Kunjungi Distrik Merdey di Pedalaman, Mubda Papua Barat Menjajal Kondisi Jalanan | Kunjungan Hari ke 2

Kunjungi Distrik Merdey di Pedalaman, Mubda Papua Barat Menjajal Kondisi Jalanan | Kunjungan Hari ke 2

“Tiap sore hari disini hujan turun. Oleh sebab itu cuaca akan menjadi dingin oleh kabut. Pesawat Susi Air kadang tidak bisa mendarat karena kabut tebal. Maka sekarang penerbangan paling lambat pkl. 10:00 WIT pagi sudah harus berangkat atau mendarat.”

Masroor Library – Teluk Bintuni, Papua Barat [3/2]. Mobil Dinas Dandim 1806/Teluk Bintuni itu parkir di halaman KORAMIL Merdey, Jumat (3/2/23) sore setelah menempuh perjalanan lima jam lamanya dari Markas KODIM Teluk Bintuni di Distrik Manimeri. Mobil itu disopiri oleh personel TNI yang asli orang Papua dan tinggal di Fanindi, Manokwari Barat, Manokwari.

Distrik Merdey meliputi kawasan hak ulayat Suku Ogoney. Ibukota Distrik terletak di kawasan Bandara Merdey, di dataran tertinggi Distrik Merdey. Selain melalui jalur darat, juga bisa dijangkau melalui udara dengan pesawat Susi Air. Rute Manokwari – Merdey dan Bintuni – Merdey atau sebaliknya dilayani dua kali dalam seminggu. Sayangnya, gangguan cuaca kadang menjadi penghambat.

Sementara Mubalig Daerah Papua Barat dan Mubalig Lokal Manokwari Selatan menumpang mobil dinas, Dandim 1806/Teluk Bintuni Letkol. Arh. Patrick Arya Bima, S.I.P. sendiri mengendarai motor trail bersama empat personelnya. Sebuah mobil lain ditumpangi empat personel lainnya. Jumlah yang naik ke Distrik Merdey ada 13 orang. Semuanya dibekali dengan senjata laras pendek dan panjang.

“Tiap sore hari disini hujan turun. Oleh sebab itu cuaca akan menjadi dingin oleh kabut. Pesawat Susi Air kadang tidak bisa mendarat karena kabut tebal. Maka sekarang penerbangan paling lambat pkl. 10:00 WIT pagi sudah harus berangkat atau turun,” ujar salah seorang personel di Koramil Merdey bernama Soleh yang sebelumnya bertugas di Koramil 1806-01/Bintuni Kota.

Benar saja, tidak berapa lama awan hitam bergulung menutupi kawasan bandara. Tidak lama kemudian hujan lebat turun mengguyur kawasan bandara. Tempias airnya masuk ke teras Koramil. Semua yang sedang asik berbincang di teras pindah ke dalam ruangan. Namun, hujan hanya berlangsung sebentar saja meski cuaca gelap tetap melingkupi kawasan bandara.

Sepanjang perjalanan tadi, rombongan berhenti sejenak di sebuah warung makan Kampung Mogoi Baru, Distrik Tembuni. Rombongan menyegarkan diri dengan makanan dan minuman di warung milik pendatang dari Jawa. Bila dihitung dari Kota Bintuni, tiga jam perjalanan telah ditempuh. Sehingga dari Kampung Mogoi Baru ke ibukota Distrik Merdey diperlukan dua jam lagi.

Hanya berjarak sekitar satu kilometer, terletak Kampung Steenkol I, II dan III. Pada masa dulu, pusat peradaban Onderafdeeling Bintuni berada di sana. Terdapat pompa minyak peninggalan Belanda yang telah beroperasi sejak tahun 1935. Sarana dan prasarana penunjang seperti perumahan karyawan, kolam renang, hotel, bandara dulu juga pernah ada. Setelah pusat ibukota pindah ke Bintuni, maka Steenkol menjadi kota mati.

“Kini di Distrik Meyadow terdapat Satuan Pemukiman (SP) yang berasal dari Jawa dan lokasi lainnya. Jalan-jalan di beberapa rute juga ada yang sudah berupa cor semen, koral padat bahkan aspal. Di beberapa bagian tertentu memang rusak cukup parah,” ujar Pasintel KODIM 1806/Teluk Bintuni yang juga ikut ke Distrik Merdey dan bertugas mendokumentasikan perjalanan.

Rencananya Mubalig Daerah Papua Barat dan Mubalig Lokal Manokwari Selatan akan berada di ibukota Distrik Merdey selama tiga hari. Minggu (5/2) akan turun ke Kota Bintuni dan selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali ke Kab. Manokwari. Pemetaan lokasi untuk target pertabligan ke depannya sudah dilakukan, tinggal tindak lanjut berikutnya. []

Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan