasa aslinya, Ibrani dan Yunani serta bahasa-bahasa lainnya. Mereka semakin percaya bahwa memang Mubalig Daerah menguasai Biblika.
“Kami di Tambrauw terdiri dari beberapa agama. Selain Kristen (Protestan) dan Katolik juga Islam relatif banyak. Untuk Protestan terdiri dari Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI), Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) dan beberapa denominasi lainnya. Sedangkan untuk Katolik ada Katedral Santo Yosef dan lainnya. Untuk muslim pun berasal dari suku Abun marga Yeblo dan lainnya,” tutur Yenjau secara detil.
“Untuk agama Islam, kelihatannya mereka mendapatkan perhatian lebih. Mereka sangat diperhatikan oleh muslim yang di Kabupaten Sorong. Sedangkan kami, seolah dilupakan oleh pimpinan kami,” banding Yenjau lagi. Maksudnya, untuk muslim asal suku Abun marga Yeblo memang saat ini telah dibangunkan rumah oleh pemerintah Provinsi. Beberapa anak pun dikuliahkan di Kabupaten dan Kota Sorong.
Karena ada pertanyaan terkait Messianisme dalam Alkitab, maka Mubalig Daerah Papua Barat pun menjelaskan, bahwa konsep Messianisme Yahudi yang difahami pada masa Yesus adalah Messias Duniawi yang ingin mengusir penjajah Romawi. Dengan mengutip Injil Yohanes 18:36 dan 1:25 melalui hafalan, tafsirnya pun kemudian dikemukakan.
Ketika mereka mendengar bahwa dalam nats tersebut ada nubuatan (prophecy) mengenai Nabi Muhammad SAW mereka pun terdiam.
“Sesuai nubuatan Yesus dan Musa, bahwa Nabi itu adalah sama dengan Roh Kudus atau Peryclutos alias Al-Mu’azziy,” papar Pembina Nasional Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia (FORMASAA-I) tersebut sambil mengutip Surah Al-A’raf: 158.
Sekali lagi mereka saling berpandangan. Mereka berjanji, bila database anggota IMT sudah rampung, akan diprogramkan agenda motivasi. Mubalig Daerah diminta menyampaikan materi Latihan Dasar Kepemimpinan Perspektif Taurat dan Injil. Kebetulan Mubalig Daerah pernah menulis terkait tema itu dan menyampaikannya di LK II HMI Kota Ambon, 2019 lalu.
Setelah hampir tiga jam berbincang dan karena Mubalig Daerah ada undangan Seremoni Buka Puasa Bersama dari MUI Provinsi Papua Barat di Masjid “Al-Falah” Wosi, akhirnya para tetamu itupun berpamitan. Seperti biasa, foto bersama pun dilakukan sebagai dokumentasi. Keempat kendaraan roda dua itupun keluar dari teras dan meluncur kembali ke asrama mereka di Amban. []
Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses