Menjadi Narasumber Tunggal Paparkan Jejak Islam di Maluku dan Papua

Menjadi Narasumber Tunggal Paparkan Jejak Islam di Maluku dan Papua

“Terimaksih banyak Ustad atas waktunya, paparannya sangat mendalam. Semuanya terkaget-kaget dan seolah baru mendengar tuturan langsung. Banyak tadi yang minta catatannya, apakah boleh saya share sekalian dengan tulisan-tulisannya sama PPT-nya? Sangat bermanfaat sekali, updatenya terbaru. Diluar (yang disebutkan dalam) literatur Islam pada umumnya di Maluku.”

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [4/12]. Secara tiba-tiba Ardiman Kelihu mengabari Mubalig Daerah Papua Barat lewat pesan WhatsApp (WA). Alumnus terbaik Universitas Pattimura (UNPATTI) Ambon, Maluku yang kini sedang melanjutkan studi pascasarjana di FISIPOL Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu menyampaikan sebuah rencana. Tidak lain, diskusi mengenai catatan perjalanan yang telah dilakukan oleh Mubalig Daerah Papua Barat.

“Rencananya untuk diskusi kami ajukan tema seperti ini, Melacak Jejak Sejarah Peradaban Islam di Indonesia Timur: Perbandingan Maluku & Papua. Apakah boleh Ustad? Teman-teman rencana bikin hari Minggu bakda Maghrib WIT. Teman-teman pakai kapasitasnya sebagai Arkeolog,” info mantan aktifis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Ambon, Maluku asal Negeri Wolu, Kecamatan Tehoru, Kab. Maluku Tengah itu.

Setelah Mubalig Daerah Papua Barat menyatakan kesiapannya, flyer pun dibuat. Acara ini menggunakan nama penyelenggara HMI Cabang Kota Ambon. Opening Speech akan disampaikan oleh Dr. Abdul Manaf Tubaka, Akademisi STAIN Ambon. Sedangkan bertindak sebagai moderator adalah Yunda Ayu Suriadi dari KOHATI. Ketua HMI Cabang Kota Ambon Afrizal Mukadar asal Pulau Buru pun akan menyampaikan sambutan.

Bagi Mubalig Daerah Papua Barat, mengisi acara di HMI Cabang Kota Ambon ataupun KOHATI sudah lumayan sering. Selama dua tahun ditugaskan sebagai Mubalig Daerah Maluku (2018-2020), sedikitnya sudah lima kali mengisi acara mereka, baik yang tingkat Cabang maupun Daerah. Berbagai tema kajian pun pernah disampaikan: Kepemimpinan, Peradaban Islam di Maluku dan Manuskrip Islam di Maluku.

Meskipun dengan waktu persiapan yang terbatas dan disela-sela aktifitas lainnya, Mubalig Daerah Papua Barat pun tetap mempersiapkan materi untuk presentasi. Dari tiga file, dua di antaranya sudah sejak lama disusun dan tinggal disampaikan. Sedangkan satu materi lagi, berisi tema Diskusi Catatan Perjalanan yang sifatnya terkini. Ketiga file itu akan ditayangkan dalam acara melalui share screen.

Minggu (4/13) malam pkl. 19:00 WIT, ruang Zoom pun dibuka. Karena Dr. Abdul Manaf Tubaka masih dalam perjalanan kembali ke rumah, dosen STAIN Ambon tersebut minta waktu setelah paparan Narasumber. Acara pun dibuka dengan Sambutan Ketua HMI Cabang Kota Ambon yang sudah lama mengenal Mubalig Daerah Papua Barat saat masih di Maluku. Afrizal menggantikan Ketua HMI sebelumnya yang sempat pecah menjadi tiga kepengurusan.

Sebelum mempersilakan Narasumber menyampaikan paparannya, Moderator Yunda Ayu Suriadi menyebutkan curriculum vitae (CV) dari Narasumber. Meskipun bagi keluarga besar HMI Maluku sudah tidak asing lagi, tetapi karena peserta acara banyak yang berasal dari luar Maluku, hal itu perlu disampaikan. Sebab, ada peserta yang dari Kantor Bahasa Jayapura, dari UI Jakarta dan daerah lainnya di Indonesia.

Mubalig Daerah Papua Barat yang didaulat menjadi narasumber kemudian menyampaikan paparan berdasarkan PPT yang sudah disiapkan. Paparan pertama mengenai Peradaban Islam di Maluku yang sebelumnya pernah disampaikan di Sekretariat HMI Kota Ambon, di Poka pada 2019. Paparan kedua mengenai Jejak Islam di Tanah Papua, yang pernah disampaikan dalam Silaturahmi Nasional STAIN Sorong, 19 Mei 2020.

Sedangkan materi ketiga yang khusus disiapkan untuk acara tersebut, disampaikan sebelum dilakukan sesi tanya jawab atau setelah Opening Speech atau tanggapan dari Dr. Abdul Manaf Tubaka. Berbeda dengan dua materi sebelumnya, materi ketiga lebih bersifat catatan perjalanan selama di Maluku dan di Papua. Dokumentasi artefak, fitur, situs dan kawasan pun disampaikan dengan penjelasannya.

Dalam sesi tanya jawab, karena dibatasi waktu, hanya tiga orang yang dapat menyampaikan pertanyaan plus seorang lagi yang memberikan keterangan tambahan. Karena pernah berkeliling dan mengunjungi tempat asal dari penanya, maka Narasumber dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan pendekatan psikologis, selain historis dan arkeologis. Nampaknya, hal inilah yang membuat peserta menjadi terkesima alias terkaget-kaget.

Sebagai penutup, Dr. Abdul Manaf Tubaka dan Mubalig Daerah Papua Barat pun diminta menyampaikan Closing Speech. Dosen STAIN Ambon sangat apresiatif terhadap apa yang telah disampaikan oleh Narasumber. “Sayangnya, dalam setiap kegiatan field research itu, saya tidak dilibatkan,” selorohnya yang ternyata penikmat tulisan Wuri Handoko, arkeolog Balai Arkeologi (Balar) Latuhalat, Ambon, Maluku itu.

Sedangkan Narasumber menitikberatkan pada Islam kosmopolis yang ada di Maluku. Sebab, bukan hanya orang Arab atau penyiar Islam dari Jawa dan tempat lainnya yang datang ke Maluku, bahkan Islam China pun ikut memberikan warna. “Saat ini kita mengenal keturunan Ma Hwa, seorang tentara Cheng Ho, yang Muslim dan menikahi perempuan Maluku saat singgah dalam perjalanan ke Majapahit. Nama marganya adalah Pattiasina dan Latuconsina,” pungkas Mubalig Daerah Papua Barat. []

Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan