Hujan Badai dan Banjir Bandang Melanda Papua Barat

Hujan Badai dan Banjir Bandang Melanda Papua Barat

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [23/8]. B Peserta dan Panitia Ijtima Nasional Ansharullah dan RUW di Wilayah lain tak ada kendala usai pelaksanaan acara. Untuk di Papua Barat, justru kendala mulai muncul paska acara Ijtima. Tepatnya dua hari setelah pelaksanaan Ijtima, peserta dan panitia pun menghadapi tantangan cuaca yang tidak seperti biasanya, Selasa (23/8) pagi.

Perjalanan kembali ke Kota Sorong dari Manokwari menjadi terkendala. Sesaat setelah meninggalkan Rumah Dinas Mubalig (RDM) Mubalig Daerah Papua Barat di kawasan Arfai 2, hujan badai pun melanda, bahkan hingga Arfai 1 dimana mereka sedang singgah sebelum melanjutkan perjalanan ke Bandara. Hujan badai berlangsung sekitar 20 menit lamanya.

Meskipun berlangsung hanya sebentar, itu cukup untuk membuat suasana menjadi porak-poranda. Parabola di RDM Mubalig Daerah Papua Barat menjadi bergeser posisinya sehingga menyebabkan tayangan tidak tertangkap lagi. Atap seng sebuah warung di pinggir jalan beterbangan. Sebatang pohon besar di depan warung fotokopi di jalan utama juga tumbang.

Sebentar kemudian, hujan badai telah berhenti. Sinar matahari yang panas menghangatkan bumi dan menerobos awan yang tinggal sedikit. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Hujan lebat kembali turun membasahi bumi. Desiran angin menyapu atap-atap rumah di komplek Perumahan Arfai Indah Permai. Suasana gelap kembali.

“Kami sudah di Bandara, Pak. Takut hujan lagi,” pesan instan lewat WhatsApp (WA) di salah satu group Daerah Papua Barat itu muncul. Pesan itu dari Mln. Ahmad Hayat Heriyanto, yang ternyata sudah di Bandara Rendani, Manokwari. Panitia Lokal Sie Perlombaan Ijtima Nasional Ansharullah & RUW MC Manokwari Papua Barat di Kampung Wedoni itu sempat terjebak hujan badai saat singgah di rumah Ketua JAI Manokwari di Arfai 1.

Karena cuaca yang tidak bersahabat, ternyata jadwal penerbangan tujuan Kota Sorong juga mengalami delay. Dari rencana terbang pkl. 13:00 WIT diundur menjadi pkl. 15:30 WIT. Ini terkait cuaca di Manokwari dan juga di bandara tujuan, yaitu Bandara Domine Eduard Osok (DEO), yang juga mengalami gangguan cuaca. Banyak penerbangan yang delay dan atau putar balik kembali akibat hujan badai.

Bahkan, untuk di Kota Sorong, Senin (22/8) malam dilanda banjir bandang terbesar sepanjang sejarah. Beberapa lokasi terendam setinggi dada, selebihnya hanya sebatas pinggang dan lutut orang dewasa. Tidak terkecuali dengan rumah kontrakan yang difungsikan sebagai Rumah Missi JAI Kota Sorong di Jl. A.M. Sangadji, Kilo 12, Klasaman, Sorong Timur, Kota Sorong.

Selain rumah missi, rumah mantan Ketua JAI Kota Sorong yang juga anggota Ansharullah ikut terendam. Ini wajar, sebab Kilo 12 merupakan kawasan yang penataan saluran irigasinya termasuk kurang begitu baik bahkan dibiarkan tersumbat. Otomatis, hanya dengan hujan sebentar saja, kawasan ini akan terendam banjir. Apalagi bila hujan lebat mengguyur dalam waktu cukup lama, dipastikan banjir akan melanda.

Setelah delay hampir empat jam lamanya, akhirnya penerbangan itupun dapat dilakukan pkl. 15:40 WIT dan tiba di Bandara DEO Kota Sorong lebih dari satu jam kemudian. “Alhamdulillah, kami tiba pkl. 17:00 WIT. (Tadi) melewati awan yang tebal saat mendarat.” info Mubalig Lokal JAI Kota Sorong di group WA Rabtah dan Tablig Daerah Papua Barat.

Menggunakan jasa taksi Bandara DEO Kota Sorong, rombongan pun bergerak ke Kilo 12, Klasaman, Distrik Sorong Timur dimana rumah missi berada. Sesampai disana, ternyata rumah itu sudah tampak bersih. “Sudah dibersihkan oleh pengurus tapi sekarang banjir masuk lagi karena hujan. Di Rufei Kampung Baru korban meninggal dua orang karena longsor ….,” Mln. Ahmad Hayat Heriyanto mengabarkan, Selasa (23/8) malam.

“Motor Mas Mahmud (Amir Daerah Papua Barat) dan motor inventaris Jemaat terendam. Punya Mas Mahmud gak bisa hidup lagi. Punya Jemaat belum dicoba. Besok mau cek ke bengkel jika sudah ada yang buka,” kata Mubalig Lokal asal Jemaat Gondrong, Tangerang, Banten itu. Ini memang wajar, sebab ketinggian air banjir di sekitar rumah missi mencapai setinggi lutut (Jawa: dhengkul).

Menurut info dari Mubalig Lokal Kota Sorong, selain rumah missi dan rumah anggota Ansharullah yang terendam, rumah anggota lainnya masih relatif aman. Rumah Ketua JAI Kota Sorong Pak Yulfi Sarif Ahmad dan rumah Pak Ghalib Ahmad sementara masih aman. Begitu juga rumah Pak Basri Rele juga masih aman meski air sudah menggenangi kawasan Remu dan sekitarnya.

Hanya saja, kebutuhan bahan makanan yang dikhawatirkan akan menipis atau habis karena yang ada sudah terendam banjir dan warung/kios (istilah disini: pondok) belum ada yang buka. “Sedang ikhtiar cari kios yang buka untuk beli sekedar mie rebus,” kata Mln. Ahmad Hayat Heriyanto, Selasa (23/8) malam itu.

Oleh sebab itu, Mubalig Daerah Papua Barat pun telah meminta Pengurus dan Mubalig Lokal Kota Sorong agar mendata kebutuhan darurat anggota –terutama bahan makanan– dan berkomunikasi langsung dengan Sekr. Umur Amah PB JAI. Sedangkan untuk bantuan kepada fihak eksternal, bisa bekerjasama dengan Humanity First (HF) Indonesia. []

Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan