“Pada 1427 H atau 2006 lalu, Prof. Dr. K.H. Ali Mustofa Ya’qub, M.A., yang sembilan tahun pernah belajar di Mesir, juga membuat tulisan, bahwa hanya di Indonesia yang penentuan awal Ramadhan dan Syawal berbeda-beda. Seharusnya, hal ini tidak boleh terjadi demi ukhuwah Islamiyah dan menghindari disintegrasi umat.”
Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [20/4]. Usai Gerhana Matahari Hibrida di kawasan Manokwari, hujan lebat turun mengguyur kawasan Arfai 2, Kamis (20/4) sore itu. Air hujan bak dicurahkan dari langit dengan derasnya hampir satu jam lamanya. Jalanan Kompleks Perumahan Arfai Indah Permai, kembali digenangi air. Air itu mengikis jalanan kapur yang memang sudah berlubang.
Setelah hampir satu jam lamanya, barulah hujan itu berhenti total. Cuaca kembali cerah dan terang. Cahaya matahari yang sebelumnya seolah tertutup awan, kini mulai menerangi bumi. Bahkan, panasnya sinar matahari mulai mengeringkan jalanan yang sebelumnya basah diguyur hujan. Hanya udara dingin yang masih tersisa.
Dua buah kendaraan roda dua itu bergerak dari Jalan Trikora-Arfai 2 menuju Kota Manokwari. Setelah melintasi Jalan Baru (Drs. Esau Sesa), akhirnya masuk ke Jalan Trikora-Wosi, lalu melintasi Reremi dan belok kiri di Makalow. Darisana perjalanan dilanjutkan ke arah Fanindi dan tembus ke Manggoapi. Sebuah rumah di dekat Asrama Mansinam pun menjadi tujuannya.
Rumah berjarak sekitar 30 kilometer dari Rumah Dinas Mubalig Daerah Papua Barat itu tampak baru saja berbenah. Halaman terasnya baru dicor semen, sementara di atasnya dipasang atap baja ringan. Ya, rumah itu tidak lain adalah rumah keluarga IPTU Nuriman, S.H. dan Ibu Muridasia, yang sengaja mengundang Mubalig Daerah Papua Barat sekeluarga lewat Ketua LI Manokwari.
Selain acara Buka Bersama, di dalamnya juga ada Doa Bersama dan sekedar Tausiyah. Sudah beberapa kali Mubalig Daerah Papua Barat diundang ke rumah itu untuk memimpin doa bersama. Bahkan, keluarga itu juga pernah ke rumah dinas Mubalig Daerah di kawasan KODAM XVIII/Kasuari untuk Doa Bersama.
Selain keluarga besar mantan pegawai Bank MANDIRI Manokwari itu, hadir pula Mubalig Daerah Papua Barat sekeluarga, Mubalig Lokal Manokwari (yang akan menempati pos baru sebagai Mubalig Lokal Manokwari Selatan) Mln. Hamidin, Ketua JAI Manokwari sekeluarga, Ketua JAI Manokwari Selatan sekeluarga dan undangan lainnya.
“Doa Syukur juga dilaksanakan untuk keberhasilan anak-anak kami. Semoga mereka bertiga bisa bekerja di Manokwari,” kata Ibu Muridasia yang baru pensiun dari Bank MANDIRI Manokwari setelah 32 tahun 10 bulan itu. Sedangkan, dari ketiga anaknya, hanya Dayana yang berhalangan hadir karena sedang bertugas di Bandara Dominee Eduard Osok (DEO) Kota Sorong.
Mubalig Daerah Papua Barat pun diminta untuk memotong tumpeng nasi kuning bagi Kiki, putra sulung keluarga itu yang akan menyelesaikan skripsinya di Universitas Negeri Malang (UM) pada awal Mei mendatang. Sedangkan Abtal, yang sudah bekerja di BPS Kab. Teluk Bintuni, ternyata juga sedang ambil cuti di Manokwari.
Dalam tausiyah selama hampir 30 menit, Mubalig Daerah Papua Barat pun membahas mengenai Penentuan 1 Syawal 1444 H di beberapa negara Muslim di dunia. “Di negara lain, penetapan itu wajib oleh Pemerintah. Mereka yang menetapkan sendiri dan berbeda dengan Pemerintah bahkan dianggap subversif (bughat). Misalnya, di Mesir, Malaysia dan Pakistan.”
“Pada 1427 H atau 2006 lalu, Prof. Dr. K.H. Ali Mustofa Ya’qub, M.A., yang sembilan tahun pernah belajar di Mesir, juga membuat tulisan, bahwa hanya di Indonesia yang penentuan awal Ramadhan dan Syawal berbeda-beda. Seharusnya, hal ini tidak boleh terjadi demi ukhuwah Islamiyah dan menghindari disintegrasi umat.” papar Mubalig Daerah Papua Barat yang telah menelaah tulisan Pendiri Pesantren “Daarus-Sunnah” Ciputat itu.
Mubalig Daerah Papua Barat juga menjelaskan kewajiban taat terhadap Pemerintah dalam tujuh hal sesuai penjelasan Imam Al-Qurthubi. Yaitu: penggunaan mata uang, alat ukur dan timbangan, hukum, haji, shalat Jumat dan penentuan dua Hari Raya. “Oleh sebab itu, Ahmadiyah di Indonesia dan di berbagai negara lainnya, mengikuti keputusan Pemerintah mengenai penentuan awal 1 Ramadhan dan 1 Syawal,” lanjutnya.
Acara Buka Bersama dan Doa Syukuran itupun diakhiri dengan ramah-tamah. Sebelum waktu Isya tiba, hadirin pun mulai meninggalkan lokasi acara. Malam itu, mereka semua menanti hasil keputusan Sidang Isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI. Karena swlisih waktu dua jam dengan Jakarta, maka penetapannya akan dilakukan pada pukul sembilan waktu Indonesia Timur. Mubalig Daerah Papua Barat sekeluarga pun kembali ke kawasan Arfai 2 lagi. []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses