Ahmadiyah Menurut Pandangan Gus Mis

Ahmadiyah Menurut Pandangan Gus Mis

Setahu saya, sesuai dengan pandangan mata, kegiatan keagamaan Ahmadiyah yang dipusatkan di masjid selalu dipenuhi dengan jemaatnya, baik kegiatan yang berkaitan dengan peribadatan maupun sosial. Saya setiap saat diterima dengan baik jika shalat maupun bersilaturahmi ke masjid mereka. ini pula, yang meyakinkan saya, bahwa sesungguhnya Jemaat Ahmadiyah welcome terhadap mereka yang bukan dari golongan Ahmadiyah.

Masroor Library – Sebagai seorang Muslim yang tumbuh dalam tradisi Nahdlatul Ulama dan ditempa dalam pendidikan pesantren dengan segala kekhasannya, bukanlah hal yang mudah bagi saya untuk memahami doktrin dan pandangan keagamaan Ahmadiyah. Untuk memahami doktrin keagamaan Ahmadiyah, saya harus memahami sekaligus menghayati, bahkan menyelami pergulatan keagamaan mereka dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun.

Pemandangan tersebut dapat menggambarkan betapa sulitnya memasuki horison pemikiran Ahmadiyah yang tersebar di seantero dunia. Mereka yang tidak dibesarkan dalam tradisi keagamaan Ahmadiyah sudah bisa dipastikan akan mengalami pergulatan dan benturan teologis, antara menerima dan menolak.

Pada umumnya, ada dua masalah utama yang dihadapi oleh seorang Muslim yang bukan dari Jemaat Ahmadiyah dalam memahami doktrin Ahmadiyah. Pertama, ketidak-mampuan memahami esensi doktrin Ahmadiyah. Misalnya, pemahaman tentang paradigma kenabian. Ahmadiyah membagi paradigma kenabian dalam dua model: Nabi yang membawa Syariat, yaitu Muhammad SAW dan Nabi yang mengikuti Nabi Muhammad SAW yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Bahkan, setahu saya, dikalangan Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad lebih akrab dipanggil sebagai al-masih al-maw’ud daripada sebagai nabi. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai nabi karena kedudukannya sebagai Isa al-Masih, namun Jemaat Ahmadiyah menyebutnya sebagai al-masih al maw’ud. Mesiah yang dijanjikan Tuhan.

Paradigma kenabian yang seperti ini berbeda dengan pandangan mayoritas umat Islam. Kalangan Sunni sejalan dengan Ahmadiyah dalam meyakini Muhammad SAW sebagai nabi yang membawa Syariat, tetapi menolak istilah nabi yang meyakini kenabian Muhammad SAW khususnya bagi Mirza Ghulam Ahmad.

Yang paling menonjol di mata orang yang bukan Jemaat Ahmadiyah umumnya soal kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Sedangkan keyakinan tentang Nabi Muhamad SAW sebagai pembawa Syariat yang harus diimani oleh setiap Jemaat Ahmadiyah cenderung tidak diketahui oleh yang bukan pengikut Ahmadiyah. Disinilah kemudian menyebabkan lahirnya pandangan, bahkan fatwa keagamaan yang menengarai bahwa Ahmadiyah mengabaikan keyakinan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Pandangan tersebut sama sekali tidak benar. Karena Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang yang taat kepada Nabi Muhammad saw. Bahkan, Mirza Ghulam Ahmad membandingkan antara dirinya dengan Nabi Muhammad SAW laksana debu diterompah beliau SAW. Itu maknanya, Mirza Ghulam Ahmad sangat mencintai dan taat kepada Nabi Muhammad SAW.

Kedua, ketidak-mauan dan ketidak-tulusan sebagian orang atau kelompok untuk memahami doktrin Ahmadiyah. Mereka yang sejak awal mempunyai pandangan stereotipe dan penuh prasangka terhadap Ahmadiyah umumnya akan selalu terdorong untuk mengungkap dan menyingkap pandangan yang berbeda, sehingga menyimpulkan, bahwa pandangan keagamaan Ahmadiyah mempunyai kesalahan fatal, bahkan dianggap sesat dan kafir.

Mereka yang kerap menyudutkan Ahmadiyah cenderung abai, bahwa sebagai bagian dari umat Islam, Jemaat Ahmadiyah telah memenuhi prasyarat utama sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Indikatornya, Jemaat Ahmadiyah telah melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam secara sempurna.

Begitu pula anjuran Nabi Muhammad SAW selama berada di Madinah agar umat Islam menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan umat, maka Jemaat Ahmadiyah telah melaksanakan hal tersebut secara sempurna pula.

Setahu saya, sesuai dengan pandangan mata, kegiatan keagamaan Ahmadiyah yang dipusatkan di masjid selalu dipenuhi dengan jemaatnya, baik kegiatan yang berkaitan dengan peribadatan maupun sosial. Saya setiap saat diterima dengan baik jika shalat maupun bersilaturahmi ke masjid mereka. ini pula, yang meyakinkan saya, bahwa sesungguhnya Jemaat Ahmadiyah welcome terhadap mereka yang bukan dari golongan Ahmadiyah. Tidak benar jika Ahmadiyah merupakan gerakan keagamaan yang tertutup. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Jemaat Ahmadiyah selalu bekerja sama dengan kalangan Pesantren dan Pemuda Anshor Nahdlatul Ulama untuk kegiatan sosial, seperti pengobatan gratis, peduli lingkungan, dan pasar murah untuk rakyat miskin.

Hemat saya, kedua persoalan diatas harus dicermati oleh Jemaat Ahmadiyah dengan seksama. Yang paling penting adalah poin yang pertama perihal banyaknya ketidaktahuan masyarakat umum tentang doktrin keagamaan Ahmadiyah. Mereka yang tidak setuju atau menuduh Ahmadiyah dengan berbagai kecaman, umumnya disebabkan karena dalam beberapa tahun terakhir muncul buku yang cenderung menyudutkan Ahmadiyah dengan berbagai prasangka buruk yang sudah dibangun sebelumnya.

*Gus Mis atau Zuhair Miarawi adalah Intelektual Muda Nahdlatul Ulama dan Ketua Moderate Muslim Society

Sumber tulisan :
Ahmadiyah Menggugat Cetakan ke 3 tahun 2014 penulis R.H. Munirul Islam Yusuf, SHD, Ekky O. Subandi

Sumber Foto :
https://www.facebook.com/profile.php?id=1665163474

No Responses

Tinggalkan Balasan