Mengkaji Sejarah Masuknya Islam di Papua Barat || Mubalig Daerah Diundang Dewan Pertimbangan MUI Papua Barat

Mengkaji Sejarah Masuknya Islam di Papua Barat || Mubalig Daerah Diundang Dewan Pertimbangan MUI Papua Barat
"InsyaAllah besok jam 09.00 WIT kita bertemu di Kantor MUI PB di dekat Masjid Al-Kautsar, Jln. Baru/Esau Sesa. (Bila) ada materi yang ingin dipresentasikan oleh Pak Jumaan besok, supaya disiapkan laptop dan lain-lain. Sekedar perkenalan, kita bertiga dengan Ketua Komisi Litbang."

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI PAPUA BARAT [23/11]

Salah satu klausul dalam Ketentuan dan Peraturan Tahrik Jadid Anjuman Ahmadiyah alias Rules and Regulations (RR) terkait dengan tugas-tugas Mubalig adalah “ia harus mengembangkan dan memperluas kontak sosialnya” (96) dan “ia harus selalu mengikuti perkembangan sosial, pendidikan, keagamaan, perekonomian dan politik yang ada di negeri dimana ia ditempatkan” (86).

Oleh sebab itu tidak mengherankan, bila para Mubalig Ahmadiyah –terutama pada masa lalu yang dikirim ke negara-negara Eropa, Amerika, Asia atau Afrika– memiliki wawasan dan keilmuan yang bukan saja pada bidang keagamaan melainkan juga dalam bidang-bidang yang telah disebutkan dalam klausul RR tersebut di atas.

Sebut saja Mln. Muhammad Sadiq yang dikirim ke Amerika Utara pada 15 Februari 1920 dan selama beberapa tahun berhasil mengislamkan ribuan warga Amerika, baik pribumi maupun imigran. Beliau adalah alumnus University of Calcutta dan University of London. Beliau memiliki enam gelar akademis, tiga di antaranya doktor teologia, doktor sastra dan doktor ministri (HC) dari Jefferson University of Philadelphia, Pennsylvania.

Mln. Muhammad Sadiq adalah seorang Mubalig Ahmadiyah yang menguasai secara aktif 7 bahasa. Seorang Filolog kaliber Internasional yang mendirikan School of the Oriental Languages. Bahasa Arab dan Ibrani merupakan bahasa-bahasa yang beliau kuasai. Melalui cara ini, banyak orang yang kemudian mengambil manfaat sehingga menjadi pintu masuk untuk lebih mengenal Jemaat.

Selama ditugaskan sebagai Mubalig di Maluku, Mubalig Daerah Papua Barat [Rakeeman R.A.M. Jumaan] juga berupaya mengerahkan segala upaya agar dapat menjangkau lebih banyak sasaran tablig. Salah satunya adalah melalui kajian arkeologi dan filologi. Kebetulan di Maluku jarang sekali yang menguasai filologi atau meneliti manuskrip kuno Islam. Sehingga dalam waktu sebentar saja sudah dikenal sebagai sejarawan Islam dan pakar manuskrip Islam Maluku.

Begitu juga ketika saat ini ditugaskan di Daerah Papua Barat, upaya untuk segera dapat diterima dan dikenal oleh aneka kalangan terus diupayakan. Salah satunya melalui kiprah dalam bidang manuskrip kuno Islam di Papua Barat. Kajian mengenai manuskrip atau filologi masih jarang bahkan belum ada sama sekali disini. Oleh sebab itu, dalam waktu sebentar saja Mubalig Daerah Papua Barat juga sudah dikenal sebagai pakar manuskrip kuno Islam.

“InsyaAllah besok jam 09.00 WIT kita bertemu di Kantor MUI PB di dekat Masjid Al-Kautsar, Jln. Baru/Esau Sesa. (Bila) ada materi yang ingin dipresentasikan oleh Pak Jumaan besok, supaya disiapkan laptop dan lain-lain. Sekedar perkenalan, kita bertiga dengan Ketua Komisi Litbang,” kata Dr. Ir. Mulyadi Djaya, M.Si., Ketua Dewan Pertimbangan Majlis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat menyampaikan undangan.

Mubalig Daerah Papua Barat sudah berada di Kantor MUI Papua Barat pukul 09:00 WIT pada Senin (23/11) pagi itu. Ketika hendak memasuki pintu utama, Dr. Mulyadi sudah menyambut di depan pintu. “Selamat datang di Kantor MUI Papua Barat. Kita langsung saja ke ruang rapat,” kata dosen di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Papua (UNIPA) Manokwari tersebut.

Saat menaiki tangga ke lantai dua, tampak di belakang seseorang menyusul. “Beliau Ust. Dudi Ramadhan, Ketua Komisi Litbang MUI Papua Barat,” ujar Dr. Mulyadi menerangkan sosok berpakaian batik khas Papua berwarna hijau muda tersebut. Ternyata orangnya masih cukup muda. Mungkin baru berusia sekitar 30 tahunan.

Ruangan Rapat itu terletak di bagian paling ujung setelah ruang kerja Ketua Dewan Pertimbangan dan ruang kerja Ketua MUI. Sebuah meja panjang berada di dalamnya. Bila dilihat dari ukurannya, sekitar 10 orang dapat duduk disana saat rapat. Sebuah projector dan screen-projector sudah tersedia disana.

Setelah memberikan mukadimah terkait maksud pertemuan, Ketua Dewan Pertimbangan menyerahkan acara kepada Ketua Komisi Litbang untuk melanjutkan. Intinya, sejak lama MUI Papua Barat ingin menulis sejarah mengenai masuknya Islam di Papua Barat. Termasuk rencana mendirikan museum untuk manuskrip Islam dan benda-benda peninggalan Islam lainnya.

Selama 30 menit Mubalig Daerah dipersilakan untuk menyampaikan perkenalan dan juga materi singkat mengenai Sejarah Islam dan Manuskrip Kuno Islam di Papua Barat. Supaya terasa cair –karena ini pertemuan perdana– sesekali diselingi dengan pertanyaan dari hadirin. Beberapa kali saling melengkapi data. Tampaknya Dr. Mulyadi sangat tertarik sekali dengan data-data baru yang dikemukakan oleh Mubalig Daerah.

“25 tahun sebelum Ottow-Geissler mendarat di Pulau Mansinam, di sana sudah ada Muslim. Bahkan, di Pulau Lemon (sebelah Pulau Mansinam), ada satu marga Rumbobiar yang sudah memeluk Islam. Keturunannya yang terakhir memang kini telah berpindah menjadi Kristen, yaitu Siti Fatimah Rumbobiar,” terang Mubalig Daerah yang mengagetkan hadirin yang hadir.

“Insya Allah, kita akan agendakan mengundang seluruh Komisi hadir dan mendengarkan pemaparan lengkap mengenai Sejarah Islam dan Manuskrip Kuno Islam di Papua Barat dari Bapak,” kata Dr. Mulyadi yang adalah Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) Papua Barat itu. “Ini juga nanti akan kita sampaikan kepada Ketua MUI Papua Barat. Kebetulan beliau sedang swab test karena akan menghadiri Munas MUI di Jakarta, Selasa (24/11) besok.”

Pertemuan pun diakhiri. Mubalig Daerah Papua Barat menerima hadiah buku berjudul Etnografi Pembangunan Papua tulisan Dr. Mulyadi. Setelah turun ke lantai dasar lagi, sementara berbincang di ruang lobi. Wartawan MUI Papua Barat, Kris Tanjung asal Dompu, Bima, NTB ternyata ingin membuat reportase acara tadi. Mubalig Daerah pun memberikan poin 5W+1H kepada dia plus foto-foto acara.

Semoga dengan upaya ini, akan semakin banyak hal-hal positif yang dapat diberikan untuk masyarakat, khususnya masyarakat Muslim di Papua Barat. Hingga saat ini sejarah masuknya Islam di Papua Barat masih belum definitif. Berbeda dengan pihak Kristen yang selalu memperingati Hari Pekabaran Injil (PI) secara besar-besaran tiap 5 Februari di Pulau Mansinam, Manokwari. []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan