Khilafah Ahmadiyah Khilafah Cinta Damai

Khilafah Ahmadiyah Khilafah Cinta Damai

Masroor Library – Pada tanggal 27 Mei 1908, Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia memperingati 117 tahun Khilafah Ahmadiyah, yang merupakan sistem kepemimpinan di dalam Jemaat Muslim Ahmadiyah setelah wafatnya Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad As (Imam Mahdi & Al-Masih Al-Mau’ud).

Namun, ada sebuah pertanyaan bahwa apakah Sistem Khilafah di dalam Jemaat Muslim Ahmadiyah ini dapat memecah belah persatuan dan berkeinginan untuk merebut wilayah kekuasaan negara? Jawabannya adalah tidak.

Khalifah kelima Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.t.b.a. bersabda :

“Khilafah Ahmadiyah tidak tertarik pada kekuasaan atau pemerintahan… Khilafah Ahmadiyah berjuang untuk perdamaian dan menyebarkan cinta dan kasih sayang ke seluruh dunia.”

Untuk itulah, Khilafah Ahmadiyah bukanlah Khilafah yang perlu ditakuti, karena fokus utama dari Khilafah Ahmadiyah adalah berjuang untuk perdamaian dan menyebarkan cinta dan kasih sayang ke seluruh dunia.

Terlebih, dalam mengembangkan Dakwah Islam dan menjalankan berbagai misi kemanusiaan, Jemaat Muslim Ahmadiyah mengusung moto perdamaian, yang berbunyi:

“Love For All, Hatred For None (cinta untuk semua, tiada kebencian bagi siapapun).”

Selain itu, Khilafah Ahmadiyah juga membimbing para Muslim Ahmadi untuk senantiasa taat kepada Pemerintah yang sah dan mencintai negaranya masing-masing, sebagaimana sabda dari Khalifah kelima Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.t.b.a. bahwa :

“Cinta kepada Tanah Air bagian dari Iman. Karenanya, patriotisme yang tulus adalah suatu keharusan dalam Islam.”

Oleh karena itu, Jemaat Muslim Ahmadiyah yang telah berdiri selama 100 tahun di Indonesia senantiasa menjunjung tinggi 4 (empat) pilar kebangsaan, yaitu :

1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Bhinneka Tunggal Ika

Terkait hal tersebut, pada tanggal 10 Desember 1946, Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Yogyakarta menjelaskan tentang seruan Khalifah kedua Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. untuk mendukung Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut :

1. Anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia, yang saat itu berjumlah 2 juta orang, agar berpuasa Senin dan Kamis dan berdo’a bagi kekuatan Pemimpin dan Bangsa Indonesia.

2. Menyerukan kepada Para Pemimpin Negara Islam, agar mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Menyerukan kepada seluruh Muballigh Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia, baik itu di Palestina, Mesir, Iran, Afrika, Eropa, Kanada, Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan lain-lain, untuk mendengungkan dan menulis di berbagai surat kabar dan majalah di negara mereka masing-masing tentang perjuangan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Para Tokoh Jemaat Muslim Ahmadiyah pun telah berjuang untuk Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, salah satunya adalah Wage Rudolf Supratman (Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya).

Selain itu, pada tanggal 28 Juni 2000, Khalifah keempat Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. bertemu dengan Presiden keempat Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid di Istana Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Pada pertemuan tersebut, ada tiga hal yang dibahas, yaitu :
1. Masalah Moral Bangsa
2. Cara Mengatasi Korupsi
3. Keharmonisan Hidup Antar Agama

Tertulis dalam Anggaran Dasar Jemaat Ahmadiyah Indonesia tertulis bahwa Jemaat Ahmadiyah Indonesia berasaskan Pancasila.

Seorang Cendekiawan Jemaat Muslim Ahmadiyah asal Inggris, Dr.Sir Iftikhar Ahmad Ayyaz, KBE, OBE., yang juga merupakan Pegiat Hak Asasi Manusia Internasional, pada saat menjadi Pembicara dalam acara International Peace Symposium di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 8 Oktober 2014 menjelaskan bahwa :

“Pancasila adalah falsafah hidup berbangsa yang sangat unik. Dengan Pancasila, masyarakat Indonesia yang majemuk bisa diikat dalam satu jiwa kebangsaan. Di Indonesia, orang beragama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lain mampu hidup berdampingan. Sementara di belahan dunia lain, sesama kaum agama selalu mengalami pergesekan dan permusuhan yang disebabkan oleh sikap sentimen beragama…. Dunia saat ini sangat membutuhkan model berbangsa seperti yang dipraktekan di Indonesia. Negara-negara di dunia ini tidak lagi membutuhkan konsep-konsep dan perkataan-perkataan yang sering disampaikan di berbagai pidato dan seminar-seminar kebangsaan, namun dalam prakteknya sama sekali nihil…. kehidupan harmonis di Indonesia yang diikat oleh Falsafah Pancasila bisa dijadikan model bagi kehidupan berbangsa oleh negara-negara lain. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus bangga dengan Pancasila dan harus memiliki rasa percaya diri untuk mempopulerkan Pancasila ke dunia internasional bahwa Pancasila itu adalah model terbaik bagi kehidupan yang harmonis di dalam suatu negara.”

Disusun Oleh:
Mln. Iman Mubarak Ahmad

Tags: , , ,

No Responses

Tinggalkan Balasan