“30 menit lagi saya merapat ke Pelabuhan Kaimana, Yai. Saat ini saya masih mengajar Kelas Guru Penggerak. Saya tidak menyangka Yai sudah mau kembali ke Manokwari lagi.”
Masroor Library– Fak Fak, Papua Barat [23/2]. Setiap penyedia jasa atau barang pastinya ingin memudahkan pelanggannya. Hanya dengan sekali melihat petunjuk atau tulisannya, pelanggan diharapkan menjadi faham dan tidak kebingungan. Tidak terkecuali jasa penginapan atau tranportasi. Biasanya mereka membuat kode-kode tertentu, apakah kode kamar menginap atau kamar cabin kapal.
Ketika Mubalig Daerah Papua Barat berada di Qadian, India dan menempati guesthouse Sara-e-Waseem, mendapat kunci dengan kode 212. Artinya, hanya dengan memahami kode itu, penulis dapat mengetahui bahwa kamar itu terletak di lantai 2 nomor 12. Saat itu, angka 212 dijadikan angka keramat oleh kelompok pengusung khilafat di Indonesia. Sampai-sampai dibuat Persatuan Alumni (PA) 212.
Begitu juga saat menumpang KM Tidar dari Kaimana ke Manokwari, Mubalig Daerah Papua Barat mendapat kode tempat 6032-B. Dengan sekali lihat, kode dari pemesanan online itu menunjukkan, bahwa Mubalig Daerah Papua Barat akan menempati deck 6 nomor 032 nomor B. Karena Kelas Ekonomi 1 (Eko1), maka dipastikan akan mendapat kamar cabin yang hanya diisi dua orang penumpang, yaitu A dan B.
“Pak akan dipindah ke cabin lainnya, karena cabin yang tertera di tiket akan diisi oleh penumpang dengan tujuan akhir Fak Fak. Mereka kebetulan masih satu keluarga dan keduanya turun di tujuan yang sama,” kata petugas di Bagian Informasi sambil merubah nomor semula menjadi nomor baru. Dia juga kemudian mengantar Mubalig Daerah Papua Barat ke kamar cabin yang dimaksudkan.
Di kamar cabin itu, ternyata sudah ada seorang pemuda yang tinggal. Dia memiliki nomor kode A. Pemuda bernama Febri Moses Tafuan itu berasal dari Pulau Wokam, Kab. Kepulauan Aru, Maluku. Dia naik KM Tidar dari Pelabuhan Dobo, sejak hari sebelumnya. Mubalig Daerah Papua Barat pun menempati ranjang dengan kode B. Di ruangan berukuran 4×2 meter itu, memang terdapat dua ranjang, satu lemari, satu meja besar dan satu meja kecil. Kamar mandi yang ada dalam ruangan, sedang tidak bisa difungsikan.
Sebelumnya, saat masih berada di Pelabuhan Kaimana, Mubalig Daerah Papua Barat berjumpa dengan GP Ansor dan BANSER Kab. Kaimana yang dipimpin oleh ketuanya, Muamar Furu. Bahkan, setelah mengetahui bahwa Mubalig Daerah Papua Barat sedang ada di Kaimana dan akan kembali lagi ke Manokwari, Ketua PCNU Kab. Kaimana pun menyempatkan diri datang ke pelabuhan untuk berbincang meskipun hanya sebentar.
“30 menit lagi saya merapat ke Pelabuhan Kaimana, Yai. Saat ini saya masih mengajar Kelas Guru Penggerak. Saya tidak menyangka Yai sudah mau kembali ke Manokwari lagi,” ujar Drs. Sahri, M.Si., Ketua PCNU Kab. Kaimana yang sejak 1996 telah tinggal di Kaimana dan mengajar di Kampus STIA Asy-Syafi’iyah Kab. Kaimana tersebut.
Ketua PCNU Kab. Kaimana itu menggunakan sebutan “Yai” (Kyai) untuk Mubalig Daerah Papua Barat sebab telah sejak lama saling kenal dan menganggap Mubalig Daerah Papua Barat sebagai seniornya secara keilmuan, meski dari segi usia justru sebaliknya. Inilah salah satu tradisi di NU, yaitu penghormatan terhadap para pengkaji ilmu (cendekiawan). Sebab, NU sendiri kependekan dari Nahdlatul ‘Ulama (Kebangkitan Cendekiawan).
Setelah berbincang sebentar dan berfoto bersama, akhirnya Ketua PCNU Kab. Kaimana yang biasa mengisi acara Kajian Ruhani dari Kitab “Ihya Ulumuddin” karya Imam al-Ghazali tiap Jumat pagi di RRI Pro 2 Kaimana itupun berpamitan kembali ke kantornya lagi. Dia titip pesan kepada GP Ansor dan BANSER yang akan melakukan perjalanan ke Fak Fak agar menjaga Mubalig Daerah Papua Barat, minimal hingga mereka turun di Pelabuhan Fak Fak.
Selama agenda kunjungan di Kab. Kaimana, Mubalig Daerah Papua Barat memang telah membuat agenda pertemuan dengan berbagai kalangan. Namun padatnya agenda internal dan cuaca yang sering hujan, membuat agenda eksternal tersebut harus dijadwalkan ulang. Namun, meskipun tidak sempat bertemu langsung, komunikasi tetap berjalan dengan mereka. Misalnya, dengan Dandim 1804/IB Kaimana, Letkol. Inf. Ruruh Sejati.
KM Tidar meninggalkan Pelabuhan Fak Fak pkl. 01:00 WIT setelah beberapa jam sandar untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Dari Fak Fak ke Kota Sorong akan memakan waktu sekitar 17 jam lamanya. Saat reportase ini ditulis, KM Tidar masih berada di tengah perjalanan melewati Teluk MacGluer searah pesisir Sorong Selatan (Inanwatan dan Teminabuan).
Mubalig Daerah Papua Barat membagi tugas untuk pengambilan jatah makan dengan pemuda asal Dobo Kab. Kepulauan Aru (Maluku) itu. Keduanya bergantian mengambil jatah makan di dapur (pantri) KM Tidar di deck 4 bagian belakang. Sebab, harus ada salah satu yang menjaga kamar. Meskipun menunya sederhana ala ransum, tetapi relatif cukup untuk mengganjal perut. Yang penting, tidak kelaparan saat perjalanan selama dua hari dengan enam kali jatah makan tersebut. []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses