Terima Kunjungan Pegiat Literasi Fak Fak

Terima Kunjungan Pegiat Literasi Fak Fak
"Geliat literasi di Kab. Fak Fak terbilang cukup baik. Beberapa komunitas literasi menjadi ujung tombak upaya meningkatkan kecerdasan masyarakat. Sebut saja Kompos Tifa dan PenaFakFak."

Masroor Library – Fak Fak, Papua Barat. Ruang tamu lantai 2 Penginapan Tembagapura di Jalan Izaak Telusa, Fak Fak mulai didatangi tetamu, Minggu (13/2) sore itu. Setelah Saida Husna Wokas, datang lagi Endrik Arta Saiyoh beserta istri dan kedua anak. Mereka adalah para pegiat literasi di Kab. Fak Fak yang cukup dikenal. Sore itu, mereka sengaja ingin jumpa dengan Mubalig Daerah Papua Barat yang juga dikenal sebagai pegiat literasi nasional.

Ditemani Mubalig Lokal Halqa Fak Fak Mln. Hadid Mohammad Talha, perbincangan iti berlangsung lebih dari tiga jam lamanya. Hujam lumayan deras mengguyur kawasan Jalan Izaak Telusa. Sambil menunggu berkunjung ke rumah Raja Patipi XVI di Piahar, Wagom, mereka tetap berbincang mengenai banyak hal. Tema sejarah menjadi bahasan sentral.

“Kami baru pertama kali mendengar sejarah mengenai Haji Misbach ini. Meski kami asli orang Papua Barat, kami sama sekali belum pernah mendengarnya. Ini sangat menarik,” kata Endrik Arta Saiyoh, pemuda asal Pulau (bukan Teluk) Arguni, Fak Fak yang pernah kuliah di Jakarta dan menjadi santri Ustad Fadzlan Rabbani Garamatan, Ketua AFKN dan Pimpinan Pondok Pesantren di Bekasi asal Fak Fak.

Kegiatan menerima kunjungan itu adalah agenda berikutnya setelah pagi tadi juga ada kegiatan Daras Shubuh Daerah Papua Barat yang bersamaan dengan Daras Shubuh Khuddam Connect MKAI Papua Barat. Mubalig Lokal Halqa Fak Fak juga yang menjadi mudarris dalam acara tersebut. Sedangkan untuk Host, dipegang langsung oleh Mubalig Daerah Papua Barat.

Bakda Ashar, cuaca mulai cerah kembali. Sinar matahari sedikit malu-malu menerobos mendung dan menerangi kawasan Fak Fak. Dengan tiga buah kendaraan roda dua, ketiganya meninggalkan Penginapan Tembagapura meluncur ke Piahar di Wagom. Sayangnya, manuskrip kuno yang biasanya disimpan di rumah Raja Patipi XVI kini sudah tidak ada.

“Sejak pelantikan raja baru, barang itu sudah dikembalikan ke rumah di Patipi Pasir, dua jam dari sini,” kata Apriyono Iribaram yang masih keluarga Raja Patipi XVII yang baru saja dilantik tersebut. Setelah foto bersama di depan rumah almarhum Raja Patipi XVI, akhirnya keduanya kembali ke kawasan Pelabuhan Fak Fak lagi. Mubalig Daerah akan melakukan rapid test Antigen di salah satu klinik kesehatan.

Untuk di Fak Fak, bea rapid test mungkin yang termurah di Provinsi Papua Barat. Bila di kabupaten/kota lainnya sesuai standar Pemerintah Pusat yaitu Rp 109.000,- atau sedikit kurang dari itu. Maka di Kab. Fak Fak, bea yang dipatok semua sama hanya sebesar Rp 75.000,- “Ini salah satu kehebatan Kota Fak Fak,” testimoni Mln. Hadid Mohammad Talha.

“Fakta lainnya adalah toleransi disini sangat tinggi. Buktinya, Klenteng dan Masjid bisa berada dan dibangun di satu jalan yang berdekatan,” terangnya lagi. Ini memang wajar, sebab sejak dulu Fak Fak merupakan daerah kosmopolitan. Pendatang dari China, Arab dan suku Nusantara telah tiba disini ratusan tahun lalu. Jalan Izaak Telusa bahkan bisa dibilang sebaga Pecinan (China Town) di Fak Fak. Ada juga Kauman, lokasi tinggal orang-orang Arab.

Senin (14/2) siang rencananya Mubalig Daerah Papua Barat akan kembali ke Kota Sorong dan transit disana selama 18 jam sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Manokwari. Selama transit itulah akan singgah di rumah missi Kota Sorong untuk melaksanakan Rapat BMT JAI Kota Sorong terkait lokasi dan sasaran target mubayi’in baru (MB) untuk Jemaat disana. Sebab, selama Januari dan Februari 2022 ini, telah beberapa kali dilaksanakan pemetaan lokasi disana. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan